Sosialisasi Celengan Bambu di SD Permai
Jurnalis : Sufenny (He Qi Utara), Fotografer : Henry Tando (He Qi Utara)
|
| ||
Acara dimulai dengan memperkenalkan relawan Tzu Chi terlebih dahulu dengan panggilan Shiqu untuk relawan perempuan, Shibo untuk laki-laki. Kemudian guru menyuruh anak-anak memberi salam selamat pagi Shiqu-Shibo. Kebahagiaan Membantu Sesama
Keterangan :
Nah, di negara mereka itu sedang terjadi peperangan, ada yang belum sempat berpakaian pun ikut berlari. Shelly Shijie memberi penjelasan kepada anak-anak mengenai foto tersebut. Sekarang siapa di sini yang bahagia? Anak-anak menjawab, “Saya.” “Ya, kita beruntung tinggal di sini tidak terjadi peperangan,” kata Shelly Shijie. Lalu ada foto jari anak yang kurus dan mungil, yang sedang dipegang oleh sebuah tangan dengan welas asih. Shiqu lihat di sini anak-anak tidak ada ya, yang seperti di foto ini, yang tangannya kecil dan kurus. Itu tandanya anak-anak di sini penuh gizi dan bahagia. Maukah anak-anak menolong yang menderita? Mau, jawab anak-anak dengan spontan. Ketika dibagikan celengan, ada anak yang langsung memasukkan uang jajannya ke dalam celengan tersebut tanpa berpikir panjang lagi. Begitulah hati seorang anak yang polos dan murni.Seperti yang Master Cheng Yen inginkan terhadap kita (relawan), agar mempunyai hati sepolos anak kecil. Lakukan tanpa pamrih, lakukan yang seharusnya dilakukan, jangan menunda.
Keterangan :
Shelly Shijie bertanya kepada seorang anak, “Bryan, mengapa uang jajanmu mau dimasukkan ke dalam celengan?” Bryan menjawab, “Untuk membantu orang yang menderita.” Shelly Shijie bertanya lagi, “Tapi nanti Bryan tidak bisa jajan, bagaimana?” Bryan menjawab, “Tidak apa-apa. Dia bahagia bisa membantu yang lain.” Setelah itu kita memeragakan isyarat tangan lagu “Celengan Bambu dan Satu Keluarga”. Anak-anak terlihat sangat antusias melihat gerakan isyarat tangan, dan ada yang langsung ikut memeragakan. Ada satu anak yang bernama Audrey Tharajie, kelas IV B sangat berminat untuk belajar isyarat tangan. Lalu saya pun meminta nomor teleponnya untuk dicatat, supaya saya bisa menghubunginya kelak. Kemudian temannya bilang, “Audrey ini Kristen.” Saya bilang tidak apa-apa. Lalu teman-temannya juga pada bilang, “Saya mau, saya mau.” Saya pun mencatat nama mereka satu per satu. Ada Kevin, Raystar, Marcella, Wilson dan Fany. Saya sungguh bahagia bisa turut merasakan kebahagiaan mereka pada saat itu. Sampai-sampai Shelly Shijie memperingatkan saya, anak-anak sudah disuruh berbaris kembali ke kelas sambil mengambil suvenir. Terasa begitu singkat pertemuan tersebut. Semoga harapan Master Cheng Yen untuk menyucikan hati dan pikiran manusia, dapat tercapai. | |||