Sesuatu yang Berbeda

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

Agar lebih mengerti fungsi makanan bagi kesehatan tubuh, para pekerja pembangunan Aula Jing Si ini mendapatkan informasi kesehatan dari dr Ryan, seorang dokter dari RSKB Cinta Kasih Tzu Chi.

 

Nasi putih, soto daging vegetarian, bihun, sayur capcay, martabak telur, es buah blewah, buah-buahan, dan air putih, itulah makanan dan minuman yang tersaji di empat meja yang disusun rapi dan bersih. Nikmat ya! Sajian makan malam vegetarian ini telah disiapkan para relawan Tzu Chi dari He Qi Timur. Sajian makan malam 14 Agustus 2009 ini spesial diberikan untuk para pekerja yang sedang membangun Aula Jing Si yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

 

 

 

Sore itu, saat matahari hendak masuk ke peraduannya, para pekerja yang telah selesai bekerja terlihat bergegas membersihkan diri. Mereka tahu, bahwa di hari Jumat ini mereka akan bersantap makan bersama dengan para relawan Tzu Chi. Jumat ini adalah acara ketiga kalinya yang mereka ikuti sejak pencanangan pembangunan tanggal 1 Juli lalu.

Pukul 18.00, acara pun dimulai, Fenny Sandanny Shijie mengawalinya dengan menyapa para pekerja yang sudah duduk rapi. Usai menyapa mereka, Fenny lantas memperkenalkan dr Ryan dari RSKB Cinta Kasih Tzu Chi yang malam itu didaulat untuk berbagi informasi kesehatan. “Ada tiga fungsi penting dari makanan bagi tubuhnya,” tutur dr Ryan mengawali. 

Menurut dr Ryan, fungsi makanan bagi tubuh yang pertama adalah sebagai sumber tenaga. Karenanya makanan yang sehat dan bergizi tentu diperlukan apalagi bagi yang bekerja di proyek-proyek pembangunan. Kedua, sebagai sumber pertumbuhan, khususnya anak-anak yang memang sedang dalam masa pertumbuhan. Dan terakhir, sebagai sumber pemeliharaan. Menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan bugar setiap harinya. Dr Ryan juga menjelaskan alur masuk dan keluar makanan yang terdapat di dalam tubuh manusia. “Makanan itu harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air,” paparnya.

foto  foto

Ket : - "Kita satu keluarga. Saling jujur saling percaya," itulah lirik lagu yang sedang dinyanyikan seorang pekerja
           pembangunan Aula Jing Si ini. (kiri)
        - Relawan Tzu Chi juga memberikan Buletin Tzu Chi sebagai salah satu alternatif bacaan bagi para pekerja            saat beristirahat di barak sementara. (kanan)
           

Dr Ryan juga mengatakan bahwa sumber-sumber itu juga terdapat di dalam bahan-bahan makanan vegetarian. Beras yang mengandung karbohidrat dapat diganti dengan sagu, terigu, dan singkong. Sumber protein dapat diperoleh dari tahu dan tempe. Sumber lemak dapat diperoleh dari santan dan minyak kelapa. Sementara vitamin dan mineral dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Menyimak penjelasan dr Ryan, para pekerja terlihat serius mendengarkan.

Sebelum makan, Fenny juga sempat berbagi informasi mengapa relawan Tzu Chi tidak makan daging alias bervegetarian. “Tidak makan daging, pertama karena kita menghargai setiap nyawa yang ada. Setiap makhluk, seperti ayam dan ikan, mereka semua kan punya nyawa,” jelasnya. Ia pun menjelaskan sebenarnya kita tidak mau memakan mereka karena kita menghargai mereka. Alasan kedua adalah karena faktor kesehatan. Dalam jumlah banyak,  makanan non vegetarian tidak baik untuk kesehatan. Apalagi protein dan berbagai macam mineral lain dapat juga ditemukan di dalam bahan-bahan makanan vegetarian.

Di akhir sesi sebelum makan, Fenny mengatakan bahwa makanan ini dipersiapkan sejak siang hari oleh para relawan, jadi ia berharap makanan dimakan sampai habis. “Menghargai berkah dengan menghabiskan makanan,” jelasnya melalui mikrofon. Ia menyampaikan pesan itu karena di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang kelaparan. “Di setiap piring kita ada berkah. Boleh tambah sekenyangnya, namun ambilnya sedikit-sedikit,” katanya sambil meminta para pekerja ini antri dan bersiap mengambil makanan yang tersedia.     

foto  foto

Ket : - Fenny Sandanny Shijie tampak sedang berinteraksi dengan para pekerja pembangunan Aula Jing Si
           sebelum makan malam dimulai. (kiri)
         - Setelah makan malam, para pekerja pembangunan Aula Jing Si ini kemudian mencuci perangkat makan
           mereka sendiri di tempat pencucian yang telah disediakan. (kanan)

Dengan segenap hati, para relawan Tzu Chi dan anggota Tzu Ching yang berjaga di meja melayani kedatangan para pekerja yang hendak mengambil makanan. Dalam sekejap, setengah hidangan telah berpindah tempat ke dalam piring-piring para pekerja. Mereka pun makan dengan lahap karena hidangan lezat yang disajikan para relawan. Malam itu, semua pekerja proyek dari level manajer hingga yang paling bawah bersantap ria bersama. Duduk di ruangan yang sama, duduk di bangku plastik yang sama, dan mencuci alat makan yang mereka pergunakan juga di tempat yang sama. Tiada perbedaan yang terlihat di antara mereka. Hal ini pula yang dirasakan oleh Endah Eko Pusporini (29), satu-satunya pekerja perempuan di proyek ini. Endah yang bekerja di bagian quantity surveyor ini bertugas menghitung volume untuk mandor dan owner. Maka tak heran ia pun kadang-kadang turun langsung ke lokasi melihat perkembangan pembangunan. 

Baginya, selama bekerja di proyek pembangunan, baru kali ini ada acara yang seperti ini. “Kalau di proyek lain kita kan biasa saja, antara owner dan kontraktor. Kalau di proyek ini kekeluargaan banget, kita dianggap keluarga,” tuturnya. Saat mengetahui adanya kegiatan yang sudah berjalan tiga kali ini ia tidak merasakan ada sesuatu yang aneh. “Oh, ini kan organisasi kemanusiaan, jadi Tzu Chi juga menghargai kita sebagai pekerja,” kesannya terhadap kegiatan ini, ”Ia (relawan –red) berkata bagus, para pekerja di setiap hari Jumat jadi semangat.” Begitupun untuk aturan tidak boleh merokok yang diberlakukan di lokasi proyek, Endah malah bertambah senang dengan peraturan itu karena ia memang pada dasarnya tidak suka jika ada yang merokok.

Menilik penuturannya, para pekerja laki-laki juga semuanya berpikiran positif. Dengan adanya acara ini para pekerja menjadi dekat satu sama lain dan belajar menjaga kesehatan dengan mencuci tangan sebelum makan. “Mendidik kita agar menjaga kesehatan,” pungkasnya. Hal ini diamini oleh Ade, surveyor yang tiap hari di lokasi pembangunan. “(Acara ini) sangat positif sekali, karena (membuat) rasa kekeluargaan makin dekat dan saling akrab,” paparnya mengakhiri wawancara seraya bersiap-siap mengambil piring dan memulai makan malam.

 

Artikel Terkait

Jangan Lupakan Tahun itu, Orang yang Ada Saat Itu, Dan Tekad Saat Itu

Jangan Lupakan Tahun itu, Orang yang Ada Saat Itu, Dan Tekad Saat Itu

15 Januari 2020

November 2019, sebanyak 117 relawan Tzu Chi Indonesia telah dilantik oleh Master Cheng Yen untuk menjadi komite di Tzu Chi Taiwan, 55 di antaranya merupakan relawan yang berasal dari Jakarta. Beberapa dari mereka membagikan kisahnya di Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019.

Menemukan Makna Hidup (Bag. 1)

Menemukan Makna Hidup (Bag. 1)

24 Januari 2011
Meski awalnya sempat ada pergulatan batin untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi, akhirnya setelah mengenal Tzu Chi lebih dalam keraguan itu pun pupus sudah.  Tzu Chi tidak membeda-bedakan agama.
Rumah Baru untuk Keluarga Srinah

Rumah Baru untuk Keluarga Srinah

02 Agustus 2012 Suara air mendidih meletup – letup lembut dari ujung jalan di sebuah gang kecil di Jalan Lautze Dalam, Jakarta Utara. Aroma kolak yang menggoda dengan cepat menyusul suara air mendidih. Di penghujung jalan itu, terlihat seorang wanita setengah baya tengah berdiri di depan perapian sedang mengaduk – ngaduk kolak di panci besarnya.
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -