Setetes Darah yang Berharga

Jurnalis : Juniwati Huang (He Qi Utara), Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

* Sebanyak 75 orang mendonorkan darah mereka dalam kegiatan donor darah yang dilakukan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada Sabtu, 11 April 2009 di Jing-Si Books & Cafe, Pluit, Jakarta Utara.

Pukul 08.00 pagi, Sabtu, 11 April 2009, para relawan Tzu Chi telah berkumpul di Jing-Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara untuk mengadakan kegiatan donor darah. Kegiatan donor darah yang bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) ini dilakukan secara rutin oleh relawan Tzu Chi He Qi Utara selama 3 bulan sekali. Sebelumnya pernah diadakan di Sekolah Bakti Utama, Sekolah Amitayus, dan kali ini berlokasi di Jing-Si Books & Cafe.

Diperiksa Terlebih Dahulu
Pagi itu, seorang pendonor telah tiba sejak pukul 08.00 pagi bersamaan dengan kedatangan relawan, bahkan meski dokter dan petugas dari PMI belum tiba di lokasi. Semangat dan antusiasme para pendonor untuk menyumbangkan darahnya berlanjut dengan semakin meningkatnya jumlah pendonor yang datang hingga pukul 11.30 siang.

Sebelum mendonorkan darahnya, setiap calon pendonor melalui tahapan prosedur screening, antara lain: mengisi formulir riwayat kesehatan, pengecekan konsumsi obat pendonor, prasyarat berat badan, tes Hb (hemoglobin), dan tekanan darah. Penyaringan tersebut dibutuhkan untuk memastikan kelayakan darah yang disumbangkan demi keamanan bagi pendonor serta penerima donor darah. Calon donor yang memenuhi semua persyaratan dapat melanjutkan ke tahap pengambilan darah. Setelah proses pengambilan darah, penyumbang mengonsumsi telur dan susu, serta dibekali vitamin penambah darah untuk mengembalikan vitalitas tubuh.

Salah seorang pendonor, Novi Sri Intan mengaku kegiatan donor darah sudah menjadi rutinitas baginya. ”Ini donor yang kedua puluh satu,” katanya. Novi sendiri mulai mendonorkan darah sejak tahun 1997. ”Waktu itu karena vihara sering ngadain, jadi ikut donor,” ungkapnya. Meski tidak pernah tahu siapa yang menggunakan darahnya, Novi berharap apa yang dilakukannya ini bisa menolong orang lain yang membutuhkan. ”Di samping bisa berbuat baik, tubuh kita pun akan lebih sehat,” tegas Novi.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi mendampingi dan menghibur para pendonor agar tidak takut atau tegang. (kiri)
         - Mendonorkan darah secara rutin, selain dapat membantu sesama juga dapat menjaga kesehatan tubuh
           kita. (kanan)

Jika Novi sudah 21 kali mendonorkan darahnya, bagi Deniel (18) ini justru merupakan donor yang pertama. ”Awalnya takut, tapi ternyata pas dicoba nggak papa,” ujarnya. Siswa kelas 2 SMA Triratna ini melakukan donor atas inisiatifnya sendiri. ”Saya tahu kalau golongan darah AB itu jarang, jadi saya coba untuk bantu,” katanya beralasan.

Bersumbangsih dengan Cara Lain
Sampai dengan akhir kegiatan, tercatat sejumlah 99 orang yang mendaftarkan diri dalam kegiatan saat itu, namun hanya 75 peserta yang dapat mendonorkan darah mereka. Mereka yang tidak berkesempatan disebabkan oleh berbagai alasan misalnya, baru saja mengonsumsi obat, sedang menstruasi, berat badan yang tidak memenuhi batas minimal 45 kg, tekanan darah tinggi, dan alasan lain.

Sebagian menampakkan raut wajah kecewa saat keluar dari ruangan pemeriksaan karena tidak dapat mendonorkan darah mereka. Ternyata niat baik tidak selalu disertai dengan kesempatan untuk berbuat baik. Keinginan untuk berbuat baik pun membutuhkan jodoh untuk mewujudkannya.

foto  foto

Ket : - Masa muda adalah masa yang harus dimanfaatkan untuk memupuk kebajikan dan manfaat bagi banyak
           orang, salah satunya melalui donor darah. (kiri)
         - Di sela-sela kegiatan donor darah, relawan Tzu Chi juga mensosialisasikan tentang Tzu Chi dengan
           memberikan penjelasan dan juga buku kata perenungan Master Cheng Yen. (kanan)

Walaupun belum berkesempatan bersumbangsih dengan cara donor darah, beberapa relawan tetap datang berpartisipasi untuk membantu kelancaran acara, misalnya dengan membantu di bagian pendaftaran, dan juga mengambil dokumentasi acara. Jika tidak dapat berbuat dengan cara A, maka kita masih dapat bersumbangsih dengan cara B. Yang terpenting adalah kita dapat mengenali niat baik yang timbul di dalam hati. Dan bersyukur atas kesempatan yang didapatkan untuk melakukan kebajikan.

Seusai donor, para relawan yang bertugas akan membungkukkan tubuhnya sambil menangkupkan tangan di depan dada (anjali) dan mengucapkan, ’Gan En’ (terima kasih –red) kepada pendonor. Keceriaan raut wajah para relawan dan antusiasme para pendonor mencerminkan rasa syukur karena masih memiliki kemampuan untuk menyumbangkan darah yang pastinya sangat berharga untuk kehidupan orang lain yang membutuhkan. Sampai jumpa di lahan kebajikan donor darah tiga bulan lagi.

 

Artikel Terkait

Ifit yang Kini Lebih Percaya Diri

Ifit yang Kini Lebih Percaya Diri

29 Juni 2020

Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih ke rumah Ifit Safitri (8) di Kampung Cihaliwung, Desa Cikancana, Kec. Sukaresmi, Cianjur, Jumat, 26 Juni 2020. Ifit Safitri adalah salah satu pasien operasi bibir sumbing yang berhasil ditangani pada kegiatan baksos yang digelar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada November 2019 lalu di RS Bhayangkara, Cianjur, Jawa Barat. 

Semua Berbahagia

Semua Berbahagia

17 Mei 2010
Semua orang begitu bergembira ketika menggarap ladang berkah ini dua bulan yang lalu. Semua relawan mengontak para donatur serta para sponsor yang mau bersumbangsih di dalam penyediaan makanan ataupun minuman untuk acara tersebut.
Menebar Cinta Kasih di Ujung Barat Indonesia

Menebar Cinta Kasih di Ujung Barat Indonesia

02 April 2024

Jelang Lebaran, relawan Tzu Chi di Kota Sabang, Aceh membagikan 50 paket sembako kepada warga yang membutuhkan. Setiap paket sembako tersebut berisi 5 kg beras, 2 botol sirup dan 1,8 liter minyak goreng.

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -