Bila saat itu kita melihatnya bukan di rumah sakit, mungkin kita tidak akan menyangka kalau bayi ini sedang dalam kondisi sakit. Dokter mendiagnosa Lionel menderita hisprung atau mega colon (penyakit tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan) dan juga hernia. Dokter menganjurkan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Akibat penyakitnya ini, perut Lionel membesar dengan garis-garis kebiruan tampak jelas menempel di sana dan di bagian bawah terlihat buah zakar yang juga membesar. Melihat wajah yang polos dan manis dengan kondisi perut dan buah zakar seperti itu, sungguh membuat pilu setiap orang yang melihatnya. Bayi yang lucu dan menggemaskan ini merupakan salah seorang pasien yang dibantu biaya pengobatan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sejak permohonan bantuannya disetujui, beberapa relawan tanpa lelah bolak-balik ke RS Harapan Kita Jakarta untuk mengurus penebusan obat dan memberikan dukungan semangat kepada orang tua pasien. Lionel adalah anak pertama dan juga merupakan anak satu-satunya dari pasangan Friyana dan Yenni. Sangat jelas terlihat kecemasan dan kesedihan dari wajah pasangan ini melihat buah hati mereka terbaring lemah di atas ranjang. Keterangan : - Lionel adalah anak pertama dan juga merupakan anak satu-satunya dari pasangan Friyana dan Yenni. Keduanya tampak khawatir melihat buah hati mereka terbaring lemah di atas ranjang. (kiri)
- Relawan Tzu Chi dengan penuh perhatian selalu mendampingi dan menemani Lionel dan orang tuanya di RS Harapan Kita Jakarta. (kanan)
Operasi Pertama Ruangan sederhana dengan deretan bangku-bangku plastik yang dingin, ditambah suasana yang sunyi seolah menyiratkan perasaan orang yang pernah duduk di sana – depan ruang operasi. Kecemasan juga dirasakan oleh pasangan Friyana dan Yenni saat menunggui buah hati mereka yang sedang berjuang di balik pintu itu. Perasaan yang sama yang akan dirasakan orang tua mana pun di dunia ini. Beberapa relawan dengan penuh perhatian menemani pasangan muda ini dengan perasaan cemas, namun berusaha untuk tidak menunjukkannya, melainkan terus memberikan dukungan semangat. Hari itu, tepat sehari setelah perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 18 Agustus 2010, Lionel berjuang melawan penyakitnya di ruang operasi. Setelah menunggu selama hampir 2 jam, pintu ruang operasi pelan-pelan terbuka dan seorang perawat melangkah keluar dari ruangan itu dengan sebuah senyum di wajahnya. “Operasinya berjalan lancar, tetapi saat ini pasien masih harus istirahat di dalam beberapa saat,” ucapnya ramah. Ucapan ini menjadi penawar kecemasan di hati bagi orang tua Lionel dan juga relawan yang mendampinginya. Kecemasan berubah menjadi kegembiraan. Ruangan yang sunyi dan bisu tadi seolah berubah menjadi begitu damai dan menghangatkan. Dalam operasi ini, dokter melakukan operasi temporari colostomi (operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara kolon dengan permukaan kulit pada dinding perut) dan memasang kantong colostomi di daerah perut, sehingga pada perut pasien terlihat sebuah kantong yang mengantung di sana. Operasi kali ini merupakan operasi tahap pertama, yang nantinya akan diikuti oleh operasi tahap berikutnya. Karena kondisinya sudah membaik, tanggal 30 Agustus 2010 Lionel diperbolehkan untuk pulang. Hal ini tentu membuat kedua orang tuanya dan relawan yang mendampinginya merasa sangat bahagia. Terbayang keceriaan pasangan muda ini dapat berkumpul bersama buah hatinya di rumah mereka. Keterangan : - Lionel merupakan salah seorang pasien yang dibantu biaya pengobatannya oleh Tzu Chi. Relawan tanpa kenal lelah bolak-balik ke rumah sakit untuk mengurus penebusan obat dan memberikan dukungan semangat kepada orangtuanya. (kiri)
- Saat artikel ini selesai ditulis (26 Oktober 2010 -red), Lionel masih dalam perawatan dan kondisinya sudah semakin membaik. Setelah beberapa hari mengunjungi, senyuman hangat Lionel masih terus terkenang di dalam hati para relawan. (kanan)
Kembali Dirawat Dua minggu setelah dari rumah sakit, kondisi pasien kembali memburuk. Akhirnya pada tanggal 14 September 2010, Lionel dibawa ke rumah sakit. Wajah bulat dan bibir yang memerah ini terbaring tidak berdaya dengan sebuah selang oksigen menempel di hidungnya. Mulutnya yang “imut” bergerak-gerak mencari botol susu. Sejak lahir Lionel belum pernah merasakan Air Susu Ibu (ASI), karena ibunya tidak dapat menyusukannya lantaran tiada air susu yang keluar. Beberapa lama setelah dirawat di ruang isolasi, kondisi Lionel tidak membaik, tetapi justru semakin menurun. Karena Lionel mengalami kesulitan untuk bernapas maka dokter memutuskan untuk memasang alat bantu pernapasan. Lionel pun segera dimasukkan ke ruang Intensive Care Unit (ICU). Setelah hampir 2 minggu lebih dirawat di ruang ICU, kondisi Lionel terus melemah dan badannya pun terlihat kurus. Saat disentuh kulitnya terasa lembek tidak berisi, kondisi yang akan membuat sedih siapa pun yang melihatnya. Relawan yang melihat kondisi seperti itu sungguh merasa sedih dan tidak sampai hati, “Semoga Lionel bisa segera terbebas dari penderitaan penyakitnya.” Beberapa hari kemudian, waktu menunjukkan pukul 12.45 WIB. Setelah mengenakan baju khusus pengunjung ICU, relawan memasuki ruang ICU. Relawan masuk ke ruangan yang cukup besar dengan beberapa tempat tidur kecil dengan pagar-pagar besi di sisinya. Di dalam ruangan tampak beberapa anak sedang terbaring di atas tempat tidur dengan ditemani orang tuanya masing-masing. Di salah satu tempat itu terlihat seorang pasien yang berumur sekitar 2 tahun dengan kondisi yang tidak berdaya, membuat para relawan merasa prihatin melihatnya. Menurut orang tuanya anak itu terkena penyakit step (kejang-kejang). Di ranjang sebelahnya tampak Lionel sedang asyik tertidur. Kedua orang tuanya menjaga dengan sabar. Saat melihat relawan datang, senyum pun mengembang menyambut para relawan. “Kondisi Lionel sudah mulai membaik,” kata Ibunya. Sebuah lagu “Ambilkan Bulan, Bu” yang dinyanyikan oleh penyanyi cilik Tasya sayup-sayup terdengar dari sebuah telepon selular di samping tempat tidur. “Ini lagu kesayangan Lionel,” ucap Papanya. Lionel terlihat tidur dengan tenang, relawan pun berusaha untuk tidak membuat suara yang dapat membangunkannya. Setelah diperhatikan dengan seksama, wajah pasien terlihat sudah jauh lebih cerah dan ketika relawan menyentuh tangannya yang imut terasa kulitnya sudah mulai terasa kenyal dan tidak begitu lembek lagi seperti sebelumnya. Ternyata saat relawan menyentuh tangannya, pasien bisa merasakan sentuhan relawan dan dengan pelan mata kecil itu terbuka sedikit demi sedikit bagai seorang ahli meditasi yang baru selesai bermeditasi. Kemudian mata yang bening dan indah itu menatap ke arah relawan dan sebuah senyuman lembut tampak menyambut tatapan dari relawan. Sebuah senyum terindah yang pernah dilihat relawan. Senyuman Bodhisatwa kecil yang polos dan tulus, senyuman yang akan meluluhkan hati sekeras apapun, senyuman yang membawa kebahagiaan surga bagi yang melihatnya. Tanpa terasa mata relawan telah basah karena terharu. Seorang bayi dengan selang oksigen di hidung, selang makanan di mulut, dan tangan yang terikat oleh kain supaya tidak mencakar diri sendiri masih dapat tersenyum. Sebuah senyuman hangat yang terasa hingga ke dalam hati. Beberapa hari kemudian, pasien sudah bisa kembali ke ruang rawat biasa walaupun masih dalam ruang isolasi. Saat artikel ini selesai ditulis (26 Oktober 2010 -red), pasien masih dalam perawatan dan kondisinya sudah semakin membaik. Setelah beberapa hari, senyuman hangat Lionel masih terus terkenang di dalam hati, sebuah senyuman yang sanggup membasahi air mata yang memandangnya. |