SMAT: Memberi Tanpa Perbedaan

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
 

foto
Pembagian 50 ton beras cinta kasih dan 13.000 celengan bambu kepada para santri/santriwati Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor.

Sejak tahun 2003, Tzu Chi menjalin jodoh baik dengan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor sesuai misi-misinya. Tali jodoh Tzu Chi dengan Pesantren Nurul Iman berawal dari butir-butir beras yang dibagikan sebanyak 50 ton beras cinta kasih setiap bulannya dalam setahun. Selain pembagian beras juga memberikan bantuan pendidikan berupa pembangunan sekolah, bercocok tanam, dan bahasa isyarat tangan.

Pesantren Nurul Iman merupakan salah satu pondok pesantren yang tidak mengenakan pungutan biaya kepada anak didiknya mulai dari biaya pendidikan hingga biaya hidup mereka atau bisa dikatakan gratis. Setiap tahunnya, anak yang masuk ke pondok pesantren semakin meningkat hingga sekarang mencapai sekitar 13.000 santri/santriwati. Dengan demikian kebutuhan yang hendak dikeluarkan terbilang banyak. Melihat kondisi seperti ini, Yayasan Buddha Tzu Chi kembali membagikan 50 ton beras cinta kasih kepada Pesantren Nurul Iman pada tanggal 21 September 2013 untuk membantu meringankan beban pimpinan dalam bidang pangan. Lien Chu, sebagai ketua Tzu Chi Tangerang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Master Cheng Yen dan Dewan Pertanian Taiwan atas pemberian berasnya sehingga bisa dibagikan kepada orang yang membutuhkan. “Kita tahu Ummi sebagai penanggung jawab pesantren sangat susah dalam menjaga anak-anak, sehingga Master kita yang berwelas asih, selalu membagikan jatah beras ke sini, sehingga bisa membantu anak-anak pesantren dalam menghadapi kendala pangan,” tutur ketua Tzu Chi Tangerang ini.

Serah terima beras diberikan secara simbolis oleh relawan Tzu Chi Tangerang kepada pimpinan Pesantren Nurul Iman, Ummi Waheeda. “Saya sangat bersyukur karena dengan pembagian beras ini meringankan beban saya, karena dana yang ada bisa dialihkan untuk kebutuhan yang lain seperti renovasi gedung, dan lain-lain. Dana yang ada semuanya untuk pondok ini,” ungkap Ummi Waheeda. Pesantren membutuhkan beras yang cukup banyak untuk sekali makan para santri/santriwati. Sehingga bantuan beras cinta kasih Tzu Chi sangat berarti dan bisa menjadi persediaan untuk makan mereka. “Dalam sehari butuh 5 ton untuk makan siang dan makan malam, makan paginya singkong 3 ton,” kata Prima, ketua bagian dapur Nurul Iman. Dengan demikian bantuan beras cinta kasih Tzu Chi sebanyak 50 ton diperkirakan untuk persediaan lebih kurang sebelas hari makan siang dan malam.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi dengan penuh syukur memberikan bantuan beras kepada pesantren Nurul Iman secara simbolis (kiri).
  • Ketua Tzu Chi Tangerang, Lien Chu memberikan tanda terima donasi Tzu Chi kepada Pimpinan Pesantren Nurul Iman, Ummi Waheeda (kanan).

Mengalirkan Cinta Kasih Melalui Celengan Bambu
Selain pembagian beras kepada Pesantren Nurul Iman, relawan Tzu Chi juga meneruskan semangat cinta kasih melalui pembagian 13.000 celengan bambu kepada keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Iman. Awalnya, pondok pesantren bersumbangsih ke Tzu Chi dengan berdonasi setiap bulannya melalui tanda terima sumbangan. “Pesantren memang ada sumbangi tiap bulan, tapi kita memikirkan bahwa kalau kita bisa berinteraksi dengan anak-anak, bisa mengumpulkan cinta kasih,” tutur Lien Chu. Menurutnya, bersumbangsih melalui celengan bambu bisa memberikan semangat tersendiri. Jika celengan bambu yang mereka miliki sudah penuh akan dituang secara bersama-sama. “Cinta kasih kecil-kecil ini akan penuh dan akan kita sebarkan. Cinta kasih seperti inilah yang paling cemerlang dan paling membahagiakan di dunia ini,” ungkapnya.

Para santri dan santriwati pun dengan penuh semangat menerima celengan bambu ini. Bahkan ada diantara mereka yang menginginkan dua celengan. Melihat kondisi demikian, para insan Tzu Chi semakin bersemangat dalam membagikan celengan. “Melihat semangat ini saya jadi senang dan berterima kasih. Kita juga berharap melalui anak-anak ini, cinta kasih bisa tersebar ke seluruh Indonesia,” ungkap Ketua Tzu Chi Tangerang ini. Ummi yang bisa menerima dan sejalan dengan ajaran Master Cheng Yen dalam menebarkan cinta kasih mendukung adanya pembagian celengan bambu kepada belasan ribu anak didiknya meskipun mereka tidak diperkenankan memegang uang tunai. “Saya tidak pernah keberatan dan mendukung kegiatan ini. Setiap bulan anak-anak ada uang jajan dan akan disisihkan dari mereka. Ummi ingin mendidik mereka selain menabung, mereka juga memberi,” kata Ummi.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan penuh antusias para relawan membagikan celengan bambu kepada anak-anak secara estafet (kiri).
  • Siti Wulan Windasari satu per satu mengeluarkan celengan bambu untuk dibagikan kepada para santri (kanan).

Senang Bisa Membantu Orang Lain
Salah satu anak asuh Tzu Chi yang turut bersumbangsih tenaga pada kegiatan pembagian beras dan celengan bambu di Pesantren Nurul Iman merasa senang dengan apa yang telah dilakukan. Siti Wulan Windasari bersama 60 relawan lainnya dengan antusias membagikan beras dan celengan bambu Tzu Chi. Ia mengangkat dan membuka satu per satu kotak tempat ribuan celengan bambu yang dibagikan secara serentak kepada para santri. Ia melakukan semua ini dengan sepenuh hati. “Saya sudah di bantu Tzu Chi, jadi kenapa enggak saya membantu untuk orang lain,” kata mahasiswi Universitas Muhammadiyah Tangerang ini. Ia mengaku ingin terus bersumbangsih dengan merapatkan barisan di kerelawanan Tzu Chi. “Di Tzu Chi, saya menjadi mengerti artinya bersyukur dan memberi sehingga saya ingin terus membantu orang lain walaupun yang kita kasih sedikit tetapi bagi orang lain itu besar,” katanya.

Anak pertama dari empat bersaudara ini juga aktif di kegiatan pemilahan sampah di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Tangerang. Selain itu, ia juga mengikuti kegiatan kunjungan kasih di panti asuhan dan kegiatan amal lainnya. Meskipun menjadi anak asuh, namun Siti juga mampu berinteraksi dengan hangat kepada relawan Tzu Chi. Baginya di dalam Tzu Chi tidak ada perbedaan, semuanya sama. “Tzu Chi itu universal bantuannya nggak hanya kalangan Buddha saja tapi semua agama yang di dasari cinta kasih,” ungkapnya. Cinta kasih universal Tzu Chi mewujudkan keharmonisan antarsesama, saling merangkul antara yang satu dengan yang lain tanpa membedakan warna, agama, bangsa, dan negara.

  
 

Artikel Terkait

Mengucap Syukur dan Berbagi Kebahagiaan di Penghujung Tahun 2014

Mengucap Syukur dan Berbagi Kebahagiaan di Penghujung Tahun 2014

31 Desember 2014

Guna mengakrabkan suasana, relawan dan adik-adik membagi team dengan huruf depan yang sama dalam waktu satu menit dan melakukan sesi perkenalan dalam satu grup. Ketika sesi berlangsung mereka diiringi dengan musik yang semangat selain itu serunya mencari anggota dengan mempunyai huruf depan yang sama dan membuat lingkaran menambah kehangatan.

Anak-anak di Rumah Kasih

Anak-anak di Rumah Kasih

09 Juli 2010
“Filemon” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Penuh dengan kasih”. Ini sebabnya Oma Sie Gwik Nio memilih kata itu sebagai nama rumah asuh tersebut. Oma berharap dapat membimbing anak–anak ini supaya menjadi penuh dengan kasih, sesuai dengan nama rumah mereka.
Suara Kasih: Air Dharma Pertobatan

Suara Kasih: Air Dharma Pertobatan

05 Mei 2011
Siapa yang tidak pernah melakukan pelanggaran? Siapa yang tidak pernah keliru? Jika telah melakukan kesalahan, kita harus mengakuinya dan bertobat. Metoda Dharma pertobatan bagaikan air jernih. Hanya air yang dapat membersihkan kotoran. Noda dan kegelapan batin hanya dapat dibersihkan dengan air Dharma. Metode Dharma pertobatan bagaikan air jernih yang dapat membersihkan perbuatan buruk semua makhluk.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -