Setelah Tujuh Tahun Berjuang Membangun Rumah Allah
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariJamaah Masjid Jami Al Huda dan relawan Tzu Chi
bergotong royong mengangkut material bangunan datang satu per satu ke masjid.
Rabu, 18 Oktober 2018 relawan Tzu Chi memulai membantu melanjutkan pembangunan
Masjid Jami Al Huda, di Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara.
Matahari masih belum terbenam betul, malah sedang indah-indahnya. Suasana juga sejuk dan tidak terlalu panas karena semilir angin sore itu masuk melalui kusen-kusen jendela masjid yang masih polos belum berpintu. Saat itu relawan Tzu Chi berbincang hangat bersama Ustaz Syahlani, Ketua Masjid Jami Al Huda. Sesekali mereka serius membahas kelanjutan pembangunan masjid, tapi tawa juga hadir di antara mereka.
Masjid Jami Al Huda terletak di ujung utara Kota Jakarta, tepatnya di RT 4/ RW 1, Penjaringan, Kelurahan Kamal Muara. Apabila naik ke lantai 3, ke dak masjid, selain bisa melihat kubah masjid yang megah, bisa juga terlihat gugusan pulau seribu di sebelah utara dan Aula Jing Si di sebelah baratnya. “Kita ini bertetangga dekat, Pak Ustaz,” seloroh relawan yang datang kemarin sore, 17 Oktober 2018.
Relawan berdiskusi dengan Ustaz Syahlani sembari
menikmati udara sejuk yang tertiup dari puluhan jendela di masjid yang masih
belum berpintu.
Kondisi pembangunan Masjid Jami Al Huda memang belum rampung. Dindingnya masih semen polos. Cat tembok pun hanya untuk bagian luar masjid saja, itu juga belum seluruhnya. Padahal proses pembangunannya sudah memakan waktu 7 (tujuh) tahun, sejak tahun 2011. Kata Ustaz Syahlani, dana menjadi kendala yang paling menghambat proses pembangunan.
“Mayoritas warga kami, nelayan. Pergi melaut juga bergantung pada cuaca. Kalau angin kecang seperti sekarang ini, mereka berhenti dulu, tidak bisa kerja,” jelas Ustaz usia 55 tahun ini.
Para tukang dibantu oleh beberapa jamaah masjid
mulai memasang material bangunan yang sudah tersedia di masjid. Tzu Chi
membantu bahan-bahan material berupa railing
tangga stainless, alumunium untuk
semua kusen dan jendela, cat, keramik, plafon, pintu kaca, dan pintu stainless hingga masjid siap untuk
digunakan.
Untuk menggalang dana pembangunan masjid, Ustaz Syahlani kerap berkeliling door to door ke rumah warga. Mereka memberikan sumbangan seiklasnya. Ada yang lima ribu, sepuluh ribu, setulus mereka. Penggalangan dana semacam itu juga mereka lakukan di jalan raya. Beberapa jamaah masjid sejak pagi hingga sore bergantian menunggu rupiah demi rupiah yang disumbangkan para pengguna jalan. Hasilnya lumayan, bisa seratus hingga dua ratus ribu rupiah.
Ketika uang dirasa terkumpul, mereka mulai membelanjakan material dan memanggil tukang. Namun pembangunan akan berhenti saat uang sudah mulai menipis.
Kondisi lantai 2 Masjid Jami Al Huda sebelum dipasangi railing stainless.
“Saya terkesan dengan semangat warga dan jamaah di sini. Waktu mendengar cerita dari Ustaz, kami rasanya terpanggil untuk segera turut membantu menyelesaikan pembangunan masjid,” tutur Teksan Luis, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1.
Jalinan jodoh dengan Masjid Jami Al Huda sebenarnya terasa unik bagi relawan. Sebelumnya relawan datang karena ingin memberikan bantuan bedah rumah pada warga. Kondisi perumahan warga di wilayah ini memang kurang layak huni karena kerap dilanda banjir rob dengan tinggi bervariasi. Menurut cerita Ustaz, apabila cuaca sedang parah, banjir rob bisa sampai setinggi lutut. Hal itu pula lah yang mendasari Masjid Jami Al Huda dibangun dengan fondasi yang cukup tinggi.
Kondisi lantai 2 Masjid Jami Al Huda setelah dipasangi railing stainless.
Dari hasil diskusi, prioritas pemberian bantuan di wilayah ini akhirnya diberikan lebih dahulu untuk penyelesaian pembangunan masjid. “Karena ini adalah tempat ibadah yang diperlukan oleh orang banyak,” jelas Teksan. Hingga akhirnya Rabu, 17 Oktober 2018 merupakan hari dimulainya pembangunan Masjid Jami Al Huda, oleh Tzu Chi. Menyusul, relawan juga sudah merencanakan dan menyiapkan bantuan bedah rumah bagi warga yang membutuhkan.
Ustaz Syahlani percaya bahwa doa yang tak pernah terputus dari para jamaah masjid pasti akan terjawab. “Tinggal tunggu waktu saja. Istilahnya gunung besar, nah hati saya lebih besar lagi,” ungkap kakek 4 cucu ini. Ungkapan kegembiraan akan berita bahagia yang dibawa relawan membuat Ustaz Syahlani bersujud syukur. “Jujur saya gembira sekali. Hati saya langsung lega, merasa tertolong. Rumah Allah yang kami dambakan akhirnya bisa terwujud,” tambahnya haru.
Ustaz Syahlani (kanan) berdiri di depan Masjid
Jami Al Huda melepas kepergian relawan. Ia mengungkapkan syukur dan terima
kasih kepada Teksan Luis (kiri) dan Sudarman Lim (tengah) yang mewakili relawan
Tzu Chi, yang telah memberikan bantuan di Masjid Jami Al Huda dan warga
setempat.
Ketika material bangunan datang satu per satu ke masjid, jamaah dan relawan Tzu Chi bergotong royong mengangkutnya. Ada railing tangga stainless, alumunium untuk semua kusen dan jendela, cat, keramik, plafon, pintu kaca, dan pintu stainless. Setelah melengkapi kebutuhan masjid, Tzu Chi juga akan melakukan pencegahan kebocoran masjid karena setelah diamati ada sedikit keretakan pada sisi atap. Upaya ini dilakukan karena musim hujan tidak lama lagi akan datang. “Supaya para jamaah bisa beribadah dengan baik dan nyaman,” kata Teksan.
Perhatian dari relawan itu membuat Ustaz Syahlani terkesan. Walaupun ada saja yang mengatakan padanya bahwa banyak sekali perbedaan antara Tzu Chi dan mereka, namun Ustaz Syahlani dengan sabar memberikan pemahaman tentang arti kemanusiaan. Hidup sebagai manusia, menurut Ustaz Syahlani, harus bisa saling berdampingan, saling menghargai, menghormati, dan jangan sampai saling menghujat. “Berbeda agama bukanlah masalah untuk kita, justru kemanusiaan yang harus kita jalin erat di antara kita, warga negara Indonesia. Kita sambung terus,” tuturnya menggebu.
Editor: Arimami Suryo A