Suara Kasih : Ajaran Kebijaksanaan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Memahami Ajaran Kebajikan  
dan Prinsip Kehidupan
     

Menjalankan misi Tzu Chi dengan hati Buddha
Menjaga hati dengan baik dan melakukan kebajikan
Mendisiplinkan diri sendiri dan melenyapkan pikiran buruk
Menjernihkan hati dan pikiran agar dapat memahami prinsip hidup

Melihat semua orang dipenuhi sukacita dalam Dharma, saya merasa sangat tenang. Saya juga berharap setelah kembali ke negara masing-masing, kalian dapat menjadi Bodhisatwa dunia dan menjadi benih karena satu benih dapat tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga berasal dari satu benih.

Saya berharap setiap orang dapat menjadi benih Bodhisatwa. Selain menjadi benih, kalian juga harus menjadi petani yang menggarap ladang batin manusia. Inilah harapan saya.

Kepulangan kalian kali ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman akan ajaran Jing Si. Kalian harus senantiasa mengingat bahwa ajaran Jing Si adalah akar dari mazhab Tzu Chi. Seluruh insan Tzu Chi harus giat mewariskan ajaran Jing Si. Tadi saat kalian naik ke panggung dan berdiri di hadapan saya, saya berkata kepada kalian satu per satu, “Makin giat, makin bersemangat, dan ikutilah langkah saya.” Kalian telah mendengarnya.

Saya berharap kalian semua dapat memanfaatkan waktu dengan bersumbangsih di tengah masyarakat karena setiap orang adalah Sutra hidup. Dengan bersumbangsih di tengah masyarakat, Berkah didapat melalui sumbangsih kita akan dapat menciptakan berkah di tengah masyarakat dan menumbuhkan kebijaksanaan. Demikian pula dengan kebijaksanaan. Kita akan menuai hasil pelatihan diri ini.

Berkah dan kebijaksanaan hanya dapat diperoleh melalui sumbangsih di tengah masyarakat. Ingatlah selalu akan hal ini. Pada kepulangan kalian kali ini, kita banyak mendengar kisah dari negara masing-masing, dari banyak negara yang berbeda. Hal-hal positif yang dimiliki orang lain harus kita pelajari, sedangkan hal-hal yang kurang baik hendaknya dapat menjadi cermin bagi kita untuk berefleksi diri. Ini adalah pelajaran berharga agar kita dapat memberi manfaat bagi orang lain. Kita harus senantiasa bersungguh hati.

Sebagai insan Tzu Chi, kalian harus senantiasa mengingat beberapa hal. Yang pertama adalah memiliki hati Buddha dan menjalankan tekad guru, yakni membebaskan orang dari penderitaan dan memberinya sukacita. Saat melihat orang menderita, kita harus memiliki hati Buddha yang penuh welas asih. Selain itu, kalian juga harus menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Memiliki misi yang sama dengan guru, yakni kalian harus punya misi yang sama dengan saya, demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.

Berjuang demi ajaran Buddha tidaklah mudah. Buddha mengajarkan kita untuk bersumbangsih bagi semua makhluk di dunia ini. Kini sangat banyak penderitaan di dunia. Pintu mazhab Tzu Chi yang telah kita buka membutuhkan sumbangsih dari banyak orang. Saya sering berkata bahwa kita sudah tidak ada waktu lagi. Kita butuh sumbangsih dari banyak Bodhisatwa dunia agar kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara menjadi lebih baik. Saya berharap semua orang memiliki hati Buddha dan Bodhisatwa. Inilah mazhab Tzu Chi yang ingin saya capai. Kedua adalah menaati Sepuluh Sila Tzu Chi. Menaati Sepuluh Sila Tzu Chi berarti melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran serta mengembangkan welas asih, cinta kasih, sukacita, dan keseimbangan batin.

 

Ketiga adalah memiliki rasa syukur dan cinta kasih universal serta menjadi teladan bagi orang lain. serta menjadi teladan lewat kedisiplinan diri. Ini berarti setiap orang harus memiliki welas asih dan senantiasa bersyukur.

Rasa syukur akan membuat kita dapat memaafkan orang lain dan tidak memperhitungkan untung rugi. Inilah yang disebut kesabaran. Kita harus selalu mendisiplinkan diri sendiri serta menjaga hati dan pikiran dengan baik. Ada orang berkata bahwa kita harus mendisiplinkan diri sendiri dan orang lain. Sesungguhnya, kita tidak bisa memaksa orang lain menaati sila. Kita harus menggunakan cara yang lemah lembut, yakni dengan menjadi teladan bagi mereka.

Mendisiplinkan orang lain adalah hal yang sangat sulit. Bila selalu berusaha mengubah orang lain, maka Anda akan sering “tersandung”. Seringkali, kita mulai mendedikasikan diri dengan gembira. Namun, saat memikul banyak tanggung jawab, kita menghadapi berbagai kesulitan. Ini dikarenakan kita ingin mengubah orang lain. Ini sungguh pekerjaan yang sangat berat. Kita harus mengubah diri sendiri dan menjadi teladan bagi orang lain, bukan memaksa orang lain untuk berubah.

Selanjutnya adalah menjalankan misi dengan prinsip 4 in 1, dengan giat dan bekerja sama yakni bersemangat dan bekerja sama dengan penuh kesatuan hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Ini semua kembali pada praktik Enam Paramita. Jadi, kita harus giat dan bersemangat menjalankan misi Tzu Chi.

Kelima adalah menjernihkan hati dan belajar sambil bekerja. Dan memperoleh kesadaran melalui praktik. Ini untuk menumbuhkan Samadhi. Inilah yang disebut melatih Samadhi. Bila hati dan pikiran jernih, maka kita akan dapat berpikiran stabil. Kita juga harus belajar sambil bekerja. Kita memperoleh kesadaran melalui praktik dalam bersumbangsih bagi orang lain, bukan dengan duduk diam. kita dapat mempelajari banyak hal. Kita harus melakukan praktik nyata.

 

 

Keenam adalah giat berjalan di Jalan Tzu Chi dan memahami prinsip-prinsip kehidupan. Ini adalah kebijaksanaan. Enam Paramita adalah berdana, disiplin moral, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Keenam hal ini dapat dilatih dengan memiliki hati Buddha dan tekad guru, yakni menaati Sepuluh Sila Tzu Chi, memiliki cinta kasih universal dan bersyukur, menjalankan misi Tzu Chi, bersemangat menjalankan misi Tzu Chi, menjernihkan hati dan pikiran, memahami prinsip hidup, dan lain-lain.

 

Enam Paramita yang diajarkan Buddha ini dapat kita praktikkan dalam berbagai kegiatan Tzu Chi. Saya berharap semua orang dapat lebih giat. Hanya meyakini ajaran Buddha saja tidak akan membawa berkah bagi kita. Bukan demikian? Berkah harus kita ciptakan sendiri. Karena itu, kita harus membagikan ajaran yang baik kepada semua orang.

Bila menemukan hal-hal yang tidak baik, kita harus waspada dan mengingatkan diri sendiri. Tadi kita melihat tayangan mengenai pelatihan dalam beberapa hari ini. Kita berterima kasih kepada relawan dokumentasi yang telah mendokumentasikan kegiatan ini. Tentu saja, kita juga berterima kasih kepada seluruh relawan yang bersumbangsih dengan penuh kesungguhan.

Kita sungguh berterima kasih. Segala hal baik yang telah dipelajari harus kita simpan dalam hati selamanya. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan tidak membiarkan pikiran buruk masuk dan berkembang dalam hati kita. Janganlah biarkan ini terjadi. Jadi, kita harus senantiasa melakukan hal baik dan melenyapkan hal buruk dari pikiran kita. Untuk itu, setiap orang harus menjaga hatinya dengan baik. Jadi, kita harus giat mempraktikkan ajaran Jing Si dan berjalan di Jalan Tzu Chi. Kita harus terjun ke tengah masyarakat karena setiap orang adalah Sutra hidup dan Dharma tak terlepas dari kehidupan manusia. Saudara sekalian, insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia. Semoga kalian makin bersungguh hati. Harap kalian lebih bersungguh hati.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
 

Artikel Terkait

Berbagi Kasih di Tahun Baru Imlek

Berbagi Kasih di Tahun Baru Imlek

03 Maret 2015 Pada Tahun Baru Imlek yang kali ini jatuh pada 19 Februari 2015, nampaknya tidak semua warga Tionghoa dapat merayakan bersama keluarganya. Seperti yang dialami oleh opa dan oma di Panti Werdha Yayasan Kasih Mulia Sejahtera, Bogor.
Menyadari, Menghargai, dan Menciptakan Berkah

Menyadari, Menghargai, dan Menciptakan Berkah

21 Mei 2014 Kemudian para peserta diajak untuk menghargai berkah, misalnya tidak menyisakan makanan, peserta diingatkan lagi bahwa di afrika masih banyak orang yang kelaparan.
Bersukacita Bersama Warga Prasejahtera

Bersukacita Bersama Warga Prasejahtera

18 Desember 2020

Setiap tahun, menjelang tahun baru Tzu Chi Makassar selalu melaksanakan bakti sosial pembagian sembako untuk warga prasejahtera. Berhubung tahun ini wabah virus Covid-19 merebak, relawan pun mengadakan acara ini dengan mengundang perwakilan dari yayasan penerima untuk datang mengambil paket secara simbolis dan nanti akan dibagikan kepada masing-masing warga yang telah tercantum namanya.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -