Siapapun Mampu Menjelaskan Tentang Pelestarian Lingkungan
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand YahyaMengawali Pelatihan 4in1 yang diselenggarakan pada 27-28 Juli 2019, terlebih dulu digelar pelatihan relawan pelestarian lingkungan Tzu Chi Indonesia.
Sebenarnya, memberikan penjelasan tentang pelestarian lingkungan sangatlah mudah. Semua relawan Tzu Chi dapat melakukannya. Itulah yang ditekankan Chen Zhelin, relawan Tzu Chi Taiwan yang jadi pembicara pada Pelatihan Relawan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Indonesia yang digelar kemarin, Jumat, 26 Juli 2019.
Chen Zhelin mencontohkan, relawan dapat membuat alat peraga seperti gantungan 10 jenis benda yang dapat didaur ulang. Urutannya yang pertama; botol plastik, kedua; botol kaca, selanjutnya alumunium, besi, kertas, baterai, baju, elektronik, logam, dan lain-lain. Lain-lain ini misalnya payung yang terbuat dari gabungan plastik, juga besi.
Lalu relawan juga dapat membuat poster-poster tentang pelestarian lingkungan yang bisa dilipat dan bisa dibawa ke mana-mana. Mencetak poster tidak memerlukan banyak biaya. Dan jika dibawa ke kelas pun akan lebih mudah.
“Ini jelas tidak? jadi anak-anak datang ke depo kita itu diajarkan seperti ini. Kita bisa bawa alat peraga ini ke sekolah. Jadi ini sangat mudah ya? kita harus bersungguh hati. Ini juga harus dibuatnya dengan bagus,” ujar Chen Zhelin kepada 230 peserta pelatihan pelestarian lingkungan yang digelar di Aula Jing Si Lantai 2 ini.
Chen Zhelin (tengah)
menunjukkan alat peraga yang sangat mudah dipahami. Alat peraga ini terdiri
dari 10 jenis barang yang dapat didaur ulang.
Relawan sedang mempraktikkan prinsip 135 untuk pelestarian lingkungan. Satu adalah menggunakan air dari keran yang alirannya sebesar sebatang sumpit, lalu 3 adalah kebaikan dari bervegetaris yaitu baik untuk lingkungan, baik untuk kesehatan, dan menghormati kehidupan. Lalu 5 adalah membawa lima pusaka setiap hari yakni sumpit atau alat makan, tempat makan, sapu tangan, botol minum, dan tas ramah lingkungan.
Jangan lupa, tambah Chen Zhelin, dalam penyampaian penjelasan juga harus diciptakan interaksi dua arah. Jangan hanya mengatakan bahwa barang ini bisa didaur ulang saja, audience yang orang tua juga bisa diajak sambil menggerakkan badan, begitu juga dengan anak kecil.
Master Cheng Yen Menyayangi Relawan Pelestarian Lingkungan
Sementara pembicara lainnya yang juga dari Taiwan, Gan Wancheng menekankan bahwasanya depo pelestarian lingkungan itu bukan tempat sampah. Jadi jika relawan di depo menerima barang daur ulang tapi barang tersebut masih kotor, tanpa mendidik orang yang memberikan itu, maka artinya itu pembiaran, itu bukan pendidikan daur ulang.
Yang benar adalah relawan harus mendidik masyarakat agar di rumah juga memilah barang daur ulang sehingga mereka juga bisa belajar. Jadi ketika barang tersebut disetorkan ke depo daur ulang, relawan juga tidak terpapar penyakit.
Gan Wancheng mengatakan bahwa Master Cheng Yen sangat menyayangi semua relawan pelestarian lingkungan.
Kata Gan Wancheng, Master Cheng Yen sangat menyayangi semua relawan pelestarian lingkungan. Apalagi banyak relawan pelestarian lingkungan sudah lansia. Master Cheng Yen tidak mau biarpun para relawan ini tidak takut jorok, tidak takut bau, tapi Master Cheng Yen tidak mau para relawan pelestarian lingkungan ini terkena penyakit, terkena virus gara-gara barang yang kotor.
“Jadi depo itu bukan tempat pembuangan sampah, tapi benar-benar tempat pendidikan pelestarian lingkungan yang barang daur ulang tersebut sudah bersih dari awal,” ujar Gan Wancheng.
Gara-gara Seekor Bebek yang Kesasar di Depo
Training relawan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Indonesia yang digelar sehari menjelang pelatihan 4in1 ini terdiri dari empat sesi materi dan berlangsung selama satu hari. Pelatihan ini berlangsung interaktif, apalagi diakhiri dengan sesi interaksi dengan peserta. Di mana relawan dapat meminta solusi dari Chen Zhelin dan Gan Wancheng terkait permasalahan yang dihadapi relawan dalam menghidupkan titik maupun depo pelestarian lingkungan selama ini.
Bagian lainnya yang juga sama sekali tak membosankan adalah sekelumit kisah bagaimana Chen Zhelin akhirnya bergabung menjadi relawan Tzu Chi dan sangat fokus dalam mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Chen Zhelin dulunya adalah seorang insinyur di perusahaan telekomunikasi asal Jerman yang berada di Taiwan dan bekerja selama 30 tahun. Ketika pensiun dan sudah memiliki banyak uang, ia pun ingin mewujudkan mimpinya dengan mengajak keluarganya keliling dunia untuk menikmati masa tua.
Kepada para relawan pelestarian lingkungan, Chen Zhelin mengatakan, mengikuti kelas ini bukan karena ada pelatihan Pelestarian Lingkungan, lalu relawan harus ikut. Akan tetapi karena relawan harus dapat mewariskan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Suatu hari sang istri mengatakan, “kita tidak mungkin setiap hari keliling dunia kan? kalau kita sedang tidak keliling dunia kita mau melakukan apa?” Saya dengar di Tzu Chi, di dekat rumah kita (Kaohsiung, Taiwan Selatan) ada depo pelestarian lingkungan. Kalau kita sedang tidak keliling dunia kita bisa pergi ke depo pelestarian lingkungan setengah hari untuk ikut daur ulang setengah hari,” kata istrinya
Chen Zhelin dan istrinya serta ibu Chen Zhelin yang berusia 88 tahun akhirnya memutuskan untuk bersumbangsih setengah hari dengan menjalankan pelestarian lingkungan di depo tersebut. Tanggung jawab Chen Zhelin sendiri setiap hari adalah mendaur ulang helm.
Di depo tersebut sering ada siswa-siswi SD, SMP, serta mahasiswa datang ke depo untuk belajar melakukan daur ulang. Setiap kali ada anak-anak yang datang pasti ada satu relawan perempuan/shijie yang bertugas menjelaskan. Sebelum anak-anak ikut daur ulang, mereka harus diberikan pelatihan 20 menit dahulu agar mereka tahu kondisi bumi saat ini, dan kenapa lingkungan sekarang begitu kotor serta mengapa semua orang harus melakukan daur ulang.
“Jadi jangan anak langsung datang, langsung daur ulang. Dia harus punya pemahaman dulu bahwa bumi ini sedang menghadapi masalah apa. Saya saat itu tidak bisa menjelaskan karena saya insinyur dan saya di depo itu kerjanya hanya membongkar-bongkar helm saja,” kenangnya.
Contoh poster dan
alat peraga yang dapat dibuat dengan mudah oleh para relawan pelestarian
lingkungan.
Suatu hari shijie ini sibuk dan meminta Chen Zhelin menggantikannya untuk menjelaskan kepada anak-anak TK yang akan datang ke depo. Ini tentu lebih mudah dari pada jika harus menjelaskan kepada anak SD, tidak perlu menjelaskan selama 20 menit, cukup 10 menit saja.
Mulanya berat, namun Chen Zhelin mau mencoba. Tapi karena dia menjelaskannya dengan bahasa engineer, misalnya memakai kata “logam berat”, anak-anak TK pun terbengong-bengong karena tidak mengerti. Tidak lama ada seekor bebek masuk ke dalam depo. Bebek tersebut berdiri di antara Chen Zhelin dan anak-anak TK. Karena bebek sangat lucu, anak-anak TK ini pun lebih tertarik memperhatikan bebek tersebut.
Chen Zhelin pasrah, “Ya sudah nggak ada yang mendengarkan saya. Saya tunggu saja sampai bebeknya pergi, baru lanjut ngomong.”
Dilihatnya jam tangan, masih ada waktu 3 menit lagi untuknya melanjutkan bicara. Baru saja akan berbicara, bebek tersebut jalan dan anak-anak TK pun semuanya mengikuti si bebek. Chen Zhelin merasa ia dikalahkan oleh seekor bebek.
Setelah kejadian tersebut, Chen Zhelin mulai bertekad. “Oke saya akan mencari di internet dan banyak baca buku, lalu saya akan buat slogan Pelestarian Lingkungan yang mudah dimengerti oleh anak-anak, bahkan yang umur tiga tahun pun mudah mengingatnya,” tekadnya.
Pelatihan ini diikuti oleh sebanyak 230 relawan pelestarian lingkungan yang datang dari berbagai kota di Indonesia.
Satu bulan kemudian Chen Zhelin menciptakan Pelestarian Lingkungan 10 Jari. Dari 10 jari kita bisa mengingat hal-hal penting tentang pelestarian lingkungan. Sepuluh jari untuk Pelestarian Lingkungan ini gampang diingat karena seperti singkatan. Tapi 10 jari ini di Indonesia jarang digunakan karena ini bahasa Mandarin yang jika diterjemahkan jadi susah dimengerti. Tapi di Malaysia atau Tiongkok yang menggunakan Mandarin, Pelestarian Lingkungan 10 Jari ini banyak dipakai.
Ini juga merupakan jalinan jodoh Chen Zhelin bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Dari insinyur elektronik sampai sekarang ia sudah menjelaskan sebanyak 1.500 kali lebih tentang pelestarian lingkungan.
“Ini merupakan yang pertama kalinya saya berbicara di Indonesia. Jadi sangat senang hari ini ada kesempatan untuk sharing. Saya yakin relawan Tzu Chi di Indonesia bisa. Karena saya juga awalnya agak susah tapi pelan-pelan bisa. Kalau kita ada keyakinan pasti bisa,” Chen Zhelin menutup kisahnya.
Editor : Arimami SA.