Silaturahmi Suster Katolik Carolus Borromeus

Jurnalis : Mery Tanwil (He Qi Utara 1), Fotografer : Marianie (He Qi Utara 1)

doc tzu chi indonesia

Sabtu, 13 Januari 2018 sebanyak 12 suster dari Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Carolus Borromeus, dipimpin oleh Suster Yudith (paling depan) berkunjung ke Tzu Chi Center, PIK dan disambut hangat oleh relawan Tzu Chi.

Sabtu, 13 Januari 2018 sebanyak 15 relawan menyambut kedatangan rombongan 12 Suster dari Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus. Acara dibuka oleh relawan Alex Salim dengan mengajak semuanya menggenggam waktu sebaik-baiknya karena ini merupakan jodoh baik yang sudah terjalin sejak tahun 2013. Kali ini suster yang datang adalah yang berkarya di bidang pendidikan yaitu mencakup suster dari Yayasan Tinggi Pendidikan Tarakanita, Institusi Pendidikan dari RS Carolus Borromeus Bandung, RS St. Carolus Salemba Tengah, dan RS Carolus Summarecon Gading Serpong.

Haryo Suparmun kemudian memperkenalkan Tzu Chi dan menjelaskan secara detil mulai dari asal berdirinya Tzu Chi di Hualien Taiwan, jalinan jodoh mendirikan Tzu Chi dari 3 orang suster, filosofi dan visi misi Tzu Chi, mulai berdirinya Tzu Chi di Indonesia, isyarat tangan, sampai menjelaskan arti Shixiong Shijie. Celengan bambu pun tidak ketinggalan dijelaskan.

Suster Yudith sebagai ketua rombongan mengungkapkan terima kasih kepada relawan. Mereka tidak menyangka akan disambut hangat oleh banyak relawan, merasakan keramahan dan senyuman relawan, kemudian juga dijamu makan siang. Ia merasakan dari sikap relawan sungguh-sungguh telah menghidupi kharisma dari Master Cheng Yen.

doc tzu chi indonesia

Relawan Haryo Suparmun menjelaskan dengan detail dan menjawab semua pertanyaan suster mengenai Tzu Chi, visi misi, dan semua hal yang berhubungan dengan Tzu Chi.

doc tzu chi indonesia

Relawan Tzu Chi dan para suster bersama-sama memeragakan isyarat tangan Satu Keluarga.

Setelah sesi tanya jawab, rombongan diajak mengunjungi depo pelestarian lingkungan yang terletak di belakang Tzu Chi Center kemudian tur keliling Aula Jing Si dan berakhir di Jing Si Books & Café.

“Pertama memang kami ingin silaturahmi, yang kedua kami ingin mengenal (Tzu Chi) lebih jauh, karena menurut kami hampir ada kesamaan antara visi misi pendidikan Tarakanita maupun kongregasi kami dengan visi misi Tzu Chi. Ada kesamaan kepedulian terhadap lingkungan,” jelas Suster Yudith.

Menurut Suster Yudith, banyaknya kesamaan program di bidang pelestarian lingkungan juga lah yang membawanya berkunjung. “Kunjungan ke depo persis sama dengan program di sekolah dan rumah sakit. Kami juga sudah pemilahan sampah daur ulang, program 5R (Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Recycle), melestarikan alam, tidak menggunakan sterofoam maupun plastik, bawa tempat makan dan minum sendiri, itu sama dengan program yang ada di sini,” ujarnya.

doc tzu chi indonesia

Suster Theresina (tengah) bersama rombongan ketika mengunjungi Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi yang berlokasi di Tzu Chi Center.

doc tzu chi indonesia

Usai melakukan tur keliling Aula Jing Si, relawan Tzu Chi dan para suster berfoto bersama.

Selain itu kunjungan yang dilakukan kali ini karena dorongan hati Suster Yudith yang ingin berbagi dengan suster-suster lainnya. “Supaya mereka juga bisa melihat kenyataan di sini. Setelah mendengar dan melihat langsung, ternyata para suster kan kagum, lalu penuh syukur,” tukasnya.

Suster Theresina dari Institusi Pendidikan Borromeus Bandung pun mengungkapkan hal yang sama, “Saya melihat manajemen batin, mental, dan karakter itu sangat menyentuh saya. Kami termotivasi dari semangatnya relawan. Kami punya misi yang sama dengan Tzu Chi tentang keselamatan bumi, pemilihan sampah, gerakan ekologis.”

Setelah keliling dan melihat, Suster Theresina yang merupakan anggota tim KPKC (Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan) di kongregasi Carolus Borromeus pun memberi beberapa masukan dan berbagi ide untuk Tzu Chi. Di antaranya adalah pengomposan dari sampah organik dan mengenai ecobrick. Ecobrick adalah botol plastik yang dimasukkan bungkusan mi instan, dicampur dengan kain perca hingga padat, kemudian  botol-botol itu disusun rata, diikat dan bisa dijadikan kursi atau meja.

Untuk menjalin jodoh baik, relawan Alex Salim dan Ng Siu Tju memberikan buku karya Master Cheng Yen, Pedoman Guru Humanis kepada masing-masing suster. Para suster pun berpamitan dan kembali diantar dengan hangat oleh relawan sebelum meninggalkan Tzu Chi Center.

Editor : Yuliati


Artikel Terkait

Pembelajaran Cinta Kasih untuk Siswa Seminari

Pembelajaran Cinta Kasih untuk Siswa Seminari

28 Maret 2016 Kunjungan, pengenalan, serta sharing sekolah Seminari Wacana Bhakti, Pejaten, Jakarta Selatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi pada 11 Maret 2016 terkait program pendalaman spiritualitas.
Berkenalan Dengan Tzu Chi

Berkenalan Dengan Tzu Chi

07 Desember 2017
Jumat, 1 Desember 2017, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima kunjungan dari Buddhist Fellowship Singapore dan Yayasan Dhammavihari Buddhist Studies. Kunjungan ke gedung Tzu Chi Center  ini pun disambut oleh 18 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1.
Belajar dari Semangat Garsel

Belajar dari Semangat Garsel

15 April 2016
Acara perkenalan Tzu Chi yang dibawakan oleh rekan dari DAAI TV Indonesia di ruang Galeri DAAI berjalan lancar dan meriah karena semangat dari rombongan ini yang mau menyimak dengan baik walaupun memakan waktu lebih kurang 1,5 jam.
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -