Sepasang Tangan untuk Alam
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : YuliatiDepo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Ehipassiko diresmikan pada hari Sabtu, 13 Agustus 2016 dan dihadiri ketua yayasan, guru sekolah, orang tua murid, dan relawan Tzu Chi Tangerang.
Melestarikan alam dan menjaga bumi memang menjadi tugas bersama. Banyak organisasi-organisasi maupun NGO yang berfokus pada lingkungan untuk menjaga kelestariannya. Salah satunya Ehipassiko School BSD yang berlokasi di Tangerang, Banten. Sejak berdiri pada tahun 2005 silam, sekolah ini sudah menerapkan program pengumpulan sampah-sampah botol maupun sampah lainnya di sekolah yang disebut dengan istilah “Zona Ehipassiko Peduli Lingkungan.” Namun sejak pindahnya gedung sekolah, aksi ini pun mengalami kevakuman. Melihat hal ini, pihak sekolah pun menggerakkan kembali program ini dan bekerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
“Kami merasa sayang jika kebudayaan yang baik ini hilang maka kami menggerakkan kembali Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi,” ujar Indi Y Wirawan, direktur sekolah. Depo pelestarian lingkungan Tzu Chi Ehipassiko ini diresmikan pada hari Sabtu, 13 Agustus 2016, di salah satu bangunan di Ehipassiko School BSD Tangerang yang dibangun lebih kurang seminggu yang lalu. Dalam peresmian ini dihadiri seluruh elemen sekolah, orang tua murid, dan relawan Tzu Chi.
Indi Y. Wirawan, Direktur Ehipassiko School BSD Tangerang mensosialisasikan kepada orang tua murid untuk mengumpulkan sampah daur ulang di depo sekolah yang sudah berdiri.
Peresmian Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Ehipassiko diawali dengan sosialiasi misi pelestarian lingkungan Tzu Chi oleh relawan. Dalam sosialisasi ini relawan memperkenalkan kepada orang tua murid dan guru-guru tentang jenis sampah apa saja yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa. Dengan begitu maka para orang tua dan murid diharapkan dapat memilah sampah-sampah daur ulang (sesuai jenisnya) sebelum dibawa ke depo sekolah.
Sampah-sampah yang terkumpul pun nantinya akan dipilah oleh murid-murid sekolah bersama guru. “Secara berkala kami akan mengajarkan putra-putri kami untuk melakukan pemilahan (sampah),” ucap Indi. “Ke depan baru akan membuat karya-karya dari bahan daur ulang, karena masih banyak barang-barang yang bisa dibuat daur ulang (karya), sehingga tidak langsung dihancurkan,” tambah Indi
Relawan Tzu Chi menunjukkan barang-barang hasil daur ulang botol plastik kepada orang tua murid yang hadir dalam sosialisasi pelestarian lingkungan.
Melalui depo pelestarian lingkungan ini, Indi pun berharap agar siswa-siswi di Ehipassiko School mengurangi penggunaan sampah plastik atau barang-barang yang sulit didaur ulang, seperti styrofoam, mika, dan sampah lainnya. “Karena anak-anak masih berpikir praktis,” ujarnya. Hasil sampah yang terkumpul yang sudah dipilah-pilah nantinya akan dibawa ke Depo Pelestarian Tzu Chi yang berlokasi di Gading Serpong, Tangerang. Tzu Chi merupakan yayasan yang fokusnya pada kegiatan-kegiatan sosial dan non profit, alasan inilah yang membuat pihak sekolah memutuskan untuk bekerjasama dalam pelestarian lingkungan ini. “Kita berharap apa yang kita lakukan betul-betul tersalurkan,” tukas Indi.
Didirikannya depo pelestarian lingkungan di sekolah disambut hangat para orang tua murid. Mereka sangat antusias dengan misi ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang tua murid yang menanyakan kapan pengumpulan sampah dimulai. Banyak orang tua yang memikirkan dampak sampah bagi lingkungan. Salah satu orang tua murid, Lani, sangat antusias dan memberikan dukungan penuh terhadap sekolah akan program pelestarian lingkungan ini. “Sangat support karena dengan adanya depo (pelestarian lingkungan) ini bisa mengajarkan para siswa untuk menghargai lingkungan,” tuturnya, “dengan begitu mereka lebih menghargai sampah-sampah yang masih bisa digunakan, jadi enggak banyak sampah yang dibuang."
Peresmian juga ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua Yayasan Ehipassiko School BSD.
Lani (kanan) mendukung didirikannya depo pelestarian lingkungan di sekolah. Menurutnya hal ini sebagai pembelajaran kepada anak didik agar lebih menghargai lingkungan.
Lani
pun berharap program yang diterapkan sekolah pilihannya ini dapat memberikan
perubahan positif ke anak, sehingga anak-anak bisa lebih menghargai lingkungan
sekitarnya. Bagi wanita 48 tahun ini, Ehipassiko School telah memberikan
pendidikan yang sangat baik untuk anak karena rasa kekeluargaan antara
anak-anak sangat bagus, mengajarkan sopan santun, hormat kepada orang tua dan
lingkungan.
Adanya Rajutan Jodoh Baik
Depo pelestarian lingkungan Tzu Chi di sekolah yang pertama ini bisa berdiri berkat adanya jalinan jodoh baik antara Tzu Chi dengan sekolah. Jodoh baik pun terjalin sudah cukup lama. Selain kerja sama dalam pelestarian lingkungan, juga ada kerjasama dalam misi kesehatan dan amal. Kegiatan donor darah juga diadakan di sekolah ini. Tidak sedikit pula guru yang bersumbangsih di Tzu Chi dengan menjadi relawan.
“Saya sangat bahagia jika di depo ini dapat berjalan dengan baik, dan juga orang tua murid bersedia membawa konsep pelestarian lingkungan ini ke dalam lingkungan rumahnya, ke keluarga, dan pemukiman sekitar,” ujar Lu Lian Chu, Ketua Tzu Chi Tangerang.
Lu Lian Chu, Ketua Tzu Chi Tangerang (kiri) menjelaskan kepada guru dan orang tua murid jenis barang yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa.
Relawan komite ini pun mengapresiasi animo orang tua murid yang begitu besar. Meski begitu ia menilai masih ada sebagian orang tua murid yang belum memahami mengapa harus melakukan pemisahan sampah-sampah daur ulang. “Kami sangat berharap orang tua yang tidak mengerti pemisahan barang daur ulang, kita dapat datang ke rumahnya dan mengajarkannya,” ucap Lian Chu.
Lian Chu pun akan terus memberikan support untuk sekolah ini terkait kegiatan yang dilakukan mereka. Bahkan jika sekolah ingin membuat program kreasi daur ulang, Ketua Tzu Chi Tangerang ini siap untuk mengajarkan kepada anak-anak untuk membuat karya dengan memanfaatkan barang-barang bekas. Ia berharap semakin banyak orang yang memahami akan pentingnya pelestarian lingkungan. “Mengerti bahwa lingkungan ini milik bersama, bukan milik orang lain, milik anak cucu kita. Saya berharap semua orang bisa mulai bergerak,” pungkasnya.