Sentuhan Lembut Keluarga Baru
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariSuster Weny Yunita memberikan diaper kepada Nadya Aneesha Azzahra yang digendong ibunya, Nila Mardalena. Pada kesempatan itu ia memberikan bantuan mingguan kepada pasien yang tinggal di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng berupa diaper, obat-obatan, dan biaya mingguan.
Waktu masih menunjukkan pukul 16.30 WIB, namun Suster Weny Yunita –staf badan misi Tzu Chi yang juga anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia– sudah bergegas meninggalkan kantor. Ia menitipkan empat kadus barang berisi diaper dan obat-obatan ke mobil seorang teman sementara ia memilih meninggalkan kantor dengan mengenakan jas hujan dan sepeda motornya. Hari itu hujan rintik menemani Weny, panggilan akrabnya, menuju Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Setiap seminggu sekali, Weny selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rusun dan memberikan bantuan mingguan kepada para pasien penerima bantuan yang berasal dari luar Kota Jakarta. Salah satu blok di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memang dikhususkan sebagai rumah singgah bagi pasien Tzu Chi dari luar kota. Sekarang, blok tersebut dihuni 12 pasien dan 12 pendampingnya, semuanya berjumlah 24 orang. Mereka berasal dari berbagai wilayah: Semarang, Jambi, Palembang, Pekanbaru, Batam, Singkawang, dan yang paling jauh dari Biak.
Kedatangan Weny hari itu nyatanya sudah ditunggu oleh para pasien. Dua puluh empat orang duduk rapi di tangga lantai dasar rusun. Ketika Weny tiba, mereka langsung menyambutnya. Weny dan para pasien maupun keluarganya terlihat sudah akrab karena ia sering datang dan bertanya tentang perkembangan pengobatan anak atau keluarga mereka.
“Saya biasa ngobrol sama mereka tentang apa sihkesulitan mereka selama di sini atau kesulitan mereka di rumah sakit. Saya ada kekhawatiran sedikit,” ucap Weny.
Kekhawatiran
Weny akan keadaan pasien dan keluarganya bukan tanpa alasan. Ia menjelaskan
bahwa beragam penyakit yang diderita pasien-pasien itu membuat mereka tidak
hanya dirujuk di satu rumah sakit saja. Sedangkan sementara ini staf Tzu Chi
hanya membantu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Weny mempersiapkan diaper yang akan ia bagikan untuk para pasien yang tinggal di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Setiap seminggu sekali, Weny selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rusun dan memberikan bantuan mingguan kepada para pasien penerima bantuan yang berasal dari luar Kota Jakarta.
“Mereka rujukannya bisa ke RS Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto, RS Harapan Kita, macam-macam,” katanya. Maka ia dengan senang hati meluangkan waktunya untuk menjawab berbagai pertanyaan dari keluarga pasien.
“Yang selalu saya pesankan ke mereka adalah, ‘tanya ya bu.., tanya’. Karena mereka semua ini dari luar daerah, sendiri, bawa anaknya berobat, dan tidak tahu Jakarta,” imbuh Weny.
Seperti Ika Setyaningrum (25) yang berasal dari Biak, Papua. Ibu dari Ellizious Imanoel Sapoetra (2.5) ini kerap bolak balik ke Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita untuk memeriksakan kondisi Noel, putranya yang menderita Hirschsprung (kondisi kelainan pada usus besar yang menyebabkan kesulitan mengeluarkan kotoran).
“Kalau saya ke rumah sakit, sudah paling repot lah,” kata wanita asli Jawa Tengah ini. “Gendong anak di depan, gendong ransel di belakang. Semua dikerjain sendiri,” lanjutnya sambil tertawa.
Walaupun
kerap merasa repot, Ika yang sudah tinggal selama 8 bulan di rusun, masih terus
bersyukur karena setelah rutinitas hariannya itu ia lalui, mereka bisa kembali
tinggal dengan nyaman dan mendapatkan perharian ekstra di rusun. Seperti sore
itu ketika Suster Weny membawakan diaper,
beberapa obat-obatan ringan, dan biaya mingguan (mencakup uang sarapan,
biaya transport, atau biaya rawat jalan apabila ada) untuk Noel dan pasien
lainnya. Belakangan kondisi BAB Noel yang di luar kebiasaan membuat Ika sedikit
kerepotan. Sehari ia bisa mengganti diaper
Noel sebanyak 20 kali.
Ika Setyaningrum dan Ellizious Imanoel Sapoetra, anaknya, menerima bantuan mingguan dari Tzu Chi. Mereka sudah 8 bulan tinggal di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Selain memberikan bantuan rutin, Weny memeriksa tensi para pendamping pasien dan berpesan kepada mereka untuk selalu menjaga kesehatan.
“Dokter memang sudah bilang kalau akanada masa seperti ini,” katanya.
Selain Ika, Nila Mardalena (27) juga merasakan hal yang sama. Selama tinggal di rusun, 9 bulan lamanya, ia merasa nyaman karena bisa berbagi dengan keluarga baru.
“Dulu saya pikir cuma saya yang diberikan ujian sedemikian besar, tapi ternyata setelah melihat di sini banyak anak-anak lain yang juga sakit, saya belajar menerima dan bersyukur,” kata ibu dari Nadya Aneesha Azzahra (2.5) ini.
Anees, panggilan anaknya, hingga sekarang belum bisa berjalan karena kaki kirinya mengalami patah tulang saat proses persalinan. Sudah tiga kali proses operasi mereka jalani, namun tulang kaki kiri Anees masih belum kuat menopang tubuhnya.
“Adanya tempat ini (rusun) memang diharapkan sangat membantu mereka dari mulai memudahkan mereka berobat hingga bertemu orang-orang baru dan berbagi cerita,” kata Weny.
Ibu dari dua anak itu menambahkan bahwa para pasien mempunyai semangat untuk berobat ada. Namun ketika tidak ada tempat tinggal, mereka akan sangat kesusahan.
“Apabila Tzu Chi tidak membantu tempat tinggal mereka selama di sini, mereka harus memikirkan biaya kos, makan, transpor, dimana itu jauh lebih besar dari biaya pesawat mereka.Bisa dibayangkan akan seperti apa,” jelas Weny.
Artikel Terkait
Sentuhan Lembut Keluarga Baru
17 November 2017Seminggu sekali, Weny selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan memberikan bantuan kepada para pasien penerima bantuan yang berasal dari luar Kota Jakarta. Salah satu blok di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memang dikhususkan sebagai rumah singgah bagi pasien Tzu Chi dari luar kota.