Christoper Noel Tigor Manik (9) membacakan puisi berjudul Terima Kasihku.
Ku datang ke dunia ini dalam kesunyian
Begitu indahnya dunia ini namun kesunyian ini begitu membatasiku
Ingin aku merasakan indahnya kicauan burung, lantunan nada yang membuat penari berdendang
Dan doa yang dipanjatkan orang tuaku untuk masa depanku
Harapan itu sulit kuraih dan terasa hampir sirna
Tetapi secercah sinar datang, ketika para orang baik di Buddha Tzu Chi datang menghampiriku
Rasanya seperti mimpi, Aku bisa mendengar!!
Kupupuk kembali cita-citaku menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa
Terima kasih Yayasan Buddha Tzu Chi
Ku berjanji masa depan akan kuraih
Gan En Master Cheng Yen
Gan En Shigu Cucu
Gan En Shigu Noni
Gan En para donatur
Puisi berjudul Terima Kasihku dibacakan dengan lantang oleh Noel (9) dalam gathering penerima bantuan implan koklea di Tzu Chi Center, PIK (25/2/2023). Puisi tersebut merupakan ungkapan syukur keluarga Noel atas bantuan alat implant koklea dari Tzu Chi.
Rupanya kemampuan Noel dalam berbicara dan juga mendengar kian hari makin meningkat. Sejak menjalani operasi implant koklea pada 22 November 2017, kedua orang tua Noel tak henti mengantar anak bungsunya mengikuti terapi demi terapi. Tempat terapi Noel yang sekarang bahkan berada di Kelapa Gading, Jakarta Utara, jarak yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka di Bojongkulur, Gunung Putri, Bogor.
“Di Kelapa Gading ini sekaligus membetulkan kosakata dan juga untuk pemahaman. Kalau ditulis sama gurunya Noel Tolong Matikan Lampu. Dia dia harus paham yang matikan lampu itu yang bagaimana, jadi tidak sekedar untuk melatih oralnya saja,” ujar Replan Manik, ayah Noel.
Masayu bersama Fie Lan, relawan Tzu Chi yang sangat perhatian padanya.
“Assalaamu alaikum…, Nama saya Masayu Aini Gunawan. Saya usia 14 tahun, saya kelas enam SD. Sekolah di Aluna. Terima kasih Buddha Tzu Chi.”
Masayu, penerima bantuan implan koklea lainnya juga turut menyampaikan sepatah kata sebagai wujud kegembiraannya karena sudah tiga tahun memiliki alat implan koklea. Pelafalan Masayu memang belum begitu jelas karena baru memakai implan koklea di usia 11 tahun. Namun Ayu tak kenal putus asa, ditambah lagi dukungan orang tuanya yang mau melakukan apapun demi kemajuan anaknya.
“Ayu makin banyak kosakata, bicaranya lebih luas ya, yang tidak diajarkan sama saya, dia sudah mengerti sendiri. Trus lebih dewasa, lebih mengayomi adik-adiknya,” kata Rifda, sang ibu.
Isyarat tangan lagu Satu Keluarga, sebuah lagu yang sangat mewakili kedekatan para keluarga penerima bantuan implan koklea dengan para relawan Tzu Chi.
Gathering penerima bantuan implant koklea ini dihadiri setidaknya 16 keluarga penerima bantuan. Pihak dari MED-EL dan Kasoem Hearing Center, dua perusahaan implan pendengaran yang selama ini bekerja sama dengan Tzu Chi juga turut hadir. Tak ketinggalan para relawan Tzu Chi yang selama ini mencurahkan perhatian untuk mendampingi keluarga penerima bantuan, dari mula hingga operasi, bahkan hingga saat ini di proses anak mereka menjalani terapi.
Banyak sekali sisi humanis dalam pertemuan ini. Salah satunya bagaimana ketika para orang tua berbagi kisah perjuangan mereka mengupayakan agar anaknya bisa mendapatkan bantuan implant koklea di tengah kondisi ekonomi yang kekurangan. Namun dengan kegigihan mereka dalam berusaha, disertai doa yang tiada putus, mereka sampai di titik yang sekarang, menyaksikan anak mereka akhirnya bisa mendengar.
Usai dibantu pemasangan implan koklea, Tzu Chi melalui para relawannya terus mendampingi para keluarga ini.
Di sini para orang tua penerima bantuan implant koklea bisa saling mengenal satu sama lain dan saling berbagi pengalaman. Para orang tua ini pun seperti mendapat suntikan semangat untuk terus mendampingi anak istimewa mereka. Karena keberhasilan dari pemasangan implan koklea sangat tergantung pada seberapa maksimal orang tua menemani anak mereka mengikuti terapi dan mempraktikannya di rumah.
“Bukan ucapan terima kasih yang kami harapkan tetapi bagaimana optimalnya mereka memanfaatkan bantuan yang sudah mereka dapat. Kami mengajak semua penerima bantuan ini untuk bisa men-support satu sama lain. Kita bersaudara, kita keluarga, untuk selamanya. Jadi kita bisa sama-sama saling support,” terang Margareta Amelia, Kepala Divisi Bakti Amal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Editor: Arimami Suryo A.