Studi Banding ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy LiantoDyah Widayati Ruyoto (tengah), Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkarang mengajak para guru Ehipassiko untuk melihat kantin sekolah yang tidak menggunakan plastik kemasan guna meminimalkan sampah plastik di lingkungan sekolah.
Pada 22 Februari 2016, Ehipassiko School Tangerang melakukan studi banding di bidang pendidikan ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Kegiatan yang dimulai pukul 7.30 WIB tersebut diikuti oleh 43 peserta yang terdiri dari guru TK, SD, SMP, dan SMA.
“Para guru (Ehipassiko School) datang untuk melihat apa yang telah diterapkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan juga pembelajaran tentang cara memilah sampah daur ulang yang dilakukan oleh para murid setiap hari selasa dan jumat,” ujar Dyah Widayati Ruyoto, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkarang, Jakarta Barat.
Dalam kesempatan itu, Dyah juga berbagi mengenai 4 empat sifat luhur: cinta kasih, welas asih, suka cita, dan keseimbangan batin yang diterapkan oleh para guru dalam mendidik para murid di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang telah dilakukan sejak sekolah beroperasi. “Di bilang susah ya susah, tapi karena sudah diterapkan sejak dulu ya akhirnya terbiasa. Awalnya menerapkan itu butuh perjuangan besar karena harus mulai dari hati guru yang mengajar. Makanya untuk memantapkan 4 sifat luhur tersebut dalam diri para guru, sejak tahun 2014, diadakan kegiatan bedah buku di kalangan para guru yang membahas mengenai pedoman guru humanis,” terang Dyah kepada para guru yang hadir.
Selain melakukan diskusi dan tanya jawab seputar proses belajar mengajar, para tamu juga diajak untuk berkeliling sekolah dan melihat secara langsung kegiatan serta suasana saat murid belajar di kelas. Tak hanya itu, saat mengunjungi kantin bebas sampah, mereka tampak takjub karena kantin tidak menggunakan plastik kemasan. Para murid yang ingin makan diimbau untuk membawa alat makan dan minum sendiri dengan tujuan untuk mengurangi sampah di sekolah.
Para guru juga diajak melihat depo pelestarian lingkungan Tzu Chi di Cengkareng.
Indi Y. Wirawan, Direktur Ehipassiko School merasa tertarik dengan semua budaya yang diajarkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan merasa sangatlah bagus kalau bisa diterapkan di Ehipassiko School.
Sebuah Inspirasi untuk Para Murid
Melihat bagaimana Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi cukup ketat dalam mendidik para murid, Indi Y. Wirawan, Direktur Ehipassiko School merasa tertarik dengan semua budaya yang diajarkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan merasa sangatlah bagus kalau bisa diterapkan di Ehipassiko School juga. “Jadi tentunya setelah pulang kami akan evaluasi hasil dari studi banding, kemudian akan melihat kira-kira apa yang bisa kita terapkan di sekolah. Contohnya kantin tanpa sampah, ini sebenarnya kami sudah memulai dari dua tahun yang lalu, tetapi kami mengalami hambatan. Dengan melihat di sekolah ini mampu, besar harapan saya bisa diaplikasikan ke Ehipassiko School juga,” terang Indi yang telah mengenal Yayasan Tzu Chi sejak tahun 2006 ini.
Di akhir acara, seluruh guru Ehipassiko School juga berkunjung ke Tzu Chi Center untuk melihat sejarah dan kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi yang berlandaskan cinta kasih universal. Antusiasme yang besar terlihat saat para tamu mengelilingi ruang Exibition Hall, di mana sejarah perjalanan Tzu Chi di Indonesia tertulis dengan jelas di setiap poster.
Di akhir acara, seluruh guru Ehipassiko School berkunjung ke Tzu Chi Center untuk melihat sejarah dan kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi yang berlandaskan cinta kasih universal.
“Di sini saya melihat pembelajaran yang tenang, damai, dan nyaman tetapi mengena ke dalam hati. Jadi banyak inspirasi yang bisa kami gunakan untuk sharing pada siswa ketika pulang nanti yaitu harus bisa berbagi kepada sesama,” terang Setiadi, Kepala Sekolah SMP Ehipassiko School.