Amanda relawan Tzu Chi sedang memeragakan meracik dan menyajikan teh di depan para staf dan tim medis Tzu Chi Hospital. Pengenalan meracik teh ini sebagai pengenalan dan upaya relawan Tzu Chi untuk staf dan tim medis sebagai keluarga besar Yayasan Tzu Chi dalam memahami tata krama, etika, budaya mindful (sepenuh hati) dan aspek rasa syukur, menghargai, dan mencintai sesama makhluk hidup.
Meracik dan menyajikan teh bukanlah hal yang mudah, diperlukan kesabaran, ketenangan jiwa, ketelitian, dan kebijaksanaan untuk memadukan keselarasan teh serta menghasilkan racikan teh menjadi sebuah karya seni yang indah untuk dilihat dan dinikmati.
Sederhana, menyenangkan, namun bermakna, inilah yang terlihat ketika 50 orang staf dan tim medis Tzu Chi Hospital mencoba untuk meracik teh yang baik. Ada tiga elemen penting yang harus diperhatikan dalam menyajikan teh, yakni: Takaran daun teh, suhu air, dan lama waktu penyeduhan.
Pada kelas saji teh, para staf dan tim medis Tzu Chi Hospital selalu diingatkan akan tiga nilai penting sebelum meminum teh: xÄ«n fÄ hÇŽo yuán (memiliki hati dan pikiran yang baik), kÇ’u shuÅ hÇŽo huà (ucapan yang baik), serta shÄ“n xíng hÇŽo shì (berbuat kebajikan).
Pada penyajian teh ada 14 item peralatan-peralatan penyajian teh yang semuanya mempunyai fungsi dan makna yang saling menunjang hingga teh ini siap disajikan dan dinikmati.
Ada 50 orang staf dan tim medis Tz Chi Hospital mengikuti pengenalan meracik teh yang masuk dalam misi budaya humanis Tzu Chi. Pengenalan kelas meracik teh ini berlangsung di gedung Gan En Tzu Chi Center, Kamis, 6 Oktober 2022.
Nancy Streisand relawan Tzu Chi yang memandu pengenalan penyajian teh ini berharap dengan kelas penyajian teh ini, para staf dan tim medis Tzu Chi Hospital tidak hanya belajar menyeduh dan minum teh saja, tetapi juga mampu memahami tata krama, etika, budaya mindful (sepenuh hati), dan aspek rasa syukur, menghargai, dan mencintai.
“Pada saat menyajikan the, kita belajar kemurahan hati kita yang diwujudkan dengan menyiapkan taplak, disiplin (berbaris rapi), usaha (cara memegang cangkir), konsentrasi (ketika menuang teh), dan kebijaksanaan (saat menuang teh tidak melangkahi cangkir yang lain),” tutur Nancy.
Pada kesempatan itu Amanda, relawan Tzu Chi yang bertugas memeragakan cara meracik teh dengan lemah lembut menggunakan peralatan-peralatan penyajian teh yang semuanya ada 14 item.
Bagaimana caranya? Selain pengetahuan khusus mengenai cara menyajikan teh, hal lain yang perlu dipelajari adalah disiplin, berbaris dengan rapi, cara memegang cangkir, menyajikan makanan, dan tahapan-tahapan menyeduh teh.
Pada awal memulai kelas meracik teh, para staf diminta untuk menjalankan meditasi sekitar 3 menit. Meditasi untuk menenangkan diri lebih fokus ketika mengikuti kelas penyajian teh.
Pada awal memulai kelas meracik teh, para staf diminta untuk menjalankan meditasi sekitar 3 menit. Meditasi dilakukan dengan tujuan untuk menenangkan diri sehingga para staf dan tim medis dapat lebih fokus ketika mengikuti kegiatan kelas. “Saya sangat suka sekali suasananya karena ketika masuk ruangan ini terasa tenang dan relaks,” sharing Bidan Lenni Nafsia.
Pada kelas saji teh untuk staf Tzu Chi Hospital ini, para staf lebih fokus kepada pengetahuan filosofi mengenai meracik teh. Para staf dan tim medis langsung mempraktikkan cara menyeduh teh.
Misalnya Echa perawat general rawat inap di Tzu Chi Hospital, yang baru kali pertama mengikuti kelas meracik teh, merasa sangat menyenangkan. “Setelah tahu filosofi meracik teh ini mengajarkan saya bersabar, disiplin, lebih teliti dalam pekerjaan dan ini sangat berguna sekali ketika saya melayani pasien di tempat kerja saya,” ujar Echa.
Echa perawat general rawat inap di Tzu Chi Hospital sedang belajar cara menuangkan teh dari teko ke cangkir-cangkir secara berurutan. Hal ini mengajarkan pada diri untuk bersabar, teliti, dan bijaksana dalam menung teh.
Sama dengan yang dirasakan oleh Jeniver, perawat dari ruang pandemi Tzu Chi Hospital. Jeniver sangat senang karena bisa langsung praktik cara penyajian teh dan mengetahui filosofi dari penyajian teh ini. “Kita jadi tahu penempatan alat-alat saji teh yang sesuai dengan filosofi di atas meja,” ujar Jeniver.
Dalam satu set alat saji teh, ada sepuluh macam alat saji teh yang harus diletakkan sesuai tempat dan kegunaannya masing-masing. Jika terjadi salah penempatan pada baki, hal ini akan mengganggu dinamika penyajian teh itu sendiri. Misalnya, alas untuk tutup teko, harus diletakkan berdekatan dengan sisi kanan teko, untuk memudahkan penyaji, serta menghindari adanya air teh yang tumpah.
Nancy mengatakan pengenalan kelas penyajian teh ini untuk stf dan tim medis Tzu Chi Hospital adalah karena mereka adalah bagian dari keluarga besar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Kita ingin agar mereka mencicipi, merasakan dan mengerti akan budaya humanis Tzu Chi dan salah satunya adalah kelas meracik teh ini,”ujar Nancy.
Para staf dan tim medis Tzu Chi Hospital yang dipandu oleh Nancy diingatkan akan tiga nilai penting sebelum meminum teh, yaitu xÄ«n fÄ hÇŽo yuán (memiliki hati dan pikiran yang baik), kÇ’u shuÅ hÇŽo huà (ucapan yang baik), serta shÄ“n xíng hÇŽo shì (berbuat kebajikan).
Pada pengenalan kelas meracik teh ini ternyata mereka menyambut dengan baik karena makna yang terkandung di dalam meracik teh ini sangat baik untuk diri mereka baik untuk lingkungan keluarga dan lingkungan kerja mereka.
“Saya berharap mereka dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mereka sering bertemu dengan sekian banyak pasien yang sangat bervariasi di rumah sakit Tzu Chi, ini sih poin pentingnya,” tutur Nancy.
Pengenalan meracik teh ini diharapkan dapat menunjang para staf dan tim medis Tzu Chi Hospital dalam kehidupan bermasyarakat, kemampuan menempatkan diri dalam lingkaran sosial maupun lingkungan pekerjaan di Tzu Chi Hospital.
Editor: Metta Wulandari