Sembuh Fisik, Sembuh Batin
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika UshaTidak hanya para orang tua, melatih diri dengan menjadi relawan dalam kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi juga dapat dilakukan sejak dini. . |
| ||
Kelainan mata Angga bermula ketika ia terjatuh dari sepeda saat kelas 5 SD. “Setelah jatuh, dia (Angga-red) memang tidak langsung mengeluh tentang matanya. Tapi lama-kelamaan saya perhatikan muncul bintik putih pada mata kanannya. Bintik itu lama-lama semakin besar, dan baru-baru ini ia mengeluh kalau matanya seperti berpasir,” ucap Tajudin, ayah Angga. Semakin lama, penglihatan Angga pun semakin memudar, hingga akhirnya kini hanya bisa menangkap gerakan saja, tanpa melihat objek dengan jelas. Putus Sekolah Tajudin mengaku dirinya sudah berusaha untuk mendapatkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) agar Angga bisa menjalani operasi dengan biaya yang murah. Namun hal tersebut diakui Tajudin bukanlah hal yang mudah. “Saya sudah mencoba mengurus ke RT, RW, dan kelurahan, tapi sulit sekali mendapatkan keringanan itu. Jadi akhirnya saya menunggu baksos gratis seperti ini saja,” terangnya.
Ket: - Dengan kesembuhan pada matanya, Angga seolah memliki semangat baru untuk kembali meniti kehidupannya untuk bisa melanjutkan sekolah. (kiri) Di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-68 yang merupakan hasil kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Polri ini, Tajudin mengharapkan sebuah keajaiban untuk Angga, yang masih berusia 17 tahun tersebut. “Saya tidak tega melihat Angga. Tahun kemarin saya terpaksa menyuruhnya untuk berhenti sekolah, padahal saat itu sudah mau kenaikan kelas, melanjutkan ke kelas 2 SMU,” tutur Tajudin lirih. Oleh karena itu Tajudin berharap dengan kesembuhan matanya dapat memberikan suntikan semangat kepada Angga, agar bisa kembali berjuang. “Kalau ingat itu (putusnya sekolah Angga-red), saya jadi sedih. Saya merasa bersalah sama Angga, karena saya tahu sebenarnya dia masih ingin terus sekolah. Tapi karena keuangan yang tidak memungkinkan, akhirnya Angga terpaksa harus mengalah,” tambahnya. Tajudin menambahkan, bahkan beberapa bulan kemarin dia juga sempat bekerja untuk mengumpulkan uang agar bisa kembali sekolah. Tapi sayang, uang yang dikumpulkan Angga itu pun terpaksa digunakan sang ibu untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kelelahan memang terlihat dari sorot mata Angga, namun meskipun demikian tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya. Ia memang sosok yang pendiam, dan hanya berbicara tentang apa yang menurutnya penting. Bahkan ketika harus masuk ke ruang operasi pun, dia tidak banyak bicara. Tapi setelah operasi kataraknya berjalan dengan lancar, dengan perlahan namun mantap ia berkata, “Terimakasih, kesembuhan ini sangat berharga buat saya. Dan saya berjanji tidak akan pernah menyerah, saya pasti bisa sekolah lagi.” Keajaiban yang dirasakan Angga bukan hanya sekedar kesembuhan pada matanya, tapi lebih kepada kembalinya semangat untuk terus menjalani hidup dengan lebih baik.
Ket: - Baksos kesehatan yang merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan pihak Polri ini memberikan berbagai pelayanan kesehatan pada masyarakat kurang mampu (kiri). Tidak hanya Angga, Siti Maryam, seorang wanita paruh baya pun mengutarakan rasa syukurnya karena bisa mengikuti kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi. “Di sini bukan cuma diobati. Kita juga rasanya senang dan tenang,” ucap Siti yang mengaku terharu ketika kedua kakinya dibersihkan oleh salah satu relawan Tzu Chi. “Selain suster, mereka (relawan Tzu Chi-red) baik-baik sekali. Saya mau kasih tau anak-anak saya, supaya kalau mereka ada waktu, mereka juga bisa ikut bantu (menjadi relawan Tzu Chi-red),” tambahnya. Berbuat Sejak Dini Tangannya yang mungil tidak canggung menenteng setumpuk tas plastik sambil memberikan beberapa pengarahan kepada para pasien. “Ibu kalau ada dompet, jam tangan, gelang, anting, atau kalung, semua ditaruh di tas plastik ini aja. Nanti saya berikan kepada pengantarnya,” katanya ramah. Walaupun masih duduk di kelas 2 SD Dharma Suci, Dira terlihat tidak canggung. Dengan sigap dia melayani setiap pasien tanpa mengeluh sedikit pun. “Dira tidak capek kok, Dira senang. Kadang-kadang kasihan juga lihat mereka yang sakit.” Belajar melatih diri memang diperlukan sejak kita berusia dini. Seperti Dira yang tidak keberatan untuk meluangkan waktu liburannya untuk berbuat kebajikan. | |||
Artikel Terkait
"Rumah Baru" Kakek Keng Soen
11 September 2020Tjiong Keng Soen (70) namanya. Ia hidup berpindah-pindah dari lapak satu ke lapak lainnya di Pasar Taniwan Kapuk Raya, Jakarta Utara. Ada kalanya juga ia tidur di Poskamling warga. Prihatin dengan kondisinya, relawan Tzu Chi mengajak Kakek Keng Soen tinggal di “rumah besar” bersama para Lansia lainnya.
Mendengarkan, Merenungkan, dan Membina Diri Melalui Pelatihan
05 Oktober 2023Tzu Chi Medan mengadakan Pelatihan Abu putih ke-4. Pelatihan kali ini mengusung tema “Wen Si Xiu” yang artinya mendengarkan, merenungkan, dan membina diri. Peserta berasal dari berbagai wilayah seperti dari Pangkalan Susu, Tanjung pura, Stabat, Binjai, Tanjung Balai, dan Medan.