Suara Kasih: Air Dharma Pertobatan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mempraktikkan  Air Dharma Pertobatan
 

Tzu Chi sudah mengadakan pelatihan sejak masa-masa sulit
Membabarkan Dharma melalui teknologi modern
Mempraktikkan air Dharma pertobatan
Melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan

Pada peringatan Ultah Tzu Chi ke-45 kemarin, para staf dari 4 misi Tzu Chi dan relawan dari 13 negara kembali ke Griya Jing Si. Ceramah saya disiarkan langsung melalui konferensi video ke-20 negara dan lebih dari 100 Kantor Tzu Chi. Kemarin, banyak negara yang mengadakan kebaktian Bhaisajyaguru dalam waktu bersamaan. Saya sungguh bersyukur karena adanya teknologi modern, saya dapat berkunjung ke banyak negara tanpa meninggalkan Hualien. Saya sering mengingatkan kalian bahwa setiap kali melangkah, saya meninggalkan “8 jejak kaki”. Dalam mengemban Delapan Jejak Dharma, kalian telah mengikuti saya dengan rapat. Pencapaian kita hari ini berkat kalian yang mengikuti jejak langkah saya dengan rapat serta membantu saya membimbing orang lain. Untuk itu, saya sungguh berterima kasih.

Kapan pun dan di mana pun insan Tzu Chi berada, kita dapat melihat kedisiplinan diri dan ketertiban mereka. Lihatlah, pencapaian Tzu Chi hari ini berawal dari sebersit niat. Empat puluh lima tahun lalu, Tzu Chi didirikan dengan penuh kesulitan. Tanggal 26 April lalu adalah ultah Tzu Chi yang ke-45. Sekarang kita memasuki tahun yang ke-46. Waktu sungguh berlalu dengan cepat. Setiap detik kita menyambut masa depan dan berpisah dengan masa lalu.

Jika dahulu kita belum menjalani kewajiban atau melakukan hal yang tidak patut dilakukan, maka kini kita harus bertobat. Kita harus memanfaatkan setiap detik yang ada serta menyambut detik berikutnya dengan hati penuh kesungguhan. Karena itu, saya sering berkata kepada kalian untuk menjaga pikiran sebaik mungkin. Setiap saat, pikiran kita harus teguh dalam menyambut detik berikutnya.

 

Setiap detik sangat penting bagi setiap orang. Saat pikiran menyimpang, maka kita akan berpandangan salah dan tiga rintangan akan timbul. Seperti yang saya katakan kemarin, tiga rintangan tersebut meliputi karma, noda batin, dan buah karma. Tiga Rintangan tersebut dapat timbul dari sebersit niat. Karena itu, kita harus senantiasa menjaga pikiran sebaik mungkin agar tidak menciptakan karma buruk yang akan merintangi pelatihan diri kita.

Bagaimana jika karma buruk telah tercipta? Ada cara jitu untuk melenyapkan tiga rintangan. Apakah cara jitu yang dimaksud? Membangkitkan rasa malu, mengakui kesalahan, dan bertobat. Kita harus memiliki rasa malu. Contohnya, saat melihat seseorang yang memiliki kemampuan lebih dari kita, kita bukannya memuji dan belajar darinya, malah tidak merasa malu dan menyombongkan diri. Orang yang demikian adalah orang yang tidak memiliki rasa malu. Jika pernah melakukan kesalahan, kita harus mengakuinya dan segera bertobat. Sekarang adalah saat yang tepat untuk bertobat dan segera sadar.

Siapa yang tidak pernah melakukan pelanggaran? Siapa yang tidak pernah keliru? Jika telah melakukan kesalahan, kita harus mengakuinya dan bertobat. Metoda Dharma pertobatan bagaikan air jernih. Hanya air yang dapat membersihkan kotoran. Noda dan kegelapan batin hanya dapat dibersihkan dengan air Dharma. Metode Dharma pertobatan bagaikan air jernih yang dapat membersihkan perbuatan buruk semua makhluk.

Kini kita harus mensosialisasikan pentingnya pertobatan dengan hati yang tulus agar setiap orang dapat menyerap Dharma dan mempraktikkannya melalui tindakan nyata. Hanya air Dharma yang dapat membersihkan noda batin dan hanya praktik nyata yang dapat menumbuhkan kebijaksanaan kita. Namun, jika hanya mendengar dan mempraktikkan Dharma tanpa menyimpannya dalam hati, maka kebijaksanaan kita akan ada celah.

Dharma sangat baik dan bermanfaat bagi kita, karena itu kita harus menyerapnya ke dalam hati dan mempraktikkannya. Namun, jika masih memiliki tabiat buruk dan mudah emosi, maka berarti Dharma belum menyerap ke dalam hati dan kebijaksanaan kita belum bertumbuh. Karena itu, kita harus bertobat dengan penuh ketulusan dan mengubah tabiat buruk. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan berkah dan kebijaksanaan. Bila tidak mengubah tabiat buruk, maka kita hanya mengembangkan berkah tanpa mengembangkan kebijaksanaan.

Selain itu, kita harus mempraktikkan tiga latihan tanpa celah, yakni sila tanpa celah, samadhi tanpa celah, dan kebijaksanaan tanpa celah. Kita harus menaati sila. Insan Tzu Chi harus menaati 10 sila. Saat berpegang teguh pada sila, berarti kita mempraktikkan sila tanpa celah. Kita harus mempraktikkan samadhi (keteguhan) dalam menentukan jalan hidup kita. Kita harus memiliki tekad yang teguh dalam menapaki Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang. Janganlah kita terpengaruh oleh kondisi luar, melainkan harus terus melangkah maju di Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang.

Inilah yang dimaksud dengan samadhi. Saat pikiran tidak terpengaruh oleh kondisi luar, maka kebijaksanaan kita akan berkembang. Dengan demikian, kita akan senantiasa penuh pengertian, berlapang dada, tahu berpuas diri, dan bersyukur serta tidak akan terpengaruh oleh kondisi di sekeliling kita. Jadi, dengan air Dharma pertobatan ini, segala kejahatan dan kekeruhan akan tersucikan. Kita harus mengakui kesalahan secara terbuka. Inilah yang disebut pemurnian, karena setelah mengakuinya, kita tak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Manusia terus melakukan kesalahan karena menutup-nutupi kekeliruan mereka. Ketika melakukan kesalahan, kita cenderung menutup-nutupinya. Hal ini bagaikan sebuah duri yang tertusuk ke dalam tangan kita. Meski tidak dikeluarkan, kita tidak akan merasa sakit bila tak disentuh. Namun, jika disentuh, kita akan merasa sakit. Jika seluruh tubuh penuh duri dan kita tidak mengeluarkannya, maka duri-duri tersebut akan ada selamanya. Jadi, setelah mengakui kesalahan, kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Jika bertobat, orang lain akan memaafkan kita dan kita tidak akan mengulangi kesalahan. Jadi, kita harus bertobat secara terbuka. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Menggalang hati di Jalan Bodhisatwa

Menggalang hati di Jalan Bodhisatwa

13 September 2022

Pada Minggu, 28 Agustus 2022, Tzu Chi Batam mengadakan kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih dan Pelantikan Relawan di Aula Jing Si Batam yang diikuti 145 relawan.

Banjir 2020: Seribu Makanan Hangat untuk Warga Ciledug, Tangerang

Banjir 2020: Seribu Makanan Hangat untuk Warga Ciledug, Tangerang

06 Januari 2020

Kesibukan tampak di rumah Eddyana, relawan Tzu Chi dari He Qi Tangerang sejak pukul 7.30 WIB. Hari ini, Senin 6 Januari 2020, rumahnya disulap menjadi dapur umum. Relawan Tzu Chi memasak 500 porsi makan siang dan 500 porsi makan malam bagi warga Perumahan Ciledug Indah 1 dan Ciledug Indah 2 yang kondisinya masih susah karena banjir beberapa hari lalu.

Becak dari Pelepah Palem

Becak dari Pelepah Palem

24 Maret 2016 Kelas Eco Craft merupakan salah satu kelas yang memberikan wadah bagi para peserta untuk berkreasi menggunakan barang yang tidak terpakai.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -