Sosialisasi Relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat

Jurnalis : Budi Suparwongso (He Qi Pusat), Fotografer : Budi Suparwongso (He Qi Pusat)
Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat kembali mengadakan acara sosialisasi Tzu Chi secara tatap muka (offline). Kegiatan ini diikuti oleh 52 peserta dari Jakarta, Bekasi, dan Bogor.

Pada Sabtu, 4 Juni 2022 menjadi hari yang spesial karena untuk pertama kalinya setelah dua tahun masa pandemi Covid-19, Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat kembali mengadakan acara sosialisasi relawan Tzu Chi secara tatap muka dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Kegiatan ini diikuti 52 peserta dari Jakarta, Bekasi, dan Bogor.

Wakil Koordinator Bidang Pelatihan Relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat, Heni Habba mengungkapkan sebelum pandemi, sosialisasi relawan Tzu Chi diadakan setiap satu bulan sekali. "Sosialisasi online pertama kali saat pandemi Covid-19 melalui Zoom diadakan di bulan Februari 2021. Awalnya belum diadakan secara rutin, namun setelah beberapa kali, lalu dibuat jadwal rutin setiap hari Sabtu minggu pertama disetiap bulannya,” ungkap Heni.

Kegiatan sosialisasi relawan Tzu Chi offline pertama kali di komunitas He Qi Pusat ini pun mendapat respon yang positif dari pesertanya. Salah satunya Marcella yang datang sendirian dari Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan moda transprotasi kereta. Marcella mencari informasi mengenai Tzu Chi secara mandiri tanpa ada yang memberitahunya. Semua teman-temannya belum ada yang menjadi relawan Tzu Chi.

Relawan Tzu Chi menyapa para peserta sosialisasi relawan yang dilaksanakan secara offline untuk pertama kalinya di komunitas He Qi Pusat sejak masa pandemi Covid-19.

Marcella (kanan), peserta yang berasal dari Bogor, Jawa Barat menyimak rangkaian penjelasan dalam acara sosialisasi relawan Tzu Chi.

"Semua saluran televisi saya tonton lalu menemukan saluran DAAI TV. Programnya semuanya bagus, misalnya drama Hadapi Dengan Senyum, Mengurungkan Niat, dan drama Hingga Ujung Waktu," cerita Marcella.

Sewaktu mencari informasi mengenai Tzu Chi melalui website www.tzuchi.or.id dia melihat ada acara sosialisasi relawan Tzu Chi sehingga dia ikut mendaftarkan diri untuk acara tersebut. "Saya ingin tahu kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di lokasi tempat tinggal masing-masing," ungkap Marcella ketika ditanya alasan ikut sosialisasi.

Peserta lainnya yang ikut kegiatan ini adalah Murni yang baru 5 tahun tinggal di Jakarta. Murni sendiri punya keinginan menjadi donatur sebuah yayasan sosial. Ketika sedang membuka website Tzu Chi Indonesia, ia melihat ada pengumuman untuk menjadi relawan Tzu Chi. Setelah itu, Murni mendapat informasi mengenai sosialisasi relawan Tzu Chi di ITC Mangga Dua dan datang langsung ke lokasi sendirian.

Biasanya Murni menggunakan waktu luangnya di hari Sabtu dan Minggu untuk beristirahat dan melakukan kegiatan pribadi. Namun sekarang ia ingin menjadi bagian dari sebuah komunitas yang bermanfaat bagi sesama.

"Tahun pertama dan kedua bekerja masih adaptasi jadi tidak banyak waktu luang untuk ikut komunitas. Tahun ketiga dan keempat terjadi pandemi Covid-19, makanya sekarang tahun kelima baru bisa mulai ikut kegiatan komunitas sedikit demi sedikit," cerita Murni tentang pengalamannya selama tinggal di Jakarta.

Cahya Sayuta, suami Suryati (baju putih) sedang mengambil foto materi sosialisasi relawan Tzu Chi dengan menggunakan smartphone.

Murni yang sebelumnya pernah menjadi guru selama tiga tahun, sekarang bekerja di bagian pendidikan melakukan tanggung jawab dalam membangun program terapan untuk sekolah-sekolah di daerah dan di pedalaman. Niat hatinya masuk menjadi relawan Tzu Chi adalah karena cocok dengan keinginannya untuk berada di jalur bantuan sosial dan pendidikan.

"Ada rasa rindu untuk terjun ke lapangan. Dengan ikut Tzu Chi akan menjadi cocok dengan jalan hidup sosial yang selama ini saya terapkan," ungkap Murni.

Dalam kegiatan sosialisasi ini, ada sepasang suami istri dari Bekasi, Jawa Barat yang selalu kompak bila ada kegiatan Tzu Chi. Sang suami, Cahya Sayuta selalu setia mengantar sang istri, Suryati berkegiatan Tzu Chi. Mereka berdua akhirnya ikut masuk menjadi relawan kembang.

"Kita ingin merasakan sosialisasi secara tatap muka langsung. Beda rasanya kalau bisa bertemu langsung," kata Cahya yang pernah ikut mengikuti sosialisasi online. Mereka berdua sering menonton DAAI TV dan membaca berita mengenai Tzu Chi. Pasangan suami istri ini pun tertarik menjadi relawan dan ikut terlibat di dalam kegiatan Tzu Chi.

"Saya tadinya cuma mengantar istri saya Suryati untuk ikut kegiatan Tzu Chi, tapi lama kelamaan saya lihat asik juga dan seru kalau menjadi relawan Tzu Chi. Makanya saya mau ikut sosialisasi mengikuti jejak istri saya," jelas Cahya.

Seluruh tim sosialisasi relawan Tzu Chi yang bertugas dan 52 orang peserta sosialisasi relawan offline berfoto bersama setelah kegiatan berakhir.

Tidak cuma warga negara Indonesia saja yang mau ikut menjadi relawan Tzu Chi di Jakarta. Dalam sosialisasi kali ini, ada dua warga negara Tionghoa yang sudah beberapa tahun tinggal di Jakarta dan baru pertama kali ikut menjadi peserta sosialisasi, yaitu Chen XiaoXia dan Liu SiSi.

Mereka berdua diajak datang ke sosialisasi oleh Li YaQing seorang relawan Tzu Chi asal Tiongkok yang sudah lumayan fasih berbahasa Indonesia karena sudah lama menetap di Jakarta dan ikut menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2014.

Chen XiaoXia dan Liu SiSi sudah menjadi donatur Tzu Chi selama beberapa tahun. Mereka juga mengisi celengan bambu di rumah masing-masing. Setiap kali Li YaQing ikut kegiatan Tzu Chi, ia mengirimkan foto-foto sehingga kedua temannya tersebut menjadi lebih tertarik.

"Tahun 2019, Liu SiSi sempat pulang ke Tiongkok namun tertahan di sana tidak bisa kembali ke Jakarta selama dua tahun. Sekarang dia sudah ada di Jakarta, sambil menunggu keadaan usaha membaik Liu SiSi ingin ikut sosialisasi dan kegiatan Tzu Chi karena suka dan terharu kepada sumbangsih relawan Tzu Chi kepada masyarakat," jelas Li YaQing menceritakan Liu SiSi.

Chen XiaoXia juga bercerita tetang alasannya ikut dalam sosialisasi relawan Tzu Chi. "Saya suka dengan suasana di Tzu Chi di mana relawan semua melakukan perbuatan welas asih. Pertama kali tahu mengenai Tzu Chi adalah dari Li YaQing. Hari ini saya suka dengan cara menjelaskan di dalam sosialisasi yang secara bertahap jadinya lebih mudah dimengerti. Kalau ada waktu saya mau coba ikut banyak kegiatan Tzu Chi pelan-pelan," ungkapnya.

Dalam kesempatan ini Chen XiaoXia juga mengusulkan supaya ada teks Mandarin juga dalam penyampaian materinya. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada peserta yang ikut sosialisasi yang kurang memahami bahasa Indonesia.  "Apabila memungkinkan, sewaktu ada calon relawan dari Tiongkok, tolong diberikan teks bahasa Mandarin pada materi sosialisasi. Sama seperti kalau ada siaran Ceramah Master Cheng Yen yang ada teks bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Kalau tidak ada teks Mandarin bisa bosan karena tidak mengerti lalu mungkin jadi mengantuk," usulan dari Chen XiaoXia.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Semua Orang Adalah Keluarga

Semua Orang Adalah Keluarga

21 April 2015

Pengetahuan sebagai bekal bagi relawan untuk mengembangkan misi Amal di Karimun. Yang terpenting dalam misi amal ini adalah kita harus bisa menganggap Gan En Hu seperti keluarga sendiri, sehingga kita bisa ikut merasakan masalah yang dialami dan membantu memecahkan masalah itu sama seperti keluarga kita sendiri. 

Kuntum Teratai Baru

Kuntum Teratai Baru

25 September 2018

Sebanyak 21 relawan baru Tzu Chi di Tangerang mengikuti sosialisasi relawan baru. Mereka sangat antusias karena bisa mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi, seperti misi-misi Tzu Chi, budaya humanis Tzu Chi, juga tentang Master Cheng Yen.

 

Cinta Kasih yang Terus Mengalir dan Menyebar di Tanah Rencong

Cinta Kasih yang Terus Mengalir dan Menyebar di Tanah Rencong

04 April 2024

Sejak 27 hingga 31 Maret 2024, relawan Tzu Chi pembina daerah Aceh yaitu Shu Tjeng mengadakan sosialisasi di berbagai kabupaten di Provinsi Aceh.

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -