Semua Karena Cinta

Jurnalis : Hendra Gunawan (He Qi Barat), Fotografer : Hendra Gunawan (He Qi Barat)
 
 

fotoSeorang oma yang menyanyikan lagu Bengawan Solo dengan iringan band, mengembalikan kenangan masa lalu yang indah.

Mendengar judul di atas mungkin pikiran kita langsung melayang pada sebuah lagu yang populer dibawakan oleh salah satu peserta dalam acara pencarian bakat di Indonesia. ”Dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini, bukan karena kuat dan hebat ‘ku, semua karena cinta, tak mampu diriku berdiri tegar, terima kasih cinta,” kira–kira begitulah liriknya. Lagu tersebut sedikit membangkitkan semangatku pada pagi hari ini tepat pada tanggal 20 Juni 2010.

Memang keenggananku untuk bangun pagi sulit terhapus dari diriku ini, terbersit niat untuk tidak mengikuti acara pada hari ini demi melanjutkan tidur kembali. Tapi niat itu langsung terhapus ketika aku terbayang wajah para opa dan oma di Panti Jompo Cendrawasih yang terletak di bilangan Cengkareng Jakarta Barat. Wajah yang penuh senyum dan rona bahagia dari mereka bak pengusir rasa malas yang paling ampuh. Maka aku pun segera bergegas mandi dan bersiap ke RSKB Cinta Kasih, tempat kumpul kami.

Senyum dan Keceriaan
Setibanya di sana, aku masih belum melihat relawan yang hendak ikut ke panti jompo. Setelah beberapa saat, para relawan baru berdatangan mulai dari yang muda sampai dengan yang tua pun turut serta. Jumlah mereka kira–kira 30 orang. Misi kami kali ini adalah menghibur para opa dan oma dengan acara–acara yang sudah dipersiapkan. Di dalam hati aku mulai berharap semoga kedatangan kami para relawan, dapat menghibur opa dan oma. Semoga dengan senyum dan keceriaan kami, mereka dapat ikut berbahagia juga. Tepat pada pukul 08.30 WIB, kami pun beranjak dari RSKB menuju ke Panti Jompo Cendrawasih, dipimpin oleh Ongko Shixiong.

Kompleks panti jompo terlihat rindang karena banyaknya tanaman yang tumbuh di sana, Mungkin sekilas memang terlihat nyaman, tapi anganku melayang membayangkan perasaan opa dan oma yang tinggal di sini, mungkin tidak senyaman yang aku lihat sekarang. Setelah menurunkan barang-barang, segera saja beberapa anak kecil dan relawan lainnya menuntun opa dan oma untuk mengikuti acara yang akan berlangsung di ruangan aula. Opa dan oma terlihat senang ketika mereka dituntun oleh para relawan. Sebuah ungkapan perasaan cinta dan kasih sayang dari orang lain.

foto  foto

Ket : - Setitik perhatian menjadi penyejuk batin dan mewarnai hari-hari para oma dan opa di Panti Jompo             Cenderawasih ini. (kiri)
         - Oma Jumila (berkerudung) dengan ikhlas hati melupakan segala masalahnya. Kehadiran anak-anak             Sekolah Cinta Kasih menjadi pelipur lara. (kanan)

Kisah Oma Jumila
Setelah mereka berkumpul, maka acara pun dimulai dengan peragaan bahasa isyarat tangan oleh anak–anak sekolah Tzu Chi, membawakan lagu Satu Keluarga dan Gan Xie. Aku pun mulai mengabadikan kehangatan suasana ini dengan kamera di tanganku. Acara dilanjutkan dengan menyanyi bersama opa dan oma dengan iringan sebuah band. Mulai dari lagu–lagu oldiest sampai lagu anak muda jaman sekarang, para opa dan oma dengan semangat menyanyikannya, tidak sedikit dari mereka yang berjoget di depan. Terlihat mereka lebih bersemangat daripada kami–kami yang masih muda. Sungguh pemandangan yang jarang kutemui, melihat mereka para opa dan oma tersenyum bahagia perasaanku pun ikut hanyut di dalamnya. Lalu aku melihat ada seorang oma yang tampak sangat berbahagia, membuatku ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang oma ini.

Singkat cerita aku pun diberikan kesempatan untuk ngobrol lebih banyak lagi dengan Oma Jumila. Dari obrolan itu aku mengetahui bahwa oma Jumila sekarang sudah berumur 75 tahun. Walaupun sudah berusia begitu senja, tetapi Oma Jumila tampak sangat sehat, tidak seperti beberapa oma dan opa di sana yang mulai menurun kesehatannya. Oma dahulu adalah istri dari seorang tentara, memiliki dua anak yang telah berkeluarga dan sekarang sedang menetap di luar negeri. Makin lama obrolan ku dengan Oma Jumila semakin hangat, ia pun mulai menceritakan banyak hal mulai dari keluarganya sampai dengan kehidupannya di sana.

foto  foto

Ket: - Opa dan oma sering memerlukan bantuan dan perhatian dari orang lain dalam merawat diri mereka,             salah satunya dalam hal menggunting kuku. (kiri).
         - Oma dan opa menerima kunjungan para relawan seperti menyambut anak dan cucu mereka dengan             "senyum hangat. (kanan)

Berbakti Kepada Orang Tua
Yang  menggelitik rasa ingin tahuku ternyata di balik wajahnya yang ceria, ia memiliki beberapa masalah. Ternyata sekarang ia sedang merasa dikhianati oleh teman baiknya sendiri, tetapi yang membuatku salut pada Oma, ia sama sekali tidak menaruh dendam pada temannya itu. Malahan ia masih mendoakan agar temannya yang sedang sakit ini segera sembuh. Kontan saja kekagumanku terhadap Oma Jumila semakin bertambah besar, jarang kutemukan seseorang bisa mendoakan dan bersikap baik terhadap “musuh”nya. Andai saja semua orang bisa bersikap seperti Oma Jumila, maka dunia tidak ada lagi kekerasan dan peperangan. Cinta kasih itu yang telah membuatnya kuat untuk melanjutkan hidupnya hingga sekarang ini, cinta kasih itu juga yang membuat wajahnya tetap terlihat bahagia walaupun masalah datang silih berganti. Di akhir obrolan kami, ia menyampaikan nasehat, kita harus selalu berbakti kepada orang tua, supaya hidup kita jadi bahagia. “Tidak boleh ngelawan orang tua nanti bisa kualat, begitu tuturnya.

Setelah itu Oma Jumila pun beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar. Dan aku pun kembali ke aula, yang ternyata sedang berlangsung pembagian baju dan sandal baru kepada opa dan oma. Mereka terlihat senang menerima pemberian itu. Akhirnya kami pulang kembali ke rumah sambil membawa kenangan indah bersama opa dan oma, sambil terus mengingat semua karena cinta.

  
 
 

Artikel Terkait

Menilik Jiwa yang Luka

Menilik Jiwa yang Luka

06 Agustus 2012 Rabu, 1 Agustus 2012, matahari sedang berada di ubun-ubun ketika saya dan beberapa relawan mendatangi bawah jembatan rel kereta api Kota-Jayakarta. Beberapa waktu lalu, wilayah ini telah terkena bencana kebakaran.
“Selamat Hari Ibu”

“Selamat Hari Ibu”

20 Desember 2013 Murid Sekolah Tzu Chi Indonesia beserta anaknya merayakan Hari Ibu.  Perayaan yang berlangsung di Aula sekolah lantai 5 ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menyampaikan rasa syukur (terima kasih), hormat, dan cinta mereka terhadap orang tua.
Wujud Cinta Kasih Kepada Sesama Lewat Donor Darah

Wujud Cinta Kasih Kepada Sesama Lewat Donor Darah

13 Februari 2023

Bertempat di Season City, Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat (Xie Li Jembatan Lima) pada Minggu, 05 Februari 2023 kembali mengadakan donor darah untuk menambah stok darah PMI di Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) RSUP Fatmawati.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -