Siswa yang Berakhlak Baik dan Berbudi Pekerti

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Sekitar 350 siswa SMP dan SMK Cinta Kasih Tzu Chi mengikuti pesantren kilat yang bertujuan membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti.

Hari raya Idul Fitri 1429 H tinggal hitungan hari, semua umat Islam seolah berlomba untuk menanam kebajikan agar menjadi manusia baru yang lebih baik di hari kemenangan. Murid-murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat pun tidak mau ketinggalan. Jika sebelumnya siswa SD Cinta Kasih yang mengikuti pesantren kilat, maka tanggal 24 September 2008, gantian siswa SMP dan SMK yang melakukannya. Tema pesantren kilat kali ini adalah “Menuju Kemenangan dengan Mencetak Generasi Islam yang Khusnul Khotimah”.

Etika Islami
Sekitar 350 siswa sejenak menanggalkan baju seragam sekolah mereka menggantinya dengan baju koko dan baju Muslim berkerudung. Mereka memenuhi aula Sekolah Cinta Kasih sejak pukul 7 pagi hingga saat berbuka puasa. Selama sehari itu mereka mendengarkan beberapa santapan rohani yang makin memantapkan langkah mereka untuk meraih kemenangan.

Eko Raharjo, guru agama Islam SMP yang mengisi salah satu sesi, memaparkan topik tentang “Silaturahmi Remaja”. Kebetulan, pada sesi sebelumnya, siswa agak sedikit gaduh ketika mendengarkan santapan rohani dari Ustaz Jamad yang membawakan tema tafsir Al-Fatikhah, maka Eko kemudian menjelaskan bahwa seorang remaja Islami tidak sepatutnya tidak memperhatikan orang yang sedang berceramah dengan baik. Maklum, perut lapar berpuasa dan rasa kantuk yang menerjang mereka di siang yang panas itu membuat konsentrasi siswa terganggu. Eko Raharjo kemudian menjelaskan tentang 4 etika sebagai seorang remaja yang Islami. Etika pertama yang ia jelaskan adalah tentang rasa hormat kepada orang yang sedang berceramah. Menurutnya, seorang yang benar-benar Islami bahkan tidak berani menatap ke arah mata penceramah karena benar-benar memperhatikan isi ceramah dan ingin menyerapnya, terlebih untuk menimbulkan kegaduhan. Mendengar penjelasan tersebut, murid-murid yang awalnya gaduh langsung hening dan akhirnya berkonsentrasi mendengarkan penjelasannya.

Etika kedua yang ia jelaskan ditujukan untuk remaja putri. Ada 4 sikap yang harus dijaga oleh seorang remaja putri agar dihormati orang, yaitu: menjaga mata (tidak jelalatan), tidak bikin malu, menutup aurat, dan tidak memperlihatkan perhiasan secara mencolok. Etika ketiga adalah tentang hubungan laki-laki dan perempuan, tentang pacaran. Topik ini sangat pas bagi para siswa karena mereka sedang dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bahkan, beberapa di antara para siswa tersebut telah memiliki pacar. “Pacaran adalah untuk menjajaki kecocokan, bukan untuk main-main atau maksiat,” tegas Eko.

Dengan mengutip dari Alquran, Eko menjelaskan cara-cara agar pacaran tidak sampai menyimpang ke arah maksiat dengan menjalin silaturahmi yang Islami. “Allah melarang laki-laki dan perempuan berduaan di tempat yang sepi,” kata Eko. Jika hendak bertemu, harus ada orang ketiga, yaitu seorang teman perempuan atau saudara pihak perempuan. “Ini adalah etika agar kita tidak terjebak dalam pergaulan yang salah,” jelas Eko. Etika keempat adalah etika ketika bertamu ke rumah orang, yaitu harus permisi dulu terhadap pemilik rumah.

foto   foto

Ket : - Eko Raharjo menyampaikan 4 etika sebagai bekal bagi siswa-siswi yang sedang dalam masa peralihan
           menjadi dewasa untuk bergaul dalam kehidupan sehari-hari secara Islami. (kiri)
         - Kaum perempuan harus menjaga dirinya lebih hati-hati dibandingkan kaum laki-laki karena godaannya lebih
           besar. (kanan)

Menjadi Remaja Islami
Ternyata menjadi orang yang Islami tidak mudah. Kesulitan pertama dan utama tentu saja untuk mematuhi etika-etika tersebut. Namun setelah berhasil menjalani, kesulitan berikutnya yang muncul adalah reaksi orang-orang sekitar. Umi Farida (17) pernah merasakan itu. Remaja yang sekarang duduk di kelas III Ak SMK Cinta Kasih ini pernah dijauhi teman-temannya ketika duduk di bangku SMP karena begitu taat dengan kaidah-kaidah agama Islam yang ia anut, sementara teman-temannya layaknya remaja lain, ogah-ogahan menjalankan kaidah beragama. “Selama hati saya merasa tenang, keadaan seperti itu ya kita jalani saja. Walaupun kita nggak punya temen, toh suatu saat temen butuh sama kita dia yang dateng kok bukan kita yang nyamper-nyamperin. Jadinya kalo udah tenang kaya gitu biarpun dijauhin disingkirin, jalanin aja. Allah akan menentukan jalan-Nya sendiri,” Umi meyakinkan diri waktu itu. Dan akhirnya keyakinannya yang menang, ia bisa mendapatkan teman-teman terbaik.

Umi dididik menjadi seorang Muslim yang saleh sejak kecil. Bahkan, umur 4 tahun ketika masih duduk di bangku TK, ia telah berhasil menjalankan puasa secara penuh padahal awalnya niatnya hanya setengah hari. Namun ternyata tekad yang teguh mengalahkan rasa lapar dan hausnya.

Untuk puasa tahun ini, hari yang terasa paling berat baginya adalah hari pertama puasa tanggal 1 September 2008. Bukan hari itu merupakan hari pertama sehingga butuh penyesuaian, namun karena sehari sebelumnya ia mengikuti acara peringatan 5 tahun Sekolah Cinta Kasih (lustrum) yang melelahkan. “Sempet ikut drama juga, cape banget. Berasa banget badan pegel-pegel. Jadi ngerasanya lemes aja. Satu hari itu tidur aja, paling bangun buat shalat, tidur lagi,” tuturnya. Untungnya ia berhasil melewati hari itu dengan baik.

Di lustrum itu, ia ikut berperan dalam operet merangkap menjadi asisten sutradara. Selain itu, ia juga menjadi peserta lomba Speech Contest dimana ia menjadi juara. Di sela-sela pesantren kilat ini piala diserahkan kepadanya. “Sebenernya waktu lomba optimis bisa juara,” imbuh Umi, “Tapi ga nyangka juga bisa juara 1.” Dalam lomba ceramah dalam bahasa Inggris tersebut, ia membawakan materi tentang global warming. “Bikinnya pertama dari bahasa Indonesia dulu, browsing dari internet terus ditranslate di rumah, baru diedit sama gurunya, lalu dihafalin,” cerita Umi.

Apa yang dicapai Umi sebenarnya tidak terlalu mengherankan karena nilai rata-rata mata pelajaran bahasa Inggrisnya 8. Ia sangat menyukai mata pelajaran tersebut. Bahkan, ia bercita-cita menjadi guru bahasa Inggris atau apa saja yang berkaitan dengan sastra Inggris, atau menjadi diplomat.

Pada pesantren kali ini pun, ia tidak hanya menjadi peserta, namun juga menjadi panitia. Ia bahagia karena teman-temannya mengikuti pesantren dengan senang hati. Ia menyatakan banyak pelajaran yang ia petik selama sehari ikut pesantren kilat, “Al-Fatikhah, surat yang biasa kita baca ternyata kalo kita kaji lebih dalam, maknanya bener-bener serius dan dalem banget.”

foto   foto

Ket : - Selama bulan puasa tahun ini, suasana Islami terasa sangat kental di Sekolah Cinta Kasih. Selain
           pesanten kilat, diadakan juga shalat berjamaah dan pengumpulan zakat fitrah. (kiri)
         - Selain belajar tentang panduan hidup sehari-hari, para peserta pesantren kilat juga belajar membaca
           Alquran. (kanan)

Nuansa Islami yang Kental
Menurut Helmi Neltis, guru agama yang terlibat banyak dalam pesantren kali ini, “Hari ini tema kita adalah menjadikan siswa yang khusnul khotimah, yaitu siswa yang berakhlak mulia, yang berbudi pekerti. Yang kita maksudkan adalah biar mereka selepas dari bulan Ramadan, mereka tetap mempertahankan norma-norma ke-Islam-an dan bahkan kita berharap mereka jauh lebih baik di bulan-bulan yang akan datang.”

Nuansa Islami sangat terasa kental selama bulan Ramadan di Sekolah Cinta Kasih. Selain pesantren kilat, setiap hari para siswa diwajibkan shalat Dzuhur berjamaah (bersama-sama -red), tadarusan untuk meningkatkan kemampuan membaca Alquran, dan pengumpulan zakat fitrah. “Di bulan Ramadan ini, sangat amat terasa di Sekolah Cinta Kasih ini nuansa Islaminya dimana siswa semakin hari semakin bertambah keimanannya, dan kami berharap budi pekerti (dan) perilaku mereka itu tetap menjadi nomer satu dalam kehidupan mereka,” tutur Helmi.

 

Artikel Terkait

Internasional: Membangun Tim Daur Ulang

Internasional: Membangun Tim Daur Ulang

27 Mei 2010
Ini bukanlah tugas yang mudah karena dia menderita sakit lupus dan keluarganya tidak paham dengan apa yang dia lakukan. Meskipun sakit, dia mempunyai semangat untuk hidup. Dengan mengendarai sepeda motor Lin Yuehua mengumpulkan barang-barang daur ulang di jalan.
Berjuang Menghadapi Penyakit

Berjuang Menghadapi Penyakit

31 Juli 2019

Sulianah Djaya, seorang ibu rumah tangga berusia 52 tahun, merasakan ada suatu benjolan kecil di bawah telinga sebelah kiri. Bersama Rudi (52), sang suami ia harus beberapa kali ke beberapa rumah sakit untuk memastikan penyakit dan pengobatan apa yang harus dijalaninya. Meski berat, hal ini tidak membuat Sulianah patah semangat. Dengan dukungan keluarga, ia mau melakukan segala pengobatan agar bisa sembuh dan bermain dengan cucunya.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -