Semoga Kabut Asap Cepat Berlalu
Jurnalis : Kho Ki Ho, Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Kho Ki Ho, Toni, Wismina (Tzu Chi Pekanbaru)
|
| ||
Sekitar pukul 6 pagi, insan Tzu Chi Pekanbaru telah berkumpul di rumah Tzu Chi. Setelah pembagian masker yang pertama kali tanggal 21 Juni 2013 kemarin, yang berlokasi di simpang lampu merah Jl. A.Yani - M.Yamin , dan telah membagikan sekitar 800-an masker kepada warga, maka tanggal 25 Juni 2013, kembali dilakukan pembagian masker dengan lokasi yang berbeda. Pembagian masker yang untuk kedua kalinya ini dilakukan mengingat kabut asap yang masih belum hilang. Pembagian masker ini dilakukan di dua titik, yakni di simpang jalan Nangka-Arengka tepatnya di bundaran SKA dan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Ahmad. Setelah mendapat briefing singkat dari koordinator-Ationg shixiong, berangkatlah relawan ke bundaran SKA. Di daerah bundaran SKA, kabut asap cukup tebal, dengan jarak pandang lebih kurang 100 meter, tingkat kesadaran pengendara kendaraan bermotor akan bahaya asap pun cukup tinggi. Ada yang sengaja berhenti untuk mendapatkan masker, bahkan ada yang mau membeli masker karena mengira relawan menjual masker. Relawan dengan sepenuh hati mendatangi satu per satu pengendara motor di saat lampu merah. Saat mendatangi pengendara motor, relawan juga tetap waspada akan rambu lampu lalu lintas demi menjaga keselamatan diri dan juga pengendara motor. Sekitar satu jam pembagian, masker sebanyak +/- 2500 buah pun habis terbagi. Selain menjalin jodoh baik melalui pembagian masker, relawan juga memanfaatkan kesempatan menjalin jodoh baik dengan membagikan Buletin Tzu Chi, bahkan ada juga pengendara yang berinisiatif sendiri untuk meminta buletin.
Keterangan :
Indahnya dunia Tzu Chi, dimana relawan bersatu hati dan berbagi tugas untuk mewujudkan hal-hal baik. Di saat relawan melakukan pembagian masker di bundaran SKA, tim yang satu lagi pun mulai bergerak menuju RSUD. Di RSUD relawan membagikan masker dan jeruk. Saat pembagian masker, respon dari pengunjung di RSUD berbeda-beda. Ada yang langsung mengambil masker saat relawan membagikan, ada juga yang mengamati dulu, ada juga yang mengira relawan menjual masker. Tak berapa lama pembagian, masker yang dibawa habis terbagi. Sambil menunggu pengambilan masker di rumah Tzu Chi, relawan tidak melewatkan kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan pengunjung RSUD melalui pembagian Buletin Tzu Chi dan berbagi Jing Si Yu(kata perenungan-red) dalam bentuk pembatas buku. Tidak sedikit juga pengunjung yang meminta buletin Tzu Chi. Relawan juga memanfaatkan moment ini untuk bercerita tentang Tzu Chi. “Yayasan Buddha Tzu Chi adalah yayasan sosial yang membantu orang-orang yang membutuhkan, kita lintas agama, lintas suku bangsa, dan lintas negara. Kita sudah ada di beberapa negara di dunia, dan ada di beberapa kota di Indonesia. Di dalam buletin kita ini ada dicantumkan alamat kantor kita. Jika ada tetangga, atau teman yang mempunyai kesulitan, boleh diajukan permohonan bantuan ke kantor kita, namun kita tetap mempunyai standar prosedurnya.” Demikian relawan sembari menjelaskan saat membagikan masker ataupun buletin. Ada satu bapak ketika relawan menjelaskan yayasan Buddha Tzu Chi berlandaskan cinta kasih universal, dimana cinta kasih universal tidak memandang perbedaan, melainkan justru menyatukan semua perbedaan, Bapak tersebut secara spontan menyalami relawan dengan semangat tanda setuju. Selain pengunjung rumah sakit, adik kecil yang bernama Dinan, saat relawan ingin memberikan jeruk, Dinan menolak untuk menerima. Kemudian setelah Dinan mengamati apa yang dilakukan relawan, Dinan pun datang mendekat dengan sendirinya. Relawan kemudian mengajak Dinan untuk bergabung menjadi Bodhisatwa ikut membantu membagikan masker. Ternyata Dinan menerima ajakan dari relawan. Relawan kemudian berterima kasih kepada Dinan yang sudah bersedia ikut membantu, dan memberikan Jing Si Yu pembatas buku untuknya.
Keterangan :
Pak Awang, saat relawan meminta Pak Awang untuk mengambil secara acak kata perenungan, kata perenungan yang pertama berbunyi: “Tangan yang melakukan pelestarian lingkungan adalah tangan yang paling indah”, relawan menjelaskan bahwa ketika tangan kita ini memungut sampah yang di lantai dan membuang ke tong sampah, tangan kita inilah yang telah membuat lingkungan menjadi indah. Ketika kita melakukan kegiatan daur ulang, tangan kita inilah yang paling indah”. Pak Awang kemudian mengambil lagi kata perenungan secara acak yang lain, kali ini berbunyi “ Hati yang mengenal puas akan membawa berkah, sedangkan hati yang tidak mengenal puas akan mendatangkan malapetaka”. Ketika mendapatkan kata perenungan ini, pak Awang langsung mengatakan bahwa kata perenungan ini berhubungan dengan kata perenungan yang pertama”. Karena kita tidak puas, kita ingin menambah kekayaan kita, kita telah merusak lingkungan”. Bumi kita yang satu-satunya sedang “sakit”, dan tentunya manusia adalah faktor utama penyebab atas “sakit” yang dialami oleh bumi saat ini. Untuk menyelamatkan bumi harus dimulai dengan menyelamatkan hati manusia, menyelaraskan batin manusia. Melalui setiap kegiatan Tzu Chi, merupakan pintu untuk menjalin lebih banyak orang untuk bersama menapaki jalan bodhisattva, jalan welas asih dan pembinaan diri. Hari itu, benih cinta kasih telah ditabur melalui pembagian masker. Semoga benih-benih tersebut bisa bertunas dan menuai kedamaian. Semoga awan biru yang kini ditutupi oleh kelabunya asap, dapat kembali pulih seperti sedia kala, dan masyarakat pun dapat kembali menghirup sejuknya embun di pagi hari. | |||
Artikel Terkait
Kepedulian Bagi Warga Desa Sungai Cambai
06 Desember 2022Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Lampung menyalurkan 100 paket berisi beras dan mi instan untuk warga Desa Sungai Cambai, Kecamatan Mesuji Timur, Lampung yang terdampak banjir.
Peduli Kesehatan Warga Kapuk Muara
23 Agustus 2016Relawan Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan degeneratif untuk membantu meringankan beban warga Kapuk Muara. Relawan sangat bersungguh hati menggenggam kesempatanbaik untuk bersumbangsih dengan menyiapkan kegiatan baksos mulai dari persiapan hingga pelaksanaan.
Kabar Baik dari Bayi Fabian
20 Januari 2017Sebelas bulan yang lalu, Fabian lahir ke dunia. Keluarganya menyambut bayi laki-laki ini dengan sukacita. Namun kesedihan kemudian menggelayuti perasaan mereka. Kondisi Fabian cukup kritis. dr. Siska Mardani yang menanganinya berupaya maksimal untuk menstabilkan Fabian. Kini mereka bertemu lagi.