Siap Mendukung Karya Anak Bangsa
Jurnalis : Andi Chandra (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Ardi Chandra (Tzu Chi Medan)Ketua Tzu Chi Medan, Mujianto didampingi beberapa relawan dari Tzu Chi Medan dan Kisaran menyumbangkan bibit pisang dan pokok pisang yang kemudian ditanam langsung oleh Mujianto dan Endra Kong.
Endra Kong, adalah seorang pelukis dan perupa di Rumah Pinsil, Desa Silolama, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara. Dengan jiwa seninya, ia berkarya dengan menggunakan bahan dasar singkong. Namanya pun juga tercatat di dunia seni dalam negeri maupun di mancanegara. Endra Kong sendiri lahir di Desa Silolama, saat remaja ia bersekolah di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Sekolah Amir Hamzah, Medan. Setelah selesai, Endra Kong melanjutkan studinya di Fakultas Seni Rupa, Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Berbekal ilmu yang ditimbanya dan berjiwa seni, saat ini Endra Kong menjadi seorang kurator (pengurus atau pengawas institusi warisan budaya atau seni-red) di Sumatera Utara dan pernah menjadi Direktur Seni Karnaval Presiden 2016. Beberapa karya seninya yang diakui di mancanegara adalah Haji Ubi dan lukisan Obama yang dibeli warga negara Amerika, kemudian lukisan Rumah Bolon yang dibeli warga negara Belanda, ada juga kaligrafi dan lukisan potret dirinya yang saat ini berada di Tiongkok, serta sebuah lukisan dengan bahan dasar dari debu erupsi Gunung Sinabung yang saat ini berada di Museum Seni Medan.
Sejauh Endra Kong berkarya, anak bangsa ini juga tidak melupakan kampung halamannya. Ia pun menggagas dan membangun sebuah galeri dan museum seni dengan nama Rumah Pinsil dimana Pinsil itu singkatan dari Pusat Seni Studi dan Informasi dari Silau.
Endra Kong mendampingi Mujianto dan para relawan meninjau galeri seni Rumah Pinsil.
Pada tanggal 12 Agustus 2017, Rumah Pinsil diresmikan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Brigjen TNI (Purn) Nurhajizah Marpaung. Acara pembukaan tersebut juga dihadiri oleh 14 orang relawan Tzu Chi Medan dan Kisaran. Ketika rombongan relawan tiba, mereka disambut dengan tarian oleh anak-anak Sanggar Balemaro Jahan dari Medan. Dengan diiringi Tarian Reog, Endra Kong membawa Ketua Tzu Chi Medan, Mujianto dan para relawan meninjau galeri seni Rumah Pinsil.
"Tujuan didirikannya galeri seni ini adalah untuk mendidik generasi muda khususnya di Asahan untuk mengembangkan bakat-bakat seni serta menampung karya seni mereka," ujar Endra Kong menceritakan awal berdirinya Rumah Pinsil. Sebagai wujud dukungan kepada Rumah Pinsil, Tzu Chi Medan menyumbangkan bibit pisang dan pokok pisang yang diserahkan serta ditanam langsung oleh Mujianto dan Endra Kong sebagai bentuk penghijauan dan pelestarian lingkungan.
Bibit pisang yang disumbangkan tersebut merupakan hasil pembibitan di laboratorium dari salah satu relawan Tzu Chi Kisaran yaitu Budi Chandra. Selain bibit pisang, Tzu Chi Medan juga menyumbangkan buku-buku karya Master Cheng Yen untuk diletakkan di galeri seni nantinya. "Rumah Pinsil bisa menginspirasikan warga desa dan sekitarnya, anak-anak juga bisa diajari hal-hal yang positif sehingga bisa jauh dari narkoba dan hal-hal negatif lainnya," ungkap Mujianto. Dalam kesempatan ini, Mujianto juga mengajak anak-anak Silau untuk turut serta melakukan daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Kisaran.
Tzu Chi Medan juga menyumbangkan Buku-buku karya Master Cheng Yen untuk diletakkan di galeri seni Rumah Pinsil.
Rumah Pinsil ini diisi oleh karya-karya seni Endra Kong, ada kaligrafi berbahasa Mandarin dan ada pula yang berbahasa Arab serta karya teman-teman illustrator lainnya. Tidak hanya itu, setiap sudut gedung ini memiliki makna tersendiri, misalnya gerbang utamanya yang berbentuk bulat dan merah yang melambangkan matahari sebagai sumber pencerahan bagi siapa saja yang berkunjung di galeri ini, di luar gedung juga ada beberapa replika-replika seperti Tembok Raksasa Cina, Danau Toba, Danau Kaspian dan sebagainya.
Kehadiran Rumah Pinsil ini diharapkan bisa melahirkan para seniman-seniman dari Asahan yang nantinya akan menjadi duta dari Sumatera Utara. Endra Kong juga mengajak semua insan seni agar selalu berkarya "Sebenarnya pusat seni itu ada di hati setiap insan, jadi dengan seni engkau menari, dengan tangan engkau melukis, dengan matamu engkau mengapresiasi sehingga dirimu akan menjadi rendah hati, penuh cinta kasih dan welas asih," kata Endra Kong.
Editor: Arimami Suryo A.