Stasiun TV yang Humanis

Jurnalis : Felicite Angela Maria / 高俪菁 (He Qi Timur), Hadi Pranoto, Fotografer : James Yip Hong Seng / 叶劻生 (He Qi Barat), Tan Surianto (He Qi Utara), Dok. DAAI TV


Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia menjelaskan tentang Arah Kapal DAAI TV Indonesia di tahun 2016 dalam Kamp DAAI yang diadakan dari tanggal 8 – 10 April 2016.
Kamp budaya humanis, pelatihan untuk staf dan karyawan DAAI TV Indonesia diadakan pada tanggal 8 – 10 April 2016, bertempat di ruang Fu Hui Ting, Aula Jing Si Lt. 2, PIK, Jakarta Utara, Kegiatan ini diikuti oleh 181 orang karyawan DAAI TV, mulai dari produser, reporter, kameramen, staf, hingga driver (pengemudi). Tema kamp kali ini sendiri adalah “Melihat Lebih Benar, Merenung Lebih Dalam”.

Di hari pertama, Jumat, 8 April kegiatan lebih banyak berupa persiapan acara dan juga perkenalan di antara sesama peserta. Barulah pada keesokan harinya, Sabtu, 9 April 2016, pada pukul 08.30 WIB acara dibuka dengan mendengarkan sharing dari Wie Sioeng, relawan sekaligus Ketua Misi Amal He Xin Tzu Chi Indonesia, dengan tema “Menjadi Mata dan Telinga”. Di sini Wie Sioeng mengawali sharingnya dengan menceritakan lewat tayangan gambar sejarah awal dan latar belakang terbentuknya misi amal sebagai misi pertama Tzu Chi.

Tzu Chi didirikan oleh Master Cheng Yen sejak 50 tahun yang lalu. Tzu Chi bisa berdiri selama 5 dasawarsa sampai hari ini karena keteladanan dari Master Cheng Yen. Bagaimana Master Cheng Yen memulai Tzu Chi dalam kesederhanaan, dalam kesulitan, dan dalam satu tekad yang besar. Dalam kegiatannya Tzu Chi memberikan bantuan kepada yang kurang mampu, dan membimbing yang kurang mampu menjadi orang yang mampu membantu sesuai dengan kemampuannya. “Kita juga mesti melihat bagaimana saat menjalankan misi-misi di Tzu Chi, kita dapat memberikan bantuan dengan tulus. Kita terjun langsung sehingga kita akan menerima berkah, memberi berkah, menyadari berkah, dan menciptakan berkah kembali,” kata Wie Sioeng, “kita mengajak teman-teman di DAAI TV untuk turun langsung (menjadi relawan) dengan hati yang tulus. Karena tanpa disadari kontribusi rekan-rekan di DAAI TV sangat banyak sekali di masyarakat. Contohnya pasien-pasien yang datang ke Tzu Chi kebanyakan mereka mengenal Tzu Chi dan tahu Tzu Chi dari DAAI TV.” 

Wie Sioeng, relawan yang juga Ketua Misi Amal He Xin Tzu Chi Indonesia membawakan materi bertema “Menjadi Mata dan Telinga”. Wie Sioeng mengawali sharingnya dengan menceritakan lewat tayangan gambar sejarah awal dan latar belakang terbentuknya misi amal sebagai misi pertama Tzu Chi.

“Kontribusi rekan-rekan di DAAI TV sangat banyak sekali di masyarakat. Contohnya pasien-pasien yang datang ke Tzu Chi kebanyakan mereka mengenal Tzu Chi dan tahu Tzu Chi dari DAAI TV,” kata Wie Soeng kepada 188 karyawan DAAI TV Indonesia.

Menurut Wie Sioeng, ”DAAI TV itu buat kita sejajar, karena banyak penerima bantuan kita yang tahu tentang Tzu Chi sebagai satu yayasan yang bisa membantu dari televisi ini. Tujuan kita di sini adalah supaya teman-teman juga memahami, mendalami kalau mereka bekerja lebih tulus, bekerja dengan hati, dan menganggap diri mereka lebih dari sekadar karyawan, otomatis yang dihasilkan pasti akan luar biasa, pasti akan sangat menyentuh.” Dengan begitu maka siaran-siaran yang ditampilkan itu akan benar-benar mencerminkan kebenaran, kebajikan dan keindahan sesuai moto dari DAAI TV itu sendiri. “Teman-teman juga sebetulnya relawan yang berbagi dalam satu tindakan yang berbeda, melalui media televisi,” tegas Wie Sioeng.

Bersyukur, Menghormati, dan Cinta Kasih

Di misi amal ada satu budaya yaitu bersyukur (Gan En) karena kita melihat dan merasakan penderitaan para penerima bantuan, memberi kesempatan kepada kita untuk menanam kebajikan, sehingga kita bisa bersyukur atas berkah yang kita miliki dan belajar membangkitkan jiwa kebijaksanaan kita.

Lalu, menghormati (Zun Zhong), menghargai jiwa, menerima dan menghormati para pemohon atau penerima bantuan tanpa memandang agama, suku, bangsa, ras, maupun golongan. Dan bagian yang terpenting adalah menghormati antar sesama relawan di dalam organisasi. Hal ini sangat penting, mengingat terkadang saat penanganan satu peristiwa atau satu masalah dalam berbagai kegiatan khususnya di misi amal, kita sudah kenal di sini kita saudara, tapi dalam menangani satu kasus sering terjadi konflik. Jadi yang terpenting kita menangani inti permasalahannya. Antar sesama relawan pun juga perlu saling menghargai. Bagaimana memberi kesempatan juga kepada sesama relawan, khususnya relawan baru untuk bisa lebih banyak bersumbangsih.

 Komisaris DAAI TV Indonesia, Mansjur Tandiono membacakan isi surat dari para karyawan DAAI TV Indonesia yang bertekad untuk bekerja lebih baik dan mendalami misi budaya humanis Tzu Chi.

Satria Adi Surendra (tiga dari kiri), Koordinator Acara Kamp DAAI TV 2016 mengatakan bahwa kamp kali ini acaranya dibuat lebih menarik, namun sesuai dengan filosofi misi budaya humanis Tzu Chi.

Kemudian, mencintai (Ai), tanpa mementingkan diri sendiri sehingga sehingga para penerima bantuan dapat merasakan ketulusan kita. Berempati, saat keluar, mengeksplorasi, menyalurkan cinta kasih misi-misi Tzu Chi, tetap perlu memiliki rasa empati, merasakan penderitaan orang lain bagaikan penderitaan kita sendiri. Menempatkan diri sendiri di posisi mereka. Bijaksana, setelah mengembangkan welas asih masih harus dengan bijaksana menganalisa bagaimana cara memberi kebahagiaan kepada orang sesuai dengan kebutuhan, bukan karena keinginan kita yang punya hati besar, punya welas asih luas, punya cinta kasih yang sangat besar sehingga kadang-kadang lupa mengukur kemampuan hidup para penerima bantuan (gan en hu).

Wie Sioeng juga mengingatkan bahwa kita bisa merasakan rasa bersyukur setelah melihat penderitaan orang lain. Ini menggambarkan bahwa sebenarnya kita ini sudah berkecukupan (lahir dan batin). Kedua, empati pada saat kita survei, otomatis kita harus bawa diri kita bukan sebagai diri kita, kita harus merasakan seperti apa diri mereka (gan en hu), kita rasakan kehidupan mereka, kita sedikit belajar tentang penderitaan mereka, di situ, kita akan tahu bagaimana cara mencari solusi untuk mengurai masalah mereka.

Kalau di dalam diri insan-insan DAAI TV ini ada rasa syukur, ada rasa empati, ada rasa hormat, ada rasa mencintai, dan ada kebijaksanaan maka program-program yang dihasilkan pasti akan berbeda. “Saya rasa siaran yang didapat itu akan benar, baik dan indah. Dari penyampaian ini, masyarakat yang menerima juga akan tenang dan nyaman. Televisi bisa menjadi media yang baik juga bisa menjadi media yang buruk, tergantung arahnya mau kemana,” terang Wie Sioeng.

Dalam kesempatan ini, Wie Sioeng berharap rekan-rekan dari DAAI TV Indonesia juga bisa turun langsung, “Selama ini mereka turun membawa bendera sebagai reporter, atau sebagai cameraman, tapi satu saat mereka turun sebagai insan Tzu Chi. Insan yang benar-benar Tzu Chi. Bagaimana mereka berinteraksi, berempati, dan berinteraksi dengan para penerima bantuan tanpa bayang-bayang ini satu pekerjaan, melainkan ini satu tugas mulia kemanusiaan.”

Menjadi Stasiun TV yang Humanis

Menjernihkan hati manusia menjadi tujuan dari adanya DAAI TV. Hal ini disampaikan oleh Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia saat memberikan materi tentang Arah Kapal DAAI TV 2016. “Arah kapalnya sama, kita ingin menjadi stasiun TV yang humanis,” katanya, “yang berbeda adalah kita punya tantangan baru.” Jika sebelumnya pemirsa memiliki waktu menonton televisi cukup banyak, kini kebiasaan itu mulai bergeser di era internet. Banyak orang yang melihat tayangan atau cuplikan-cuplikan video yang menginspirasi hanya dalam durasi yang singkat: 1 hingga 3 menit. “Tantangannya adalah kita bisa menginspirasi pemirsa melalui tayangan-tayangan yang pendek, namun berkesan di hati pemirsa,” ujar Hong Tjhin.

Satria Adi Surendra, Koordinator Acara Kamp DAAI TV 2016 mengatakan bahwa tujuan diadakannya kamp ini adalah dalam upaya memberikan pemahaman kepada keluarga besar DAAI TV Indonesia tentang pentingnya Melihat lebih benar dan merenung lebih dalam.  “Dengan begitu berita bisa dilihat dari mana saja. Ini menjadi modal kita untuk melihat lebih benar dan merenung lebih dalam dalam. Tujuan akhirnya adalah mengubah pribadi kita yang belum ‘melakukan menjadi ikut melakukan, dan yang sudah melakukan menjadi semakin bertambah,” kata Kepala Departemen AV-Art DAAI TV Indonesia ini. 


Artikel Terkait

Stasiun TV yang Humanis

Stasiun TV yang Humanis

14 April 2016
Kamp Budaya Humanis, pelatihan untuk staf dan karyawan DAAI TV Indonesia diadakan pada tanggal 8 – 10 April 2016, bertempat di ruang Fu Hui Ting, Aula Jing Si Lt. 2, PIK, Jakarta Utara, Kegiatan ini diikuti oleh 181 orang karyawan DAAI TV Indonesia. Tema kamp kali ini sendiri adalah “Melihat Lebih Benar, Merenung Lebih Dalam”.
Syukur, Penghargaan, dan Cinta Kasih dalam Iklan

Syukur, Penghargaan, dan Cinta Kasih dalam Iklan

03 Maret 2015 Kompetisi ini merupakan kali keempat diadakan setelah sukses dilakukan pada tahun 2007, 2008, dan 2011 lalu. Koordinator acara ini, Ruthsya Stevania menjelaskan bahwa kompetisi ini dilakukan untuk menjaring para anak muda untuk menuangkan kreativitasnya dalam karya iklan layanan masyarakat dengan tema Gratitude, Respect, and Love.
Launching Drama Kehidupan

Launching Drama Kehidupan

06 Mei 2014 Memasuki usia yang ketujuh, DAAI TV Indonesia meneruskan konsistensinya sebagai media penyebar cinta kasih universal dengan memproduksi berbagai program humanis yang memiliki nilai Kebenaran, Kebajikan, dan keindahan.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -