Setitik Harapan Cerahkan Mereka

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoWang Laoshi sedang membantu membenarkan cara healing transfer yang dilakukan peserta pelatihan.

 

“Bangkitlah negeriku,
bangkitlah bangsaku.
Dengan kesetiakawanan sosial,
bagi dunia yang damai dan sejahtera.”

Satu paragraf indah pengharapan dari Yayasan Pusat Kembang Mas Indonesia yang berasal dari Kota Bandung, Jawa Barat.

Kata “Kembang Mas” berasal dari kepanjanganKemandirian, Pengembangan Masyarakat Cacat dan Terpinggirkan”, dimana yayasan ini merupakan yayasan sosial yang mengkhususkan diri kepada pengembangan para penyandang cacat seperti tunanetra dan tunadaksa.

Relawan Sebagai Fasilitator
Yayasan Pusat Kembang Mas Indonesia ini sudah telah lama mengadakan pendidikan dan latihan (diklat) bagi para penyandang cacat. “Diklat tahun ini akan berjalan selama 20 hari, yaitu tanggal 15 Juni kemaren mulainya dan akan selesai nanti tanggal 4 Juli. Pesertanya banyak banget, sampai seluruh Indonesia. Ada yang dari Aceh, Jambi, Kalimantan, Bali, bahkan sampai Manado,” ujar Pak Banuara, yang merupakan koordinator para peserta pelatihan, yang juga salah satu tunanetra yang dapat berbahasa Mandarin.

Dengan jodoh yang baik, Yayasan Pusat Kembang Mas Indonesia telah bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi dalam misi amalnya. “Peran kami, para relawan di sini adalah sebagai interpreter dan sebagai penyedia fasilitas, mulai dari makanan yang hari ini disediakan, tempat tinggal dan kebutuhan mereka selama mereka tinggal di sini,” terang Lim Ai Ru, yang merupakan koordinator pelatihan hari itu.

foto  foto

Ket : - Salah seorang relawan mendapat kesempatan untuk mencoba pengobatan Body Space Medicine yang             dibawa dari Hongkong. (kiri)
         - Instruksi langsung dari salah seorang laoshi kepada peserta pelatihan tentang posisi peletakan tangan             untuk posisi energi yang tepat. (kanan)

Ilmu yang diajarkan oleh para laoshi berasal dari Beijing Selatan dan telah diterapkan selama puluhan tahun. Ilmu ini kemudian menjadi sebuah organisasi yang bernama Body Space Medicine. “Body Space Medicine adalah cara transfer energi yang memiliki tujuh titik konsentrasi energi pada tubuh manusia. Tujuh titik ini yang akan disalurkan energinya oleh para pemijat dan setiap titik dilakukan selama masing-masing 30 menit. Caranya adalah dengan meletakkan telapak tangan yang terbuka dengan lebar untuk kemudian ditekan dengan konsentrasi kepada titik-titik yang sudah kami ajarkan. Posisi kaki pun dengan posisi siap tegak,” jelas Yuliana yang menerjemahkan Wang Qiang Laoshi, koordinator para laoshi dari Body Space Medicine.

“San san jiu liu ba yao wu,” gumam para peserta pelatihan yang merupakan tujuh titik penerima energi yang harus diucapkan selagi pemberian energi dilakukan. Hal ini berfungsi untuk memberi getaran energi pada tubuh yang dilalui oleh telapak tangan pemberi energi. San san adalah titik paru-paru, dimana berfungsi untuk mengatur dan melepaskan energi besar yang tertahan pada kedua paru-paru. Jiu adalah titik bagian bawah dari perut yang berfungsi untuk melancarkan pencernaan dan mengatur penyerapan. Liu  adalah titik pankreas yang berfungsi untuk memperbaiki fungsi hati dan memberikan kedamaian dan ketenangan. Ba adalah titik pusar yang befungsi mengatur keluar-masuknya energi terhadap tubuh pasien. Yaoadalah titik kerongkongan dan kepala sebagai pusatnya berfungsi untuk mengatur jalannya energi di tubuh ke atas dan ke bawah. Wu adalah titik lambung yang berfungsi untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh.

foto  foto

Ket: - Salah seorang Laoshi sedang memberi contoh cara yang tepat melakukan transfer energi pada salah             seorang peserta pelatihan. (kiri).
         - Barisan para peserta pelatihan yang sudah cukup mahir. Pelatihan ini dilakukan sejak pagi sampai sore,             yang kemudian dilanjutkan setelah istirahat. (kanan)

Mencoba Bacang Vegetarian
“Saya denger ada Laoshi dari Hongkong untuk ajarin mijet, tapi ternyata sampai ada transfer energi segala. Pelajaran ini bener-bener berharga, ilmu yang sangat tak ternilai buat saya. Untung temen saya ajak saya ke sini. Terima kasih banget sama Kembang Mas dan Yayasan Buddha Tzu Chi,” ungkap Yarham, salah seorang peserta yang datang dari Kota Jambi. “Makanannya (juga) enak banget. Baru tahu saya, kalau ada bacang yang isinya daging tapi bukan daging,” canda Yarham di sela-sela istirahatnya.

Dengan 15 orang relawan konsumsi yang dikoordinir oleh Chiu Lan dari Hu Ai Jembatan 5, dan 8 orang relawan di pelatihan yang dikoordiinir oleh Lim Ai Ru dari Hu Ai Pluit, menutup sesi pelatihan hari itu dengan makan malam cinta kasih. “Semoga dengan adanya pelatihan BSM ini, para penyandang cacat dapat hidup mandiri dan mendapat setitik harapan cerah di dunia,” ungkap Lim Ai Ru menutup jumpanya dengan para penyandang cacat tersebut jam 20.00 WIB bersama dengan Tim Konsumsi Cinta Kasih.

  
 
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan dan Sosialisasi Budaya Humanis

Baksos Kesehatan dan Sosialisasi Budaya Humanis

22 Juli 2018
Hari Sabtu, 21 Juli 2018 diadakan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan bagi seniman bangunan (istilah untuk pekerja pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia) di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan yang rutin diadakan satu bulan sekali ini diikuti oleh sekitar 150 orang peserta. Dalam kegiatan ini juga disosialisasikan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan, memilah dan mendaur ulang sampah.
Jalan Terang Bagi Sukir dan Sumirah

Jalan Terang Bagi Sukir dan Sumirah

15 November 2021

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Kalteng 4 membantu pasangan suami istri, Sukir dan Sumirah melakukan operasi di Klinik Mata dr. Agus Ariyanto Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Suara Kasih: Menghormati Langit dan Menyayangi Bumi

Suara Kasih: Menghormati Langit dan Menyayangi Bumi

27 September 2013 Setiap orang harus memiliki rasa syukur agar dapat memahami Jalan Agung. Tanpa rasa syukur, kita akan bergelut dalam ketidaktahuan dan kekotoran batin serta menganggap semua hal sudah sewajarnya.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -