Senang Mengenal Anda
Jurnalis : Fammy (He Qi Timur), Fotografer : Fammy, Carissa (He Qi Timur)Di sela-sela gathering mahasiswa beasiswa karir, relawan juga merayakan ulang tahun salah satu anggota Tzu Ching, Putri.
“Kita datang dari tempat yang berbeda-beda, Kita mempunyai masa lalu yang tidak saling mengenal satu sama lain.” Itulah sepenggal syair lagu Ren Shi Nin Zhen Hao yang juga menjadi tema utama dari gathering mahasiswa beasiswa karir He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading ini.
Sekitar jam 09:30 pagi, nampak sejumlah relawan muda – mudi Tzu Chi dan mahasiswa beasiswa karir mulai berdatangan ke ruang pelatihan relawan di Jing Si Books & Cafe Mall Kelapa Gading. Setelah melakukan penghormatan kepada Master Cheng Yen, acara dibuka dengan menyanyikan lagu Mars Tzu Chi, dilanjutkan dengan pembacaan 10 sila Tzu Chi dan menyanyikan lagu Mars Tzu Ching. Acara gathering dipandu oleh Aulia Shijie dan Carissa Shijie secara bergantian dalam suasana yang penuh keakraban, kehangatan persaudaraan, dan spontanitas.
Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan antar peserta dalam bentuk permainan yang sangat menarik. Suasana gathering pun terasa lebih hidup dan penuh dengan keakraban, walaupun awalnya para peserta dan para relawan muda ini saling tidak mengenal satu sama lain, semuanya hilang melebur dalam keakraban dan kehangatan satu keluarga, satu saudara.
Semua relawan yang hadir bersama-sama menyanyikan lagu Ren Shi Nin Zhen Hao yang juga menjadi tema utama dari gathering ini.
Franciska Shijie selaku wakil ketua xie li 5/Tzu Ching He Qi Timur menyampaikan materi sejarah awal pembentukan Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan dan Tzu Chi di Indonesia.
Franciska Shijie selaku wakil ketua xie li 5/Tzu Ching He Qi Timur menyampaikan materi sejarah awal pembentukan Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan dan Tzu Chi di Indonesia. Ciska, sapaan akrabnya menyampaikan selama bertahun-tahun, yayasan (Tzu Chi) telah memberikan kontribusi bagi layanan sosial, perawatan medis, pendidikan, dan humanis di Taiwan dan di seluruh dunia. Berawal dari 30 ibu rumah tangga yang menyisihkan lima sen uang belanja setiap hari untuk membantu yang membutuhkan. Kini Tzu Chi menyebar di 50 negara dengan 502 kantor di seluruh dunia. Sementara itu, Bagya Persada menjelaskan materi sejarah awal asosiasi mahasiswa Tzu Chi, yang biasa dikenal dengan nama Tzu Ching. Dibentuknya Tzu Ching untuk pendalaman budi pekerti, menanamkan semangat bersumbangsih, welas asih dan kasih sayang yang besar untuk semua.
Vivi Tan Shijie, relawan memberikan pesan cinta kasihnya kepada para peserta. Ia merasa bersyukur kepada semua peserta masih mau meluangkan waktu untuk hadir, di sela – sela waktu untuk belajar mempersiapkan ujian tengah semester ini. “Kita mesti mengajak mereka, saling mmepertemukan mereka, saling mengenalkan mereka semua satu sama lain, sesama komunitas di He Qi Timur, caranya dengan acara gathering ini, dengan perkenalan, dengan permainan-permainan yang menarik, sehingga mereka tidak merasa terasingkan,” ungkap Vivi Shijie. “Kalian bukan lagi terpisah-pisah, tetapi kalian sudah menjadi satu saudara seperguruan dari Master Cheng Yen,” tambahnya.
Vivi Tan Shijie, relawan memberikan pesan cinta kasihnya kepada para peserta.
Rinaldi Valentino (kiri) mengaku bersyukur bisa menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi saat memberikan sharing.
Berbuat Kebajikan di Usia Muda
Rinaldi Valentino (22 tahun), salah satu peserta asal Biak yang saat ini sedang melanjutkan kuliah keperawatan mengaku bersyukur bisa menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi. Ia juga pernah mengikuti baksos dan kunjungan kasih. Rinaldi merasa kalau hanya bekerja di puskesmas atau di rumah sakit tempatnya berdinas, masih terasa kurang. Ia merasa hanya bekerja karena mencari uang, tetapi berbagi kasihnya terasa kurang. Jadi melalui jalinan jodoh dengan Tzu Chi, selain bisa menerapkan karirnya dibidang keperawatan, ia juga bisa membagikan cinta kasih bersama-sama.
“Tzu Chi sangat menarik karena Tzu Chi bukan hanya membuat kita sekedar membantu orang lain, tetapi diri kita sendiri juga turut terbantu. Kita sendiri juga bisa berubah, membangun karakter yang lebih baik,” ungkapnya. Rinaldi mengaku tidak ada keteraturan dalam dirinya, tidak displin, suka bermalas-malasan. Tetapi setelah mengenal Tzu Chi sedikit demi sedikit mulai merubah diri, kebiasaan buruk mulai dihilangkan. “Bagaimana diri saya mengambil sikap yang lebih baik terhadap orang lain, lebih bisa menahan diri, lebih bisa menahan nafsu dunia, dan budaya humanis yang seperti ini sangat berbeda, dan tidak saya temukan di kegiatan kemanusiaan yang lain,” akunya. Rinaldi bergabung dengan Tzu Chi sejak tahun 2013, saat itu ia turut bersumbangsih pada baksos katarak di Biak, papua. Ia mengaku senang bisa bersumbangsih membantu sesama yang membutuhkan melalui Tzu Chi.
Rinaldi mengatakan kegiatan gathering ini memberikan kesan tersendiri baginya. “Kesan saya lebih menggunakan waktu luang, menggunakan weekend dengan benar-benar baik, kalau biasanya jalan-jalan ke mall atau kemana yang membuat lelah, tetapi dari acara ini kita mendapat sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti bagaimana bangun budaya humanis, bersosialisasi dengan teman-teman yang baik,” ucapnya. Ia juga berpesan kepada teman-temannya dalam sharing, jika ingin mengubah kebiasaan buruk, maka ikut Tzu Chi. “Kalau kita ikuti Tzu Chi dengan sepenuh hati, pasti perubahan baik akan muncul. Kalau kita melakukan kebajikan saat umur kita sudah tua, sama seperti kita menanam di tanah yang mulai gersang, tapi bila kita melakukan kebajikan di saat masih muda, kita menanam di tanah yang masih gembur, maka kebajikan itu akan berangsur bertumbuh subur sampai kita tua nanti. Dalam berbuat kebaikan semua sama, jadi di mana pun kita bisa berbuat kebaikan, kalau bisa kita lakukan, pergi saja. Tidak ada ajaran agama apapun yang melarang, bagi umatnya pergi berbuat kebajikan bagi orang lain,” pungkasnya.