Setelah Setahun Belajar

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)

anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi memasuki ruangan dengan membawa teh dan sandwich di kedua tangannya. Dengan berlutut mereka mempersembahkan sandwich buatan mereka kepada orang tuanya.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepatnya, Kelas Budi Pekerti Tzu Chi (Tzu Shao, anak-anak setingkat SMA) telah  sampai ke penghujung tahun 2015. Seperti biasa, pada akhir tahun,  para relawan mengundang orang tua murid untuk turut hadir dalam acara penutupan kelas. Penutupan kelas bukan berarti kelas telah berakhir, tetapi hanya sebagai pengingat bahwa kita telah menghabiskan waktu setahun untuk belajar. Apa yang sudah kita lakukan selama setahun ini? Ini penting menjadi evaluasi agar kita bisa lebih baik lagi di tahun berikutnya. Minggu, 6 Desember 2015, relawan mengundang orang tua murid untuk ikut dalam kegiatan penutupan kelas budi pekerti ini.

Mengawali acara, Ketua Tzu Chi Medan Mujianto memberikan kata sambutan, "Kalian harus bersyukur karena di usia yang begitu muda telah mengenal Tzu Chi dan telah mempunyai ladang yang besar untuk digarap yaitu ladang berkah. Pergunakanlah waktu kalian untuk mengerjakan hal yang baik dan jangan sia-siakan waktu karena waktu yang berlalu tidak akan bisa kembali lagi. Genggamlah tekad yang baik, dan yang paling penting ialah selalu berbakti kepada orang tua."

Mengutarakan Isi Hati

Jennifer, salah seorang relawan menjelaskan arti Kata Perenungan Master Cheng Yen yang merupakan kumpulan dari kata-kata bijak Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi. “Kita bisa gunakan kata perenungan ini sebagai nasihat ketika hati kita sedang gelisah ataupun pikiran kita sedang kacau," terang Jennifer kepada para murid. Saat itu, anak-anak juga diberikan kesempatan untuk memilih kata perenungan yang membuat mereka sadar bahwa mereka pernah bersalah pada orang tua, dan kini mereka mau meminta maaf kepada orang tua mereka.

Ketua Tzu Chi Medan Mujianto menyampaikan pesan kepada anak-anak untuk selalu menggenggam niat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.

Sebanyak 10 orang Tzu Shao maju ke depan untuk mengutarakan kepada orang tua mereka bahwa kata perenungan Master Cheng Yen telah menginspirasi mereka. Salah satunya Angel.

Sebanyak 10 anak maju ke depan untuk mengutarakan perasaan mereka kepada orang tuanya. Salah satunya adalah Angel. Dengan berlinang air mata Angel mengatakan, "Satu kata perenungan yang membuat saya sadar adalah bahwa ‘Berbakti yang sesungguhnya tidak hanya menuruti perkataan orang tua, melainkan harus berperilaku ramah dan lembut yang membuat hati mereka merasa senang’. Saya sering marah-marah dan merasa tidak senang. Hari ini saya ingin meminta maaf kepada papa dan mama, walaupun mereka tidak hadir hari ini, tetapi saya tetap akan mengatakan, ‘Pa, Ma saya akan berubah menjadi anak mama yang baik dan berusaha tidak akan marah-marah lagi’," ujar Angel di hadapan para orang tua murid yang hadir. Satu per satu anak-anak mengutarakan isi hatinya, membuat papa dan mama mereka ikut meneteskan air mata.

Ketika tiba pada sesi pelestarian lingkungan, Raymon dan Jansen Hosea menerangkan kepada para orang tua murid mengenai Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Kemudian dilanjutkan dengan sharing Andreas tentang barang yang tidak dipakai lagi yang sebenarnya ternyata masih dapat diolah dan dirangkai menjadi barang baru serta bisa dipakai kembali. Contohnya koran bekas yang bisa kita rangkai menjadi keranjang, dan plastik bekas yang bisa kita rangkai menjadi bunga hias. Saat anak-anak Tzu Shao menjelaskan kepada pengunjung  tentang misi pelestarian lingkungan, anak-anak yang lainya membuat sandwich untuk disuguhkan ke orang tua mereka.

Setiap akhir tahun, di penghujung Kelas Budi Pekerti Tzu Chi selalu mengundang orang tua murid untuk mengikuti acara ini.

Nuraina, fungsionaris di misi pendidikan menyampaikan terima kasih kepada para orang tua yang telah mempercayakan relawan Tzu Chi untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka.

Berbakti Tidak Bisa Ditunda

Menjelang puncak acara, dalam sesi berbakti pada orang tua ini, Yugo membawa sesi ini dalam suasana yang hening. Kata demi kata diucapkan, menggugah hati para orang tua, membuat mata para orang tua kembali berkaca-kaca. Seiring dengan itu, anak-anak memasuki ruangan dengan membawa teh dan sandwich di kedua tangannya. Mereka lalu berlutut dan mempersembahkan sandwich buatan mereka kepada papa dan mamanya. Setelah itu anak-anak memberikan sepucuk surat cinta untuk kedua orang tua mereka, yang disambut dengan pelukan hangat.

Acara demi acara berlangsung dengan lancar dan khidmat, dan sebagai penutup, Nuraina  selaku fungsionaris di misi pendidikan menyampaikan, "Gan en Kepada para orang tua yang telah mempercayakan relawan pendidikan untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka. Kami juga meminta kerja sama dari para orang tua agar apa yang telah kami berikan ke anak-anak dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Peran orang tua sangat membantu dalam menerapkan budaya humanis Tzu Chi."

Sufinah selaku Koordinator Kelas Budi Pekerti juga mengatakan jika di awal tahun dimulainya kelas ini, banyak anak-anak baru yang mengikuti kelas ini. Mereka adalah anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan masa pembentukan karakter. Oleh karena itu menurutnya kelas ini memang agak sulit dibimbing. “Kalau kita bilang mereka masih anak-anak, mereka kadang tidak terima, makanya kami relawan harus menjadi mama sekaligus teman mereka supaya mereka bisa mengutarakan masalah mereka. Tetapi saya sangat bangga hari ini, karena anak-anak sudah mulai dewasa, mereka bisa dengan berani mengaku kesalahan mereka dan benjanji untuk tidak mengulanginya lagi,” kata Sufinah.


Artikel Terkait

Setelah Setahun Belajar

Setelah Setahun Belajar

29 Desember 2015
Minggu, 6 Desember 2015, relawan mengundang orang tua murid untuk ikut dalam kegiatan penutupan kelas budi pekerti yang telah berjalan selama setahun. Dalam acara ini, beberapa momen membuat haru para orang tua hingga mereka pun tak kuasa menahan air mata.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -