Semangat Yang Tak Terenggut
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto Di saat denyut nadi kota Jogyakarta mulai menggeliat, ribuan siswa Sekolah Dasar baik Negeri ataupun swasta di Kota Jogyakarta dan sekitarnya, harus mengikuti Ujian Nasional tahun pelajaran 2005/2006, besok Senin, 5 Juni 2006. Meski sempat terdengar kabar bahwa Ujian Nasional di Kota Jogyakarta akan diberikan dispensasi khusus, dalam bentuk penundaan ujian sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Namun informasi terakhir, mereka akan mengikuti ujian akhir ini untuk menentukan kelulusan dan sarana untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan, mengingat banyaknya bangunan sekolah yang roboh sehingga murid-murid harus berjuang menempuh ujian dalam kondisi yang sangat terbatas. Contohnya, di SDN Karang Gayam, Sitimulyo, Bantul yang gedungnya rusak parah atau hancur akibat gempa. Tak ada satu ruang pun yang tersisa, semuanya hancur sehingga 25 siswa kelas VI di sekolah ini terpaksa akan menempuh ujian di bawah tenda.
"Meski kegiatan belajar terhenti, namun setiap hari ada guru-guru yang memberikan bimbingan belajar kepada siswa kelas VI," terang Sumaryono, salah satu pengungsi yang turut mendirikan tenda Cinta Kasih Tzu Chi ini bersama para relawan dan puluhan mahasiswa UGM Fakultas Kehutanan. Meski pun kondisi siswa-siswa ini masih dalam keadaan trauma, namun mereka masih juga diuji untuk menentukan kelulusan mereka.
Lokasi tenda itu sendiri berdiri persis di samping bangunan yang meski masih berdiri, namun atapnya sudah hancur, sehingga ditentukan sebagai sekolah yang sudah tidak layak lagi. Bangunan yang terdiri dari 7 kelas dan satu ruang guru ini hanya menyisakan potongan-potongan kayu dan bongkahan-bongkahan tembok di sekelilingnya. Meja yang terkoyak dan kursi yang patah menjadi pemandangan yang cukup memilukan sekaligus menyisakan kekutan gempa yang mengguncang kota yang terkenal dengan julukan sebagai Kota Pelajar ini.
Entah kondisi fisik dan mental siswa-siswi SD ini sudah pulih atau belum, yang pasti mereka akan berjuang besok bersama jutaan murid sekolah dasar lainnya di negeri ini. "Karena jika ditunda, maka akan mempengaruhi dari berbagai sisi. Seperti penerimaan siswa baru yang tertunda," kata Hendrik memberikan pendapatnya mengapa UN jadi dilaksanakan. Jebolah Universitas Gajah Mada, Fakultas Kehutanan ini sejak gempa terjadi sudah aktif memberikan bantuan kepada masyarakat Jogya dan sekitarnya. Saat ini oleh posko UGM, ia diperbantukan sebagai relawan Tzu Chi menebar cinta kasih kepada masyarakat Jogya dan sekitarnya. Rencananya akan ada dua titik lokasi Ujian Nasional SD yang diberi pinjaman tenda Tzu Chi ini.
Apapun hasil Ujian Nasioal ini nantinya, kita tak perlu menilai hanya dari sisi akademisnya saja. Ujian di bawah tenda yanng bersebelahan dengan tenda-tenda pengungsi lainnya jelas merupakan beban psikologis tersedniri bagi mereka selama mengerjakan soal-soal dari 3 mata pelajaran yang diujikan ini (Metematika, IPA dan Bahasa Indonesia). Namun lebih dari itu, sebenarnya ribuan siswa-siswa SD asal kota Gudeg ini sudah lulus tes dalam penilaian batin manusia.
Bagaimana tidak? Mungkin saja ada siswa yang kehilangan orang-orang terdekatnya, saudara, rumah yang tinggal puing, dan tanpa sandang pangan yang layak, tetapi mereka masih memiliki sebuah tekad untuk mengikuti ujian seperti anak-anak SD lainnya di Indonesia. Sebuah semangat yang memberikan suntikkan kekuatan bagi para relawan untuk segera membantu memulihkan kota mereka untuk pulih seperti sedia kala.
Kekuatan mental mereka membuktikan bahwa gempa bias mengambil nyawa dan harta masyarakat Jogyakarta dan sekitarnya, namun takkan pernah bias mengambil semangat hidup mereka.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan, mengingat banyaknya bangunan sekolah yang roboh sehingga murid-murid harus berjuang menempuh ujian dalam kondisi yang sangat terbatas. Contohnya, di SDN Karang Gayam, Sitimulyo, Bantul yang gedungnya rusak parah atau hancur akibat gempa. Tak ada satu ruang pun yang tersisa, semuanya hancur sehingga 25 siswa kelas VI di sekolah ini terpaksa akan menempuh ujian di bawah tenda.
"Meski kegiatan belajar terhenti, namun setiap hari ada guru-guru yang memberikan bimbingan belajar kepada siswa kelas VI," terang Sumaryono, salah satu pengungsi yang turut mendirikan tenda Cinta Kasih Tzu Chi ini bersama para relawan dan puluhan mahasiswa UGM Fakultas Kehutanan. Meski pun kondisi siswa-siswa ini masih dalam keadaan trauma, namun mereka masih juga diuji untuk menentukan kelulusan mereka.
Lokasi tenda itu sendiri berdiri persis di samping bangunan yang meski masih berdiri, namun atapnya sudah hancur, sehingga ditentukan sebagai sekolah yang sudah tidak layak lagi. Bangunan yang terdiri dari 7 kelas dan satu ruang guru ini hanya menyisakan potongan-potongan kayu dan bongkahan-bongkahan tembok di sekelilingnya. Meja yang terkoyak dan kursi yang patah menjadi pemandangan yang cukup memilukan sekaligus menyisakan kekutan gempa yang mengguncang kota yang terkenal dengan julukan sebagai Kota Pelajar ini.
Entah kondisi fisik dan mental siswa-siswi SD ini sudah pulih atau belum, yang pasti mereka akan berjuang besok bersama jutaan murid sekolah dasar lainnya di negeri ini. "Karena jika ditunda, maka akan mempengaruhi dari berbagai sisi. Seperti penerimaan siswa baru yang tertunda," kata Hendrik memberikan pendapatnya mengapa UN jadi dilaksanakan. Jebolah Universitas Gajah Mada, Fakultas Kehutanan ini sejak gempa terjadi sudah aktif memberikan bantuan kepada masyarakat Jogya dan sekitarnya. Saat ini oleh posko UGM, ia diperbantukan sebagai relawan Tzu Chi menebar cinta kasih kepada masyarakat Jogya dan sekitarnya. Rencananya akan ada dua titik lokasi Ujian Nasional SD yang diberi pinjaman tenda Tzu Chi ini.
Apapun hasil Ujian Nasioal ini nantinya, kita tak perlu menilai hanya dari sisi akademisnya saja. Ujian di bawah tenda yanng bersebelahan dengan tenda-tenda pengungsi lainnya jelas merupakan beban psikologis tersedniri bagi mereka selama mengerjakan soal-soal dari 3 mata pelajaran yang diujikan ini (Metematika, IPA dan Bahasa Indonesia). Namun lebih dari itu, sebenarnya ribuan siswa-siswa SD asal kota Gudeg ini sudah lulus tes dalam penilaian batin manusia.
Bagaimana tidak? Mungkin saja ada siswa yang kehilangan orang-orang terdekatnya, saudara, rumah yang tinggal puing, dan tanpa sandang pangan yang layak, tetapi mereka masih memiliki sebuah tekad untuk mengikuti ujian seperti anak-anak SD lainnya di Indonesia. Sebuah semangat yang memberikan suntikkan kekuatan bagi para relawan untuk segera membantu memulihkan kota mereka untuk pulih seperti sedia kala.
Kekuatan mental mereka membuktikan bahwa gempa bias mengambil nyawa dan harta masyarakat Jogyakarta dan sekitarnya, namun takkan pernah bias mengambil semangat hidup mereka.
Artikel Terkait
Perayaan Waisak di He Qi Pusat
06 Juni 2024Untuk membuka kesempatan bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi, komunitas He Qi Pusat mengadakan perayaan doa bersama memperingati tiga Hari Besar di ITC Mangga Dua.
Membangkitkan Kepedulian Terhadap Sesama
25 Maret 2011 Pada tanggal 13 Maret 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia (Kantor Perwakilan Medan) bekerjasama dengan Yayasan Perguruan W.R. Supratman 1 dan Unit Transfusi Darah RSUP Adam Malik melakukan kegiatan donor darah yang dilaksanakan di sekolah W.R. Supratman 1.Langkah Kecil untuk Bumi yang Lebih Hijau
25 Juli 2024Tzu Ching Medan dan beberapa relawan kembang mengadakan kegiatan WAVES (We Are Vegetarian and Earth Savior) belajar bersama cara pemilahan sampah daur ulang pada 14 Juli 2024.