Seniman Bangunan
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar SoemithraMenyambut datangnya Ramadan, para pekerja pembangunan Aula Jing Si mendapatkan siraman rohani dari Habib Saggaf, pimpinan Pondok Pesantren Al Ashriyyah Parung, Bogor. |
| |
Seni dalam Bangunan Habib Saggaf menganggap pekerjaan mereka sebagai sebuah ibadah yang tidak kecil. “Kita memindahkan batu saja adalah sebuah ibadah, apalagi menata batu menjadi rumah, menata bata menjadi rumah, tempat untuk berlindung,” jelas Habib yang membuat para pekerja mengangguk-angguk. Ia kemudian membandingkan bekerja sebagai tukang bangunan dengan jihad. Menurutnya, bekerja keras mencari nafkah merupakan jihad, bukan malah membunuh orang dengan menggunakan bom. Di mata Habib Saggaf, pekerjaan membuat rumah bukan pekerjaan yang mudah karena harus memiliki jiwa seni. “Anda semua seniman. Semua yang membangun bangunan dengan indah adalah seniman,” puji Habib, “(Seniman) bukan hanya penyanyi (atau) pelukis.” Para pekerja bangunan itu seperti baru saja tersadar akan sesuatu mendengar ucapan Habib. Belum sempat rasa terkejut mereka hilang, Habib telah melontarkan ucapan yang makin membuat mereka terkejut. “Nama Anda tukang batu, tukang batu. Itu salah! Hari ini kita beri pangkat tukang batu, tukang bangunan dengan nama ‘seniman bangunan’!” seru Habib yang segera disambut tepuk tangan meriah pertanda setuju.
Ket : -Setiap Jumat malam, relawan Tzu Chi berkumpul di lokasi pembangunan Aula Jing Si untuk menularkan cinta kasih dan budaya humanis kepada para pekerja pembangunan. (kiri) Ada tiga manfaat yang diberikan “seniman bangunan”, menurut Habib, yang diberikan kepada kita. “Kenapa dinamakan seniman bangunan? Karena Anda memberikan keamanan, kenyamanan, dan keindahan,” tandas Habib. Ia mengakui tidak mungkin bisa menghasilkan sebuah rumah yang bernilai seni seperti yang dilakukan oleh “seniman bangunan”. Membuat bangunan harus ada ukuran yang akurat namun juga memiliki keindahan. Rumah saat ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, namun juga sebuah karya seni. Usai memberikan wejangan, kepada relawan Tzu Chi seraya menunjuk tembok yang ditempeli kata renungan, Habib memberikan sebuah bocoran. Ternyata kata-kata Habib yang membakar semangat “seniman bangunan” itu terinspirasi oleh sebuah kata renungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Memiliki rasa terima kasih kepada orang lain dan puas kepada diri sendiri adalah kebahagiaan dalam hidup.” Habib melanjutkan, “Kita sering melupakan mereka. Kita berterima kasih kepada mereka, (maka) kita (balas dengan) pikirkan (sebuah) nama untuk dia.” Maka terpikirlah nama “seniman bangunan”. Walaupun hanya sebuah nama, tapi Habib yakin itu adalah sebuah bentuk terima kasih yang tak ternilai. “Seumur hidup dia nggak bakal lupa,” tandas Habib yakin. “Saya merasa bangga disebut sebagai seniman bangunan,” aku Mustaghirin usai mendengar wejangan Habib sambil tersenyum puas yang membuktikan keyakinan Habib. “Mulai besok jangan panggil ‘Hai tukang!’, tapi ‘Hai seniman!’,” ajak Habib pada relawan dan pengawas proyek pembangunan Aula Jing Si.
Ket : - Baru kali ini Mustaghirin tetap bekerja sebagai pekerja bangunan saat bulan puasa, karena sedang mengumpulkan uang untuk anaknya yang akan masuk kuliah. Biasanya ia pulang ke kampung halamannya saat bulan puasa.(kiri) Bersiap Puasa Laki-laki asal Kendal, Jawa Tengah yang telah 20 tahun bekerja di bidang bangunan ini biasanya berhenti menjadi “seniman bangunan” saat memasuki bulan puasa. Namun kali ini ia tetap bekerja. “Karena lagi ada hajat jadi walaupun puasa tetap kerja. Anak mau kuliah,” Mustaghirin memberikan alasan. Bekerja pada proyek pembangunan Aula Jing Si menurutnya berbeda dibandingkan dengan bekerja di proyek lain. “Tiap Jumat ada pelajaran, tuker pengalaman buat kita,” ujarnya. Ia juga bersyukur walaupun bekerja untuk proyek sebuah organisasi Buddha, namun ibadahnya tidak pernah terganggu. “Alhamdulillah selama bekerja di sini tak pernah melalaikan ibadah salat Jumat,” kata Mustaghirin. Ia biasanya beramai-ramai jalan kaki untuk menuju masjid. Untuk bulan puasa kali ini pun, ia berharap bisa tetap menjalani sepenuhnya meski sambil bekerja. | ||
Artikel Terkait
Pekan Amal Tzu Chi 2019
21 Oktober 2019Dengan wajah yang berseri-seri, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei membuka Pekan Amal Tzu Chi 2019 dengan memukul gong bazar sebanyak tiga kali. Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini berlangsung meriah, namun sangat rapi dan tertib. Pekan Amal Tzu Chi 2019 didukung banyak pihak. Tercatat ada 207 stan dengan berbagai macam produk, seperti makanan, minuman, sembako, ATK, pakaian, elektronik, hingga kendaraan roda 2 dan 4.