Simposium Besar TIMA 2017: Langkah Awal untuk Membantu Sesama

Jurnalis : Metta Wulandari , Fotografer : Metta Wulandari

doc tzu chi

Sebanyak 370 peserta yang terdiri dari dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, dan mahasiswa keperawatan memadati Guo Yi Ting, LT. 3 Aula Jing Si untuk mengikuti Simposium Besar TIMA 2017, pada Minggu 16 Juli 2017.

Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia mengadakan Simposium Besar TIMA 2017 di Tzu Chi Center, Minggu 16 Juli 2017. Dalam simposium ini digelar dua seminar, yakni Seminar Kedokteran bertema “Upaya Kesehatan Masyarakat Berkesinambungan dalam Menanggulangi Penyakit Degeneratif” yang menyajikan empat topik yaitu Cardiology, Hypertension, Psychiatry, serta Pulmonology dengan delapan narasumber yang ahli di bidang masing-masing. Sementara itu Seminar Keperawatan mengangkat tema “Legal Aspek dan Regulasi Perawat dalam Kegiatan Sosial di Indonesia”, disampaikan oleh dua narasumber yang berasal dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Ada 370 peserta yang hadir, terdiri dari 220 peserta di seminar kedokteran dan 150 peserta di seminar keperawatan. Kesemuanya merupakan dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, atau pun mahasiswa keperawatan.

“Dengan adanya simposium ini, TIMA ingin berbagi kepada tim medis di Indonesia tentang perkembangan dunia kesehatan. Kami juga memperkenalkan Tzu Chi dan asosiasi tim medis kami,” jelas dr. Delidanti Saidjan, Sp. Pros., ketua panitia simposium.

Membagi Pengetahuan, Berbagi untuk Sesama


Dr. Ramasami Nandakumar membawakan materi berjudul Cardiac Emergencies in Medical Outreach (ACLS Algorithm). Di sini Ia berbagi tentang bagaimana memberikan pertolongan kepada pasien dalam keadaan henti jantung atau kematian mendadak.


Dr. Ramasami Nandakumar mempraktikkan bagaimana memberi napas buatan untuk mereka yang detak jantung atau pernapasannya terhenti.

Dr. Ramasami Nandakumar, MRCP(UK)., FRCP(ed)., FRCP(Lond)., satu dari delapan pembicara seminar kedokteran merasa senang bisa mengisi sesi seminar kedokteran. Dokter yang sehari-hari berdomisili di Singapura ini sengaja menyempatkan waktunya untuk berbagi pengetahuan tentang dunia kesehatan di Indonesia.

Dalam sesinya, Dr. Kumar membawakan materi berjudul Cardiac Emergencies in Medical Outreach (ACLS Algorithm). Ia berbagi tentang bagaimana memberikan pertolongan kepada pasien dalam keadaan henti jantung atau kematian mendadak. Ia juga mempraktikkan bagaimana memberi napas buatan untuk mereka yang detak jantung atau pernapasannya terhenti. Tindakan ini biasa dikenal dengan cardiopulmonary resuscitation atau CPR.

Tidak hanya memberikan teknis-teknis yang berkaitan dengan materi yang Ia bawakan, Dr. Kumar juga berpesan kepada tim medis untuk selalu memperlakukan pasien sebagaimana keluarga sendiri. “Sehingga mereka merasa kasih sayang yang tulus,” ucapnya.

Sebagai dokter yang kerap ikut dalam kegiatan-kegiatan di Tzu Chi Singapura, Dr. Kumar tak segan mengundang tim medis yang ikut dalam seminar untuk ikut serta dalam TIMA. Menurutnya, TIMA adalah organisasi yang besar. Selain itu sudah banyak hal yang telah dilakukan oleh TIMA.

“Saya rasa TIMA bisa melakukan banyak hal lagi apabila ada lebih banyak tim medis yang bergabung,” ujar Dr. Kumar. “Jika Anda bisa memberikan sedikit kemampuan atau waktu, maka kita bisa bersama-sama bekerja untuk masyarakat. TIMA seharusnya bisa tumbuh lebih besar, lebih baik, dan kita seharusnya bisa membantu lebih banyak orang lagi,” imbuhnya.

Dokter Karina Komala mengaku banyak mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat tentang permasalahan kesehatan dan penanganan dalam kondisi darurat.


Dokter Rahmat Hidayat, Sp.S., memberikan sesi tentang 2017 Update in Hypertension Guidelines di Exhibition Hall, Lt. 1 Aula Jing Si. Seminar Kedokteran ini menyajikan 4 topik yaitu Cardiology, Hypertension, Psychiatry, serta Pulmonology dengan 8 narasumber yang ahli di bidang masing-masing.

Mengikuti seminar sejak awal, dr. Karina Komala mengaku banyak mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat tentang permasalahan kesehatan dan penanganan dalam kondisi darurat. “Pasti sangat berguna untuk saya,” ucapnya. Calon anggota baru TIMA Indonesia ini juga merasa bahwa semangat kemanusiaan yang digaungkan oleh Tzu Chi patut dicontoh. “Spiritnya sangat baik karena cinta kasih ini disebarluaskan ke seluruh dunia dan bisa menjangkau banyak orang yang membutuhkan,” tuturnya.

Sebelum ikut dalam seminar, mahasiswa pascasarjana jurusan kedokteran di Universitas Indonesia ini pun pernah ikut bersumbangsih dalam baksos Tzu Chi. Baginya menjadi dokter merupakan satu kebanggan tersendiri karena memiliki kemampuan untuk menolong dan menyembuhkan orang lain. Dari sana ia ingin memanfaatkan kemampuannya dan memilih TIMA sebagai wadah bersumbangsih untuk sesama.

Selalu Mengedepankan yang Terbaik


Di akhir sesi, Dokter Budhi Antariksa, Phd., Sp.P(K)., membawakan materi mengenai Diagnosis and Management of COPD. Peserta dipersilahkan memilih salah satu sesi untuk diikuti.


Sukendar, AMK., SKM., S.H., M.H.Kes, yang hadir mewakili Lembaga Bantuan Hukum Perawat Indonesia berbagi tentang Legal Aspek Perawat dalam Pelaksanaan Baksos.

Perasaan sukacita juga dirasakan Sukendar, AMK., SKM., S.H., M.H.Kes, yang hadir mewakili Lembaga Bantuan Hukum Perawat Indonesia. Di seminar ini, ia berbagi tentang Legal Aspek Perawat dalam Pelaksanaan Baksos. “Jadi perawat juga mempunyai badan hukum yang diatur dalam perundang-undangan yang tujuannya untuk melindungi profesi keperawatan,” ucap Kendar.

Lebih lanjut, ia berbicara tentang hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang perawat. Kendar juga menekankan bahwa perawat merupakan front terdepan dalam berbagai kegiatan medis dan merupakan rekan dokter. “Sehingga tidak bisa seenaknya sendiri,” lanjutnya.

Walaupun telah dilindungi dengan peraturan perundangan, Kendar mengingatkan perawat untuk tetap melayani pasien sesuai kode etiknya. “Perawat harus mempunyai etika moralita, etika berbicara, sopan santun, mengayomi tanpa membedakan agama, ras, dan lainnya. Berikanlah yang terbaik untuk pasien,” pesan Kendar.


Artikel Terkait

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -