Senyum Itu Hadir Kembali
Jurnalis : Wie Sioeng (He Qi Timur), Fotografer : Neysa (He Qi Timur)Relawan Tzu Chi mengunjungi keluarga Bapak Ujang, salah satu keluarga penerima bantuan bedah rumah yang dilakukan oleh Tzu Chi di kawasan perkampungan padat di pinggiran Perumahan Kelapa Gading, Jakarta Utara. |
| ||
Kegelisahan dan Kepasrahan Hidup Kondisi ekonomi yang tidak baik — pada saat itu Pak Ujang sedang menganggur karena terkena PHK – dan hanya istrinya saja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan menjahit. Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja sulit. Sebelumnya Pak Ujang pernah bekerja di salah satu perusahaan cat sebagai seorang binder (menjilid dan mengarsipkan dokumentasi administrasi perusahaan) dan menjadi seorang satpam. Setelah beberapa kali mencoba bekerja dan selalu dibohongi akhirnya ia menjadi takut untuk mencoba bekerja kembali. Lalu Pak Ujang memutuskan untuk berdiam diri saja, dan sejak itu keributan-keributan dalam rumah tangga dengan istrinya kerap terjadi. Masalah pembagian warisan rumah ini juga pemicu kurang harmonisnya hubungan Pak Ujang dengan kakak iparnya. Dimana saat itu rumah yang didapat pak Ujang lebih luas dibanding kakaknya, tapi ketika Yayasan Buddha Tzu Chi membantu membangun rumah mereka dan memberi usul agar dibagi menjadi 2 bagian yang sama, mereka pun setuju.
Ket : - Para anggota Tzu Ching tengah menghibur Rindu (15), putri Pak Ujang. (kiri) Perhatian dari Para Relawan Membangkitkan Semangat Hidup "Waktu itu saya mau pergi kerja, di tengah jalan saya ingat ada yang ketinggalan lalu saya pulang. Tapi sampai di rumah, saya agak curiga, kenapa pintu terkunci dan jendela juga, sedang di luar ada sepasang sandal jepit, pikiran jadi bingung. Lalu saya panggil-panggil Rindu, saya ngedor-ngedor pintu. Akhirnya pintu terbuka, saya kaget sekali," kata Pak Ujang menghentikan ceritanya. Ada rasa emosi tertahan. "Saya marah sekali. Mau saya pukul laki-laki itu, tapi ada tetangga yang mengingatkan saya akhirnya nggak jadi. Dia mengingatkan agar berhati-hati karena tidak ada bukti. Terpaksa saya pendam dan biarkan orang itu itu pergi," kata Pak Ujang. "Kami tidak berani melapor, karena (menurut) kami tidak akan menang. (Kami) orang kecil dan juga tidak bukti, " sambung Pak Ujang pasrah. Peristiwa ini ternyata meninggalkan trauma pada Rindu (15) dan ia pun menjadi anak yang pendiam dan pemurung, serta selalu menghindar bila bertemu orang lain, terutama pria. Begitu pula terhadap kami pada awal-awalnya. Peristiwa ini juga mengakibatkan menurunnya prestasi belajar Rindu di sekolah, sehingga ia mengalami tiga kali tinggal kelas dan membuatnya tidak dapat diterima di sekolah negeri. Untuk masuk sekolah swasta membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan ini cukup menyulitkan Pak Ujang dan istrinya. Tapi, pertemuan mereka dengan Tzu Chi membawa harapan baru, tidak saja rumahnya dibedah, kesulitan mereka pun dibantu.
Ket : - Bapak Ujang dan istrinya mempunyai seorang putri, yaitu Rindu. Mereka tinggal di rumah warisan orang tua Pak Ujang yang dibagi dua dengan keluarga istri almarhum kakaknya. (kiri). Saat ini Rindu belajar di sebuah SMP swasta dengan beasiswa dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan beberapa kali bantuan bimbingan belajar dan perhatian oleh relawan sehingga nilai-nilai pelajarannya membaik. Rindu pun kini bisa lebih terbuka terhadap beberapa relawan yang akrab dengannya. Awalnya banyak masukan dari beberapa tetangga yang meragukan bantuan bedah rumah yang diterimanya. “Nanti kamu disuruh pindah agama loh,” kata salah satu tetangganya. Tetapi sebelumnya Pak Ujang telah mendengar bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi itu kalau membantu tidak melihat agama maupun suku karena bersifat universal. "Malah sekarang saya selalu diingatkan oleh relawan untuk rajin salat lima waktu, dan lebih bersyukur dalam hidup ini. Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, terlebih kepada para relawan atas semua bantuan dan perhatiannya," ujarnya sambil tersenyum kepada kami. Senyum Itu Hadir Kembali di Rumah Ini Semangat untuk mencari kerja bangkit kembali dan kini Pak Ujang bekerja lepas sebagai tukang yang kadang mendapat panggilan dari tetangga sekitar atau ikut teman bekerja memasang instalasi listrik. Hari semakin senja ketika kami mohon diri kepada Pak Ujang. "Hati-hati, ya," ucap Rindu perlahan sambil tersenyum malu-malu kepada kami. Ketika kami mulai meninggalkan rumahnya, alangkah bahagia rasanya mendengar kata-kata itu. Ternyata sedikit perhatian mampu membuat hubungan keluarga ini menjadi lebih baik, khususnya kepada Rindu yang perlahan-lahan dapat membangkitkan semangat dan rasa percaya dirinya. | |||
Artikel Terkait
Memperkenalkan Misi Tzu Chi Pada Pekan Anti Korupsi
10 Desember 2013 Pameran ini diikuti sebanyak 90 peserta stan yang terdiri dari jajaran pemerintahan, BUMN, LSM, Lembaga Pendidikan, Media, anggota komunitas anti suap, dan lain-lain. Tak terkecuali Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama DAAI TV yang juga mendapat undangan untuk membuka stan di pameran anti korupsi.Pelatihan Relawan: Dharma Tak Bersuara
24 Juni 2013 Pelatihan kali ini terkesan menarik dan unik, pasalnya pelatihan yang biasanya berlangsung di dalam ruangan dengan peserta yang duduk diam serta disuguhi dengan materi dan sharing relawan, saat itu justru hanya terjadi dalam sedikit sesi.Menginspirasi Anak Asuh Beasiswa di Tengah Pandemi
21 Juli 2020Webinar dengan tema Belajar Efektif di Era New Normal diisi dengan sesi sharing oleh Yuniarti, seorang alumni penerima beasiswa Tzu Chi Sinar Mas yang telah menyelesaikan studi S2 melalui beasiswa Australia Awards.