Setiap Waktu, Ada Kisah Baru

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat), Fotografer : James Yip, Ami Haryatmi (He Qi Barat)

doc tzu chi

Insan Tzu Chi Kebon Jeruk Jakarta Barat pada tanggal 16 April 2017 dengan melakukan Kunjungan Kasih ke Panti Werdha Sahabat Baru.

Suatu rutinitas bukanlah sekedar kesamaan kejadian yang tanpa makna, namun adalah kisah-kisah baru yang berbeda arti dan manfaatnya. Setiap waktu ada cerita baru yang menjadi pelajaran bagaimana menyingkapi setiap kejadian, sehingga bisa dijadikan teladan.

Seperti halnya rutinitas yang dilakukan insan Tzu Chi Kebon Jeruk Jakarta Barat pada tanggal 16 April 2017 dengan melakukan Kunjungan Kasih ke Panti Werdha Sahabat Baru. Meskipun kegiatan ini rutin dilakukan hampir setiap bulan, namun selalu ada hal baru yang menggugah semangat untuk menjadikannya pelajaran. Kegiatan diikuti oleh 29 insan Tzu Chi dengan koordinator Mei Li Kosasih.

Kali ini, hal yang berbeda adalah tema kegiatannya. Sehubungan dengan Hari Raya Paskah bagi umat Kistiani, maka tema   Kunjungan Kasih kali ini adalah merayakan dengan Doa tematik dipimpin oleh Inge Widargo. Doa yang mengandung makna “Kebangkitan Imam Agung yang Memberikan Teladan Cinta Kasih.”

Selain itu masih berkenaan dengan Hari Raya Paskah, relawan Yani mengusulkan acara menghias telur Paskah. Setelah memberikan telur rebus sebagai lambang berkah yang ditempatkan dalam keranjang hasil prakarya dari botol bekas, maka acara menghias telur artificial pun dimulai.

Oma dan Opa menghias telur dibantu para relawan. Latihan ketelatenan dan ketekunan yang dilakukan oma dan opa maupun para relawan ini menjadi suatu kisah baru bahwa kesabaran akan menghasilkan sesuatu yang indah. Terlihat telur-telur hias hasil dari ketekunan dan kesabaran merupakan kolaborasi cinta kasih antara relawan dan Oma Opa.

Relawan Tzu Chi membantu salah satu opa membuat tasbih pada saat kunjungannya kali ini.


Usai menghias telur dalam rangka memperingati Hari Raya Paskah dan membuat tasbih untuk beberapa Opa, relawan dan para Opa Oma berfoto bersama.

Usai melakukan prakarya bertema Kristiani, Opa Sukardi dan Opa Nata yang sejak kunjungan sebelumnya telah memberikan pesan untuk diajari membuat tasbih segera bergiat membuat Tasbih Islami bersama relawan Komarian, Ami, dan Indy. Nampak betapa indahnya toleransi keberagaman di sini.

Sambil membuat tasbih opa Sukardi memperlihatkan foto putranya yang bekerja di Bali. “Ini anak saya, anak saya yang sekarang rajin sekali berdoa, menggunakan tasbih yang dulu kita buat bersama,” ungkapnya bahagia.

Sentuhan hati dan cerita baru juga dirasakan oleh Anita, guru dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta. “Ini adalah kedua kalinya saya ikut kegiatan di sini. Banyak hal baru yang menyentuh hati yang berbeda-beda setiap kunjungan. Namun satu hal yang sama yaitu para lansia tidak lagi membutuhkan apa-apa, selain kasih dan cinta dari keluarga. Di sinilah peran kita sangat dibutuhkan, sebagai pengganti keluarga bagi mereka,” ujar Anita seusai memandu Oma dan Opa olah raga dan olah memory.

Acara demi acara yang menggembirakan diakhiri  dengan isyarat tangan (Shou Yi) Satu Keluarga dan ditutup dengan Doa “Cinta dan Damai.” Insan Tzu Chi pulang dengan membawa kisah-kisah baru yang terjadi setiap waktu. Agar setiap waktu bukan sekedar pengulangan kejadian tanpa makna, insan Tzu Chi berusaha untuk memampukan diri  menggenggam waktu sehingga memberikan manfaat bagi sesama sesuai ajaran Master Cheng Yen.

Editor: yuliati


Artikel Terkait

Kepedulian dan Semangat Welas Asih di Kota Baru Kalimantan Selatan

Kepedulian dan Semangat Welas Asih di Kota Baru Kalimantan Selatan

29 Oktober 2014 Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas melakukan kunjungan kasih ke sebuah Sekolah Dasar Negeri Luar Biasa yang berada di Kota Baru, Kalimantan Selatan.
Sebuah Kehangatan dan Kegembiraan Bagi Ama

Sebuah Kehangatan dan Kegembiraan Bagi Ama

18 Maret 2015 Relawan Tzu Chi Medan menghantarkan sebuah kehangatan dengan membantu membersihkan rumah salah satu Gan En Hu yang tidak leluasa berjalan.
Harapan Bersama Datangnya Kursi Roda

Harapan Bersama Datangnya Kursi Roda

10 November 2016

Ho Nona adalah seorang wanita yang hidup sebatang kara di Bogor, Jawa Barat. Ia pergi meninggalkan tempat asalnya, Kota Pangkal Pinang untuk mencari sanak saudaranya di Kota Hujan. Namun sayang, ia tidak pernah menemukan saudara yang dicarinya dan kini ia menderita stroke sehingga tidak bisa berjalan dan berbicara.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -