Sepuluh Aspek Penting dalam Melesatkan Kesuksesan Anak

Jurnalis : Denny (Tzu Chi Medan), Fotografer : Denny (Tzu Chi Medan)


Dharmawaty saat sedang memberikan seminar parenting.

“Beruntung banget para orang tua yang bisa hadir di kelas parenting kali ini!” tutur Titi, salah satu orang tua Bodhisatwa cilik setelah mengikuti kelas Parenting yang diadakan Tzu Chi Medan, Minggu pagi, 1 Juli 2018.

“Kami menyadari apa yang selama ini kami lakukan masih kurang dan setelah ini kami akan terus berusaha memperbaiki pola asuh kami walau tidak 100% sempurna, ” lanjutnya. Beberapa orang tua Xiao Pu Sa yang lain juga berpendapat sama.

Ibu Dharmawaty, SS.C.Ht, seorang Praktisi Parenting, Family Personal Consultant, Prenatal Couch, Founder Medan Parenting Club dan Hypnoterapist menjadi narasumber pembicara pada kelas parenting kali ini. Tujuan kelas ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua di dalam perawatan, pola asuh dan pendidikan anak di dalam keluarga dengan landasan dasar-dasar karakter yang baik.

“Apakah ada yang anaknya bermasalah di sini? Anak tidak mau belajar? Anak suka main games?” tanya Dharmawaty.

“Saat satu jari menunjuk keluar, tiga jari menunjuk kita sendiri. Artinya saat kita mengatakan anak kita memiliki kesalahan, sebenarnya tanpa kita sadari ketiga jari kita menunjuk bahwa kitalah yang bersalah atas terapan pola didik yang kurang tepat pada anak kita, namun sadarkah orang tua bahwa mereka yang paling berperan penting?” tambahnya.

Oleh sebab itu orang tua harus mengetahui tiga hal penting dalam proses tumbuh kembang anak yakni Rasa Aman yang bermula dari masa janin. Bayi yang diberikan cinta kasih akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang baik dan percaya diri. Dua hal penting lainnya adalah Hargai Potensi unik setiap anak, kemudian Pola Asuh orang tua.


Para orang tua yang berpelukan terharu ketika diucapkan I Love you oleh pasangannya.

Pola asuh anak sangat penting karena setiap anak berbeda. Saat seseorang menikah mereka perlu menyesuaikan diri dari dua sisi yang berbeda baik dari komunikasi maupun komitmen dalam edukasi antara pasangan suami istri. Menurut Dharmawaty, ada empat jenis pola asuh anak yang perlu kita kenal lebih jelas yakni;

1. Otoriter (pemaksaan, kaku, keras, dan emosi). Pola asuh seperti ini akan berdampak buruk, anak tumbuh tidak bahagia, penuh ketakutan, mudah sedih, tidak suka di rumah, benci pada orang tua. Contohnya anak suka warna pink namun tidak diperbolehkan, diminta harus memilih warna lain. Pengaruh pendaman emosi sejak kecil yang menumpuk terus menerus yang berbahaya bagi mental anak.

2. Over Protection (terlalu membatasi, selalu mencampuri urusan anak). Orang Tua tipe ini selalu berpendapat anak selalu butuh bantuan mereka sejak kecil sampai besar. Anak yang tumbuh karena pengaruh sikap dan gaya tutur kata orang tua yang terlalu perhatian sehingga tanpa sadar malah menjerumuskan. Contohnya jangan naik pesawat, nanti jatuh bisa mati. Kata-kata seperti tinggi, jatuh, mati tanpa sadar akan bersugesti serta berefek ke mental anak sehingga pada saat besar nanti akan ketakutan naik pesawat. Contoh lain adalah jangan mandi air hujan nanti bisa jatuh sakit dan sebagainya. Hal ini berdampak anak menjadi manja, kurang kreatif, merasa malu dan depresi. Bagaimana kita berkomunikasi ke anak menentukan kesuksesan anak kita sendiri.

3. Over Permissive (terlalu banyak kerja atau urusan lainnya). Orang tua yang cuek pada tumbuh kembang anak, dampaknya anak menjadi kurang perhatian pada orang tua dan lingkungan, tidak disiplin, ataupun mandiri. Anak juga akan rendah diri, nakal dan bertempramental buruk, kemampuan bersosialisasi kurang dan tidak menghargai orang lain.

4. Otoritatif (memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi, mengeksplorasi, memutuskan dengan tetap di bawah pengawasan orang tua). Ciri-ciri anak yang diasuh dengan pola ini adalah ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, akrab dan terbuka pada orang tua.

“Pola asuh yang ideal akan memupuk bonding anak pada orang tua,” tutur Dharmawaty.

“Kita harus menciptakan ikatan batin antara orang tua dan anak. Jika berhasil menumbuhkan ikatan batin tersebut, anak akan selalu mengingat dan memikirkan orang tua di manapun mereka berada sehingga nilai-nilai luhur dapat diterapkan dan diwariskan saat kita meninggal nanti,” imbuh Dharmawaty.

Dharmawaty juga memaparkan 10 Aspek penting yang mendukung kecerdasan anak adalah sebagai berikut ;

1. Asupan gizi yang tepat            

2. Istirahat yang cukup

3. Olahraga / aktivitas motorik

4. Kebebasan berkreasi

5. Perhatian dan kehangatan keluarga

6. Sentuhan dan pelukan

7. Quality time

8. Musik lembut/ relaksasi.

9. Basic Spiritual

10. Komunikasi Positif.

“Pada saat emosi melanda jangan menyentuh anak, biarkan emosi reda berlalu barulah mendekati anak, berikan afirmasi positif sehingga masuk ke memorinya. Tanyakan kenapa anak berperilaku demikian. Biarkan anak menjawab sehingga dia akan sadar akan kesalahannya,” tukas wanita bermarga Chang kelahiran Banda Aceh ini.

Selanjutnya Dharmawaty menambahkan, kalimat “Jangan dan Tidak” harus dihindari orang tua dalam keseharian proses tumbuh kembang anak. Dan beberapa contoh kalimat “Magic Words” yang harus sering diucapkan orang tua adalah sebagai berikut : Mama Papa bangga padamu, Mama Papa sayang kamu, Mama Papa cinta kamu, Mama Papa bahagia punya anak seperti kamu, Mama papa percaya kamu pasti menang, Bagus!kamu percaya diri, Semakin lama kamu semakin pintar, Semakin lama kamu semakin rajin, Rajin belajar kamu pasti sukses, Mama Papa selalu berdoa yang terbaik buat kamu.


Foto bersama setelah selesai seminar.

Di akhir sesi, Dharmawaty memberikan bonus belajar “Terapi Pillow Talks” yang mendukung kecerdasan anak. Cukup dengan mengusap kepala anak dengan lembut dan ucapkan dengan lembut saat menjelang tidur dengan kata yang  singkat, tidak bertele - tele, dan selalu konsisten melakukan nya sampai 21 kali.

Contoh : “Mei mei, mama sangat sayang kamu, kamu akan menyukai pelajaran matematika, semakin kamu belajar semakin suka, mulai dari hari ini sampai seterusnya kamu akan sangat suka belajar pelajaran matematika”. (lakukan setiap malam selama 21 hari ).

Seminar ini kemudian ditutup dengan terapi Emosi Release, suatu kondisi menenangkan batin, batin tenang, dan bahagia adanya. “Tidak ada orang tua yang sempurna, tidak ada anak- anak yang sempurna. Di balik ketidaksempurnaan ada proses pembelajaran, kebaikan dan kesempurnaan hidup. Semoga anak- anak kita tumbuh menjadi pribadi yang sehat, cerdas dan bijak,” ucap Merry sudilan selaku Koordinator Acara menutup kelas parenting hari ini.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Manajemen Stress di Masa Pandemi Covid-19 dan Era New Normal

Manajemen Stress di Masa Pandemi Covid-19 dan Era New Normal

17 Juli 2020

Minggu, 28 Juni 2020. Kelas Bimbingan Budi pekerti Tzu You Ban mengadakan Kelas Parenting melalui Via Zoom.

Sepuluh Aspek Penting dalam Melesatkan Kesuksesan Anak

Sepuluh Aspek Penting dalam Melesatkan Kesuksesan Anak

24 Agustus 2018
“Beruntung banget para orang tua yang bisa hadir di kelas parenting kali ini!” tutur Titi, salah satu orang tua Bodhisatwa cilik setelah mengikuti kelas Parenting yang diadakan Tzu Chi Medan, Minggu pagi, 1 Juli 2018.
Guru Pertama dan Utama adalah Orang Tua

Guru Pertama dan Utama adalah Orang Tua

23 Januari 2015 Pendidikan akademik yang diberikan di sekolah adalah penting, namun pendidikan di keluarga jauh lebih penting untuk perkembangan anak. Dalam hal ini orang tua memiliki peran utama. Jika konsep pendidikan di sekolah baik dan diimbangi dengan pendidikan dari orang tua yang baik, maka akan membentuk karakter dan lingkungan yang baik. 
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -