Senantiasa Bersyukur Walau Menghadapi Wabah Covid-19

Jurnalis : Chrestella Budyanto (Tzu Chi School), Fotografer : Chrestella Budyanto (Tzu Chi School)


Sebelum akhirnya harus belajar di rumah, Februari lalu para siswa menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama memanjatkan doa dan menggalang dana bagi orang-orang di Wuhan.

Sejak pertengahan Maret lalu, siswa-siswi Sekolah Tzu Chi Indonesia diwajibkan untuk belajar dari rumah. Tentu bukan hal yang mudah bagi anak-anak ini untuk berdiam diri di rumah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah lelahnya otot mata akibat terlalu lama berada di depan komputer, hingga rasa bosan dan rasa rindu untuk berjumpa dengan kawan-kawan.

Hulia Wijaya, siswi kelas 11 Tzu Chi Secondary School, malah merasa himbauan untuk tidak keluar rumah menguatkan tali kasih keluarga. “Secara tidak langsung, malah mendekatkan kami sekeluarga. Karena kan di rumah aja, nggak banyak yang bisa kami lakukan tapi akhirnya kami malah bisa main board games, bisa nonton bareng di rumah, dan komunikasi antar anggota keluarga pun lebih lancar,” tutur Hulia.

Bersyukur, Menghormati, Mencintai
Tiga pilar Tzu Chi yakni bersyukur (gan en), menghormati (zhung zong), dan cinta kasih/mengasihi (ai) sebenarnya adalah sifat hakiki yang pasti dimiliki setiap orang. Dalam masa-masa sulit seperti ini, para siswa mampu belajar untuk bersyukur dalam keterbatasan.


“Dengan bersyukur, dapat menguraikan simpul di dalam hati dan juga dapat membangkitkan rasa belas kasih kita” ~ Kata Perenungan Master Cheng Yen.

Hal ini diungkapkan oleh Chia Ling, siswi kelas 11 Tzu Chi Secondary School. Chia Ling pun menyadari, coronavirus menyerang siapapun tanpa memandang bulu, siapa saja bisa sakit. “Harusnya kita juga bisa sadar untuk memperlakukan orang lain dengan cinta kasih yang sama, tanpa membeda-bedakan kelas atau golongan.”

Bagi Chia Ling, di masa wabah seperti ini, hal yang paling penting untuk diterapkan adalah tetap positif dan senantiasa bersyukur. Dua hal ini akan mampu membantu siapa saja dalam melewati cobaan apapun. “Ketika kita ingat untuk bersyukur, maka kita akan lebih jarang mengeluh dan menemukan waktu untuk membantu orang lain.”

Hal yang sama juga diungkapkan kawan seangkatannya, Melvin Nison Tio, yang mengedepankan pentingnya bersyukur dan menghargai orang lain. “Kita jadi bisa bersyukur karena kita masih sehat, orang-orang yang kita sayang pun sehat. Selama kita bersyukur dan selalu positif, kita dijauhkan dari ketakutan-ketakutan yang berlebihan.”

Salah satu siswi yang meluangkan waktunya untuk membuat kartu ucapan bagi para petugas medis, Ardelia Purnawan, mengatakan selain bersyukur, salah satu cara mudah untuk menghargai orang lain adalah dengan tidak menjadi egois.


Karya Ardelia Purnawan untuk menyemangati para petugas medis.

“Banyak orang lain yang juga merasakan kesulitan atau tantangan yang kita hadapi, dan nggak semua orang mampu untuk memberi apapun yang mereka butuhkan, jadi seharusnya orang-orang bisa berpikir untuk tidak panic buying.

Kelas budaya humanis yang menjadi khas Sekolah Tzu Chi memang bukan mata pelajaran yang menjadi basis prestasi akademis, tetapi pengajaran budaya humanis diharapkan dapat senantiasa menjadi pengingat bagi siswa untuk tetap tenang serta mampu menghargai nilai-nilai kehidupan.

“Esensi dari kelas budaya humanis ini adalah perasaan, bagaimana siswa bisa peka akan kejadian di sekitar mereka, bisa menghargai nilai-nilai kemanusiaan, terutama pada masa seperti ini,” tutur Agus Hartono, salah satu pengajar budaya humanis di Tzu Chi Secondary School.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Senantiasa Bersyukur Walau Menghadapi Wabah Covid-19

Senantiasa Bersyukur Walau Menghadapi Wabah Covid-19

06 April 2020

Nilai-nilai kehidupan dalam kelas budaya humanis, membantu para siswa Sekolah Tzu Chi Indonesia untuk melewati proses belajar di rumah dengan baik sambil diingatkan untuk terus bersyukur.

Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -