Depo Pelestarian Lingkungan Titikuning mendapat kunjungan dari guru sekolah Putra Bangsa Berbudi dan mahasiswaUSU untuk belajar pelestarian Lingkungan.
Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Titikuning Medan, Minggu siang itu 25 September 2022 mendapat kunjungan dari para guru Sekolah Putra Bangsa Berbudi (PBB). Mereka berkunjung untuk belajar dan memahami konsep pelestarian lingkungan Tzu Chi.
Para guru dibagi menjadi empat kelompok dan tiap kelompok didampingi oleh relawan yang aktif di misi pelestarian lingkungan. Mereka diarahkan untuk memilah barang daur ulang yang mana telah disiapkan empat titik pilah di antaranya titik pilah buku bekas, kertas bekas, botol plastik bekas, dan botol kaca bekas atau lainnya. Para guru diajarkan cara memilah barang bekas sesuai dengan titik pilahnya.
Tony Honkley menjelaskan tentang pelestarian lingkungan dan konsep 5 R Tzu Chi.
Setelah beberapa menit memilah, tiap kelompok akan dipindahkan ke titik lainnya jadi para guru dapat mengetahui dan memahami bagaimana memilah barang bekas yang ada. Pemilahan dilakukan selama satu jam, kemudian para guru diarahkan ke lantai tiga untuk melanjutkan acara pengenalan apa itu Tzu Chi dan sosialisasi pelestarian lingkungan. Empat mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara (USU) juga ikut mendengar sosialisasi pelestarian lingkungan ini.
Para peserta sangat antusias mendengarkan materi terkait pelestarian lingkungan yang dibawakan oleh Tony Honkley, tentang konsep 5 R Tzu Chi (Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Recycle).
“Barang-barang yang kita gunakan sekarang ini, tidak akan mudah terurai dalam beberapa waktu. Jika dibiarkan dan dibuang sembarangan dapat menimbulkan pencemaran serta bahaya bencana untuk kita semua, merusak bumi kita. Dengan adanya sosialisasi ini mari kita bersama-sama melestarikan lingkungan dan menjaga bumi kita,” tutur Tony Honkley.
Chairul Kuslan, Kepala Yayasan Sekolah Putra Bangsa Berbudi (PBB) yang sudah menjadi relawan Tzu Chi.
Acara pun dilanjutkan dengan sesi sharing dan pertanyaan dari para peserta. Pada sesi ini diawali dengan sharing dari Chairul Kuslan sebagai Kepala Yayasan Sekolah Putra Bangsa Berbudi (PBB) dan sudah menjadi relawan Tzu Chi.
“Sekolah kita adalah sekolah binaan. Di sekolah kita telah menerapkan sistem pemilahan sampah Tzu Chi dan juga mengimbau para guru dan murid untuk bisa lebih menghemat sumber daya alam yang ada. Seperti menghemat pemakaian air, listrik, mengurangi pemakaian tissue serta menjaga kebersihan di lingkungan sekolah,” jelas Chairul Kuslan.
Sabrina Oktaviana merasakan kunjungan hari itu sangat mengedukasinya dan akan mengajarkannya kepada murid-muridnya.
Salah satu guru, Sabriana Oktaviana setelah mengikuti sosialisasi ini pun mendapatkan manfaatnya.
“Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan, guru sekolah, dan relawan Tzu Chi yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pelestarian lingkungan. Ilmu kita semakin bertambah. Ternyata barang daur ulang itu banyak jenisnya. Banyak bagian yang perlu dibuat dalam menangani sampah. Kami akan mengajar murid kami dalam memilah barang sampah,” kata Sabriana Oktavia.
Wendy Lianto mahasiswa USU mengapresiasi sosialisasi pelestarian lingkungan ini.
Wendy Lianto, perwakilan mahasiswa USU juga memberikan pendapat positifnya tentang acara sosialisasi pelestarian lingkungan ini. Baginya, banyak hal yang ia dapatkan di sini.
“Ternyata sampah itu tidak bisa terurai dalam beberapa waktu, bahkan sampai generasi berikutnya. Sampah bisa menjadi emas dan cinta kasih. Action gerakan bersama dan meluas bukan hanya sampai ke kita, tetapi harus diteruskan kepada generasi penerus. Karena kegiatan pelestarian lingkungan ini bisa dilakukan dari usia muda bahkan usia tua,” tutur Wendy.
Para peserta dan relawan Tzu Chi berfoto bersama.
Usai sesi sharing, para guru sekolah, para mahasiswa USU, dan juga para relawan tidak lupa berfoto bersama. Di akhir di acara para panitia memberikan suvenir dan Buletin Tzu Chi kepada para peserta yang hadir. Mengutip sebuah Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Gunakanlah kedua tangan yang bertepuk tangan untuk melakukan pelestarian lingkungan.”
Editor: Khusnul Khotimah