Sudah lebih dari 10 tahun Surijaty Aminan (relawan Tzu Chi dan juga Ketua Umum Indonesian Chinese Women Association) membuat cairan eco enzyme. Pada kesempatan ini ia memberi penjelasan mendalam tentang manfaat eco enzyme kepada perawat-perawat Tzu Chi Hospital.
Sebagai upaya menindaklanjuti kegiatan sebelumnya yaitu kunjungan ke Depo Pelestarian Lingkungan dan pelaksanaan Hari Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Hospital yang diadakan setiap Jumat, maka Kamis, 7 Juni 2022, diadakan sosialisasi dan sharing dari relawan Tzu Chi mengenai eco enzyme. Eco enzyme adalah cairan fermentasi yang terbuat dari sampah organik, gula alami, dan air. Eco enzyme ini dikenal mempunyai banyak manfaat dan terutama sebagai salah satu langkah dalam melestarikan Lingkungan.
“Kami terinspirasi dari beberapa kali mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, beliau selalu menyampaikan bahwa setiap orang itu selalu punya andil (peranan) untuk ikut melestarikan Bumi. Kami sempat berdiskusi apa bentuk nyatanya untuk pelestarian lingkungan dan Bumi ini, yang dimulai dari hal yang bisa kita temui sehari-hari dahulu. Nah untuk eco enzyme ini kan sebenarnya bahan bakunya ada di lingkungan kita, mudah didapat dan mudah untuk diolah. tinggal kita tahu bagaimana caranya, jadi muncullah ide ini,” kata Ester Maria selaku Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan Tzu Chi Hospital.
Sebanyak 105 orang perawat Tzu Chi Hospital mendengarkan dan mencatat manfaat serta cara membuat eco enzyme.
Surijaty Aminan mempraktikkan cara membuat eco enzyme selangkah demi selangkah agar para hadirin bisa mengerti dan mempraktikkan ulang di rumah masing-masing.
Sosialisasi eco enzyme ini dibawakan oleh Surijaty Aminan, relawan Tzu Chi dan juga Ketua Umum Indonesian Chinese Women Association. Selain sharing dan memberi informasi tentang banyaknya manfaat yang dimiliki eco enzyme, Surijati juga mempraktikkan langsung cara membuat eco enzyme dengan perbandingan 1:3:10, yaitu 1 bagian gula/molase, 3 bagian bahan organik, dan 10 bagian air.
“Sejuta manfaatnya yang bisa dihasilkan dari eco enzyme setelah 100 hari kemudian. Bisa buat mandi, bisa buat luka, bisa buat ngepel, pembersih dapur, cuci baju. Kalau buat diri kita bisa buat sikat gigi, bisa buat muka, bisa buat shampoo, dan masih banyak lagi,” jelas Surijaty.
Kegiatan ini direspon baik oleh perawat-perawat Tzu Chi Hospital dan sangat antusias. Di tengah-tengah kesibukan merawat pasien, mereka menyempatkan diri untuk hadir dalam kegiatan ini. Sebanyak 105 orang partisipan yang hadir dalam acara sharing ini. Banyak dari mereka yang baru tahu kalau sampah organik yang sering dibuang itu ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu juga bisa menjaga lingkungan di sekitar mereka.
Setelah mengetahui cara membuat eco enzyme yang ternyata bahannya mudah didapat, Ester Maria (kanan) dan perawat lainnya langsung di hari yang sama mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat eco enzyme, kemudian dipraktikkan bersama-sama.
Para peserta juga mendapatkan sampel cairan eco enzyme.
“Seneng karena saya pingin tahu manfaatnya, dan jadi tahu ternyata sampah yang kita kira gak bisa dipakai lagi ternyata bisa digunakan dan manfaatnya banyak banget, makanya antusias banget. Enggak rugi sih bisa ikut kegiatan ini, malah membuat saya semakin penasaran untuk mencoba bikin sendiri di rumah,” ungkap Maria Hermi, perawat Ruang NICU Tzu Chi Hospital.
Antusias yang sangat besar ini membuat Surijati yakin apa yang dia sharing tentang eco enzyme di depan perawat-perawat Tzu Chi Hospital bisa mereka terapkan dan menjadi kebiasaan baik di lingkungan mereka.
"Melihat antusiasnya saya sangat bahagia sekali, karena mereka sangat peduli dengan lingkungan. Begitu dijelasin mengenai manfaat eco enzyme mereka langsung mengerti. Harapan saya mereka bukan saja jadi pendengar atau pemakai eco enzyme tapi mereka bisa juga jadi pembuat eco enzyme," harap Surijaty.
Maria Hermi ingin mempraktikkan pembuatan eco enzyme di rumahnya dan menyebar luaskan manfaat eco enzyme ini ke keluarga, tetangga, teman, dan rekan perawat lainnya yang berhalangan hadir di kegiatan tersebut.
Foto bersama di akhir acara.
Ester Maria menyebut, kegiatan ini bertujuan agar peserta dapat lebih peduli lagi dengan lingkungan sekitar terutama masalah sampah. Dengan eco enzyme, sampah organik bisa dibuat menjadi cairan enzyme yang memiliki banyak manfaat. Selain ke pelestarian lingkungan, dampaknya yang lebih dekat adalah ke kualitas pelayanan di lingkungan kerja. Bisa meneladani kemudian mewujudkannya menjadi tindakan nyata, membuat tekad itu menjadi lebih nyata. Sehingga dalam aktivitasnya memberi pelayanan ke pasien dapat dilakukan dengan sepenuh hati.
“Kan orang yang sudah mau melakukan pelestarian lingkungan ini pasti dia sudah punya tekad yang sepenuh hati, seperti membuat eco enzyme tadi, caranya harus benar perbandingannya, tidak boleh salah. Kalo salah pasti tidak berhasil. Ini kalau tidak sepenuh hati akan sulit untuk jadi. Nah harapannya dengan ini mereka juga mulai memiliki sikap dengan sepenuh hati nanti ketika memberikan pelayanan kepada pasien,” tukas Ester Maria.
Editor: Erli Tan