Semangat Ujang

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

foto Delapan tahun hidup dengan hernia membuat Ujang menderita dan sulit untuk bekerja lebih keras.

Ujang masih ingat saat ia berjuang keras menghindari ombak badai di tengah laut dan harus mendaratkan perahunya di sebuah pulau kecil di perairan Padang. Hidup sebagai seorang nelayan mengharuskan Ujang membanting tulang melawan maut demi untuk menyambung hidup. Namun kerasnya usaha Ujang seringkali tak sepadan dengan penghasilan yang ia peroleh. Selama berhari-hari melaut, Ujang hanya memperoleh Rp 150.000. Tapi tak jarang, Ujang pulang dengan tangan kosong. Bila sudah demikian tak ada pilihan lain baginya selain kembali melaut dengan berharap keberuntungan akan menjadi miliknya kali ini.

Tetap Bekerja Demi Keluarga
Suatu hari dari ribuan hari yang penuh tantangan, Ujang bertemu dengan Ratilis yang masih berusia belia. Atas dasar cintalah akhirnya mereka menikah dan membangun keluarga dengan segala pahit getirnya. Dan mereka pun dikaruniai seorang putra. Melihat pekerjaan sebagai nelayan tak menjanjikan masa depan, akhirnya Ujang berpikir untuk memulai sebuah usaha. Maka dengan sedikit uang tabungannya dari hasil melaut, Ujang memutuskan untuk menjadi penjual ikan. Mulailah Ujang membeli sedikit ikan dari nelayan dan menjajakannya di tepi jalan dengan sepeda motor. Meski telah berusaha keras, keadaan ekonomi Ujang tak juga membaik. Bahkan pada tahun 2002 Ujang merasakan ada suatu yang tak beres pada otot perutnya. Sebuah benjolan kecil menyembul di perut bagian bawah. Lama-kelamaan benjolan itu semakin membesar dan turun ke arah bawah. Ujang pun semakin merasakan sakit. Dari gejala yang dirasakan, Ujang yakin kalau ia menderita hernia. Maka yang bisa ia lakukan hanyalah berobat ke ahli urut. Tetapi setelah satu bulan menjalani terapi urut, Ujang masih belum terbebas dari hernia. Justru hernianya semakin membesar dan terasa sakit jika Ujang banyak beraktivitas.

foto    foto

Keterangan :

  • Selama 8 tahun “hidup” dengan hernia, tak ada alasan bagi Ujang untuk takut menjalani operasi. "Sudah tidak ada lagi rasa takut. Derita saya selama 8 tahun dengan hernia jauh lebih menyiksa,” tegas Ujang. (kiri)
  • Di Sabtu pagi, 18 Desember 2010, Ujang nampak segar setelah sehari sebelumnya menjalani operasi hernia. (kanan)

Biaya pengobatan memang berat bagi Ujang yang sehari-harinya bekerja sebagai penjual ikan. Maka demi kelangsungan hidup istri dan 3 orang anak, Ujang harus rela mengurungkan pengobatannya. Untuk mengatasi rasa sakit saat bekerja, Ujang memilih membebatkan perutnya dengan kain. “Sebelum bekerja saya selalu mengikat perut saya dengan kain. Setelah pulang kerja baru dilepas, kalau tidak rasanya sakit,” aku Ujang. Cara ini diterapkan Ujang selama 8 tahun. Dan selama itu pula Ujang tak pernah mengeluh sakit ataupun lelah bekerja. “Kalau saya malas-malasan, keluarga saya tidak bisa makan,” katanya.

Sampai suatu ketika seorang teman menyarankan agar Ujang mengikuti bakti sosial kesehatan yang diadakan Tzu Chi. Menyadari dirinya tak mampu membiayai operasi hernia maka Ujang memberanikan diri untuk mendaftar sebagai pasien baksos.

foto  foto

Keterangan :

  • Keramahan relawan Tzu Chi membuat para pasien peserta baksos merasa terharu dan tersentuh. (kiri)
  • Selain operasi hernia dan tumor, Tzu Chi juga mengadakan operasi katarak yang bertempat di SMA Negeri 1 Padang. (kanan)

Kesempatan untuk Sembuh
Jumat itu, 17 Desember 2010, Ujang nampak tenang menanti giliran memasuki ruang tunggu operasi. Menurutnya selama 8 tahun “hidup” dengan hernia, tak ada alasan baginya untuk takut menjalani operasi. Bahkan menurutnya hari itu adalah kesempatan selama hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. “Sudah tidak ada lagi rasa takut. Derita saya selama 8 tahun dengan hernia yang besar jauh lebih menyiksa,” tegas Ujang.

Ujang bukan saja menantikan hasil yang baik dari operasi hernianya, tetapi juga telah menyiapkan harapan-harapan baru jikalau ia telah pulih dari operasi. Sebagai seorang pekerja keras Ujang berharap ia mampu bekerja lebih giat jika tak ada lagi hernia yang menghalangi setiap aktivitasnya. Maka sepanjang waktu menunggu antrian operasi, Ujang selalu mengangankan hal yang indah yang dapat ia ukir demi kebahagiaan keluarganya. Bekerja lebih giat, dan istri yang tak lagi menghawatirkan kesehatan dirinya adalah anugerah yang patut ia syukuri dalan Baksos Kesehatan Tzu Chi ini. Bagi Ujang yang terpenting adalah memiliki pandangan dan membulatkan tekad yang baik untuk meraih tujuan di masa depan. Karena itu ia yakin betul kalau dirinya akan segera sembuh dan bebas dari hernia setelah dioperasi hari itu. “Saya yakin bisa sembuh,” katanya. Dan Ujang pun terkagum-kagum bertemu dengan banyak relawan Tzu Chi yang antusias menyapa atau melayaninya dengan sepenuh hati. “Baru kali ini saya merasakan adanya bantuan operasi dan dilayani dengan ramah dari yang pemberi bantuan,” ungkapnya haru.

  
 

Artikel Terkait

Keresahan Warga Palu Akan Hunian Tetap Lambat Laun Berkurang

Keresahan Warga Palu Akan Hunian Tetap Lambat Laun Berkurang

28 Agustus 2019

Barangkali kalau ditanya siapa yang terlihat paling semangat datang ke Aula Baruga kota Palu di hari terakhir verifikasi (26/8/2019), jawabannya adalah oma Lince Malaha (62 tahun). Ia sudah tiba di Baruga pukul 06.30 WITA, saat relawan Tzu Chi tengah mempersiapkan segalanya.

Memberi Bekal Pendidikan yang Unggul dan Budi Pekerti yang Luhur

Memberi Bekal Pendidikan yang Unggul dan Budi Pekerti yang Luhur

23 Juni 2023

Tzu Chi University of Science and Technology (TCUST) Taiwan melakukan upacara kelulusan bagi 32 mahasiswa Indonesia di Tzu Chi Center pada Senin (19/6/2023). Dari 32 mahasiswa ini, Sinar Mas Agribusiness and Food turut mendukung beasiswa bagi 25 mahasiswa.

Jalinan Jodoh Tzu Chi dan Wilna (Bag. 2)

Jalinan Jodoh Tzu Chi dan Wilna (Bag. 2)

07 November 2011
Menurut Tati, jika Wilna dipasangi bola mata palsu di mata bagian kanannya maka itu akan sedikit bisa mengobati rasa minder cucunya itu. Namun bagi kedua relawan Tzu Chi yang mengunjungi Wilna hari itu, kesehatan Wilna saat inilah yang menjadi fokus utama mereka.
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -