Sosialisasi TIMA Indonesia ini digelar di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara, Minggu 28 Juli 2024. Peserta terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, radiografer, apoteker, dan tenaga medis lainnya.
Setelah pandemi Covid-19 berlalu, Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia kembali giat melaksanakan bakti sosial pengobatan bagi masyarakat kurang mampu di berbagai wilayah Indonesia. Dengan semakin banyaknya bakti sosial pengobatan, TIMA Indonesia pun kembali mengadakan Sosialisasi TIMA untuk mengajak para tenaga medis bergabung sehingga menambah barisan relawan medis yang bisa membantu bakti sosial TIMA Indonesia.
Sosialisasi TIMA kali ini dilaksanakan secara hybrid pada Minggu, 28 Juli 2024 di Ruang Xi She Ting, Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 122 peserta mengikuti acara ini secara offline di Jakarta. Sementara 32 peserta di Aula Jing Si Batam, 4 peserta di Kantor Tzu Chi di Tanjung Pinang, 5 peserta di Aula Jing Si Bandung, 47 orang di Kantor Tzu Chi Medan, 10 orang di Kantor Tzu Chi Palembang, 1 orang di Kantor Tzu Chi Singkawang dan 11 orang di Kantor Tzu Chi Pekanbaru. Para peserta ini terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, radiografer, apoteker, dan tenaga medis lainnya.
Drg. Fransiscus Xaverius Ganny mulai mengikuti kegiatan bakti sosial Tzu Chi sejak tahun 1999. Dan pada 10 November 2002, ia resmi bergabung menjadi anggota TIMA Indonesia. Dalam kesempatan ini ia berbagi pengalaman selama mengikuti kegiatan TIMA.
Semakin banyak para tenaga medis yang bergabung maka akan menambah barisan relawan medis yang bisa membantu bakti sosial TIMA Indonesia.
Pada Oktober 2004, drg. F.X. Ganny ditunjuk menjadi koordinator TTD (Tim Tanggap Darurat). Baru dua bulan dilantik, bencana besar tsunami terjadi di Aceh. Bencana ini merupakan hal terberat yang dialaminya. Ia turun langsung ke lapangan yang dalam keadaan kacau, korban berjatuhan di mana-mana. Tapi dengan dukungan tim medis dan relawan, ia terus bersemangat menyelesaikan tugas.
“Walaupun berat tetapi semuanya bisa dilalui jika dilakukan bersama-sama,” ujarnya.
Saat ini, drg. Ganny ditunjuk untuk menjadi koordinator dokter dan perawat bedah. Jadi ia bertugas untuk mengajak para dokter dan perawat bedah berpartisipasi dalam kegiatan bakti sosial operasi hernia, benjolan dan bibir sumbing di berbagai kota di Indonesia.
Mengajak Lebih Banyak Tim Medis Berjuang Bersama-sama
Salah satu peserta Sosialisasi TIMA yaitu dr. Deny Handayanto, Sp.B., FINACS., FICS, yang merupakan dokter spesialis bedah yang sudah sering mengikuti bakti sosial pengobatan TIMA terutama operasi hernia. Sehari-hari ia menjabat sebagai Kepala SMF Bedah dan Kepala Kamar Operasi di RS Marzuki Mahdi Bogor (Kemenkes), RS Aysha Bogor dan RS Asysyfa Bogor. Ia mengungkapkan rasa syukurnya bergabung dengan TIMA. Melalui baksos ia merasakan banyak perubahan terutama dalam hal kedisiplinan dan merasakan sentuhan kebersamaan dan perhatian dari para relawan.
Dokter Deny merupakan dokter spesialis bedah yang sering mengikuti bakti sosial pengobatan TIMA. Ia sangat bersyukur bergabung dengan TIMA.
Dr. Deny menyampaikan bahwa dalam TIMA tidak ada perbedaan status. Semuanya bekerja sama menyukseskan baksos dengan kerjasama tim yang bagus dari mulai persiapan sampai selesai, ruangan yang dipinjam dikembalikan seperti semula, bahkan lebih bersih dari sebelumnya.
“Saya merasa bangga bisa ikut kegiatan TIMA karena kita bermanfaat bagi orang lain. Saya sebagai dokter bedah di RS, bekerja ada fee-nya, tapi di TIMA kita dengan tulus dan ikhlas membantu pasien yang membutuhkan. Kadang ada kalanya saat saya mengajak sesama sejawat mengikuti baksos, ada yang menanyakan apakah ada fee-nya? Tapi saya mengingatkan kembali bahwa dengan mengikuti baksos TIMA kita merasakan hasilnya kembali lagi kepada kita berupa kabahagiaan membantu sesama, dan diberikan kemudahan rezeki.”
Pada sosialisasi ini, Dokter Deny juga mengajak rekan-rekan sejawatnya dan perawat sebanyak 14 orang, bersama 1 orang relawan kesehatan untuk mengikuti Sosialisasi TIMA. Ia berjanji akan terus bersama TIMA untuk menolong sesama yang membutuhkan. Ia juga berharap sifat-sifat kerelawanan ini dapat diterapkan juga di RS tempat ia bekerja.
Dokter Deny mengajak 14 rekan sejawatnya dan perawat serta 1 orang relawan kesehatan mengikuti Sosialisasi TIMA.
Sebagai penutup acara, drg. Laksmi Widyastuti terus mengajak anggota TIMA dan calon anggota TIMA untuk berjuang bersama-sama melaksanakan misi Kesehatan Tzu Chi melalui bakti sosial pengobatan yang secara rutin diselenggarakan oleh TIMA Indonesia.
Mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen “Hidup adalah sebuah perjalanan; Ketika lahir kita naik kereta api ekspres menuju ke tujuan yang tak terhindarkan, yaitu kematian. Pemandangan terus berubah, dan satu-satunya hal bermakna adalah melakukan yang terbaik dan penuh kasih sayang kepada sesama penumpang.” Maka hendaklah kita selalu memanfaatkan waktu kita di kehidupan ini untuk terus berbuat kebajikan dan membantu sesama yang membutuhkan dengan tulus dan penuh kasih sayang.
Editor: Khusnul Khotimah