Semangat untuk Sembuh

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Anneke Tumiwa (48) tengah berjuang untuk sembuh dari kanker payudara yang sudah Stadium 3B. Belum lama, 23 April 2021 lalu ia menjalani operasi pengangkatan payudara sebelah kiri di Rumah Sakit Polri, Jakarta Timur. Selanjutnya ia akan meneruskan kemoterapi untuk yang kesekian kalinya.

Agar kuat menjalani cobaan ini, Anneke senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan dan melakukan yang terbaik yang ia bisa.

“Saya semangat karena saya masih punya anak yang masih kecil, dia masih sangat butuh saya. Dia juga tak punya adik atau kakak, mungkin tempat nanti dia mengadu atau mengeluh, jadi saya dikuatkan juga karena saya harus mendampingi anak saya,” ujar Anneke.

Anneke menemani Alsya bermain di taman kecil di Rusun Bidara Cina. Alsya adalah kekuatan bagi Anneke untuk tetap tegar menjalani pengobatan.

Alsya (7), anak semata wayangnya yang berdiri di sampingnya tampak terdiam memandangi wajah sang ibu.

Sakit yang dialami Anneke bermula pada 2017. Saat itu ia merasakan benjolan kecil pada payudara sebelah kanan. Mengikuti saran dari orang sekitarnya, ia pun mengonsumsi kunyit putih dan bawang putih setiap pagi. Benjolan tersebut perlahan hilang.

Namun pada 2019, payudara sebelah kiri terasa nyeri dan ternyata ada benjolan kecil. Ia lalu mengonsumsi segala macam jenis herbal, tapi kali ini tak kunjung sembuh.

“Aku cuma mau bilang sama Mami, terima kasih sudah rawat aku. Aku mau mami sehat, umur panjang, biar mami bisa lihat aku sampai gede,” kata Alsya sembari memeluk ibunya.

Pada Januari 2020, benjolan tersebut malah membesar. Anneke memeriksakan diri ke Puskesmas Bidara Cina 2 yang lalu memberinya rujukan ke dokter bedah di RS Restu Kasih, Jakarta Timur. Di sana dokter menjelaskan bahwa perlu ada tindakan biopsi karena puting sudah tertarik ke dalam. Karena di RS Restu tak cukup peralatan, ia pun dirujuk ke RS Polri.

Membayangkan tentang Biopsi, Anneke ragu dan baru berani untuk biopsi pada Juni 2020. Dua pekan kemudian hasilnya keluar, dokter menjelaskan, dari hasil biopsi kankernya sudah Stadium 3B, sudah mendekati Stadium 4.

“Tapi ibu jangan takut dan jangan stres, kata dokter. Jangan banyak pikiran, karena kalau ibu stres, itu memicu tumbuh kembangnya lebih cepat,” kata Anneke menirukan nasihat dokter.

Dokter menjelaskan bahwa kebiasaannya dahulu yang sering mengonsumsi obat pelangsing, sering makan seafood, dan istirahat yang tidak teratur menjadi salah satu pemicu kanker yang menyerangnya.

“Sebelumnya tidak pernah terbayang kalau saya kena kanker. Waktu ada benjolan saja saya berpikir, dari keluarga mama, papa, kakek, nenek itu nggak ada, malah mereka meninggal saja umur 90, 105, 125, umur panjang,” kenangnya.

Hidup Kekurangan

Senin pagi, 24 Mei 2021, Beti Susanti ditemani dua relawan Tzu Chi lainnya yakni Mindarti dan Hatimi berkunjung ke tempat tinggal Anneke.

Di sebuah ruangan yang tadinya adalah gudang di Rusun Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, Anneke tinggal bersama suami dan anaknya. Sebelumnya ia mengontrak di lantai atas, namun sejak pandemi ia tak sanggup lagi membayar sewa.

“Ini tadinya gudang, karena kenal baik sama yang punya, saya minta tolong boleh tidak pakai gudang, trus dia bilang itu kan kotor sekali, lumut semua, tidak bersih, kamu juga lagi sakit,” katanya.

Meski tinggal di gudang, Anneke tetap harus membayar sedikitnya 1 juta rupiah setiap bulan. Anneke selama ini merupakan ibu rumah tangga, dan sang suami adalah pengemudi ojek online. Untuk menambah penghasilan, Anneke menerima jasa gunting rambut, dan makeup, juga terkadang menjual bubur Manado.

Dididera sakit yang tak ringan, cobaan lainnya datang, sang suami menderita syaraf kejepit yang tak memungkinkan untuk bekerja. Bantuan sosial yang sebelumnya datang dari pemerintah maupun organisasi selama pandemi Covid-19, menjadi penyambung hidup keluarganya. Beruntung Anneke yang memang aktif di gereja juga mendapat bantuan dari gereja.

“Memang berat buat saya karena kami nggak bisa bekerja, nggak bisa punya penghasilan apa-apa, jadi mau gimana lagi, saya jalani saja,” katanya.

Tahu tentang Tzu Chi

Kepada relawan, Anneke bercerita tantang operasi pengangkatan payudara yang baru ia jalani pada April lalu.

Selain memikirkan bagaimana menyambung hidup dari hari ke hari, Anneke dan sang suami, Richard yang selalu mendukungnya, juga mesti memikirkan biaya pengobatan Anneke yang tidak di-cover oleh BPJS. Bersyukur, Anneke tahu tentang Tzu Chi dari tetangganya yang pernah dibantu oleh Tzu Chi.

Pada Februari 2021 lalu, ia ditemani suami dan anaknya mengendarai motor, mengajukan bantuan ke Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Bantuan yang diajukan adalah biaya pengobatan yang tak di-cover oleh layanan BPJS.

Awal Maret 2021, pengajuan bantuan tersebut disetujui dan sudah terhitung empat kali ia membeli obat yang di-reimburse oleh Tzu Chi.

“Bantuannya sangat bermanfaat sekali buat saya, apalagi di posisi sekarang saya sakit, dan suami juga sakit,” kata Anneke.

Adalah Beti Susanti, relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Pusat yang mendampinginya, terutama dalam hal pembelian obat.

“Kalau Bu Anneke konsul ke rumah sakit Polri, sehari sebelumnya, dia pasti menghubungi saya dengan WhatsApp. Trus saya juga sering mengingatkan apa sudah ke rumah sakit, syarat-syaratnya, eligalitas BPJS setelah pendaftaran kan harus difotokopi, baru saya datang ke rumah sakit dan bantu belikan resepnya,” kata Beti.

Anneke menunjukkan obat dan vitamin yang mesti ia konsumsi.

Meski baru terhitung dua bulan dibantu Tzu Chi, Anneke telah merasakan perhatian yang tulus dari para relawan Tzu Chi.

“Saya berterima kasih banyak atas bantuannya, atas perhatiannya, ibu-ibu semua datang berkunjung ke sini, lihat keadaan saya di sini. Saya berterima kasih banyak atas semua bantuan dan perhatiannya pada saya dan keluarga,” ujarnya.

Beti berharap Anneke selalu tetap semangat menjalani pengobatannya supaya bisa sehat kembali. Saat mendampingi Anneke, Beti juga mendapat hikmah untuk selalu jadi orang yang bersyukur.

“Pelajaran yang saya dapat, saya jadi lebih bersyukur kita diberi kesehatan, diberi kehidupan yang baik. Dengan penderitaan yang Ibu Anneke alami, jadi kita lebih bersyukur lagi dengan kondisi kita saat ini,” tutur Beti.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Merasa Masih Ada yang Memperhatikan, Masih Ada Yang Peduli

Merasa Masih Ada yang Memperhatikan, Masih Ada Yang Peduli

09 Oktober 2019
Kasih (22) masih tak menyangka, di bedeng berukuran 3x6 meter yang ia tinggali bersama suami dan dua anaknya, ia dikunjungi rombongan dokter dari Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi. Ada Dokter Toto Suryana, Dokter Febriana Josephine, dua perawat, dan dua relawan pemerhati.
Berbagi Sukacita di Lapas

Berbagi Sukacita di Lapas

23 Januari 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan  kegiatan untuk menyambut Tahun Baru Imlek bersama warga binaan Lapas Karimun untuk memberikan semangat kepada warga binaan pada 21 Januari 2017. Selain pembinaan juga pembagian paket imlek untuk mereka.

Berbagi Kebahagiaan Tahun Baru Imlek

Berbagi Kebahagiaan Tahun Baru Imlek

18 Maret 2015 Bodhisatwa cilik, Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan berkesempatan untuk berbagi kegembiraan di Panti Jompo Taman Bodhi Asri Binjai dalam rangka tahun baru Imlek.
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -