Suara Kasih: Arah Pendidikan Masa Kini

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

  Arah Pendidikan Masa Kini

 

Mendidik perilaku penuh tata karma dan budaya humanis
Membina cinta kasih dalam melindungi kehidupan
Membimbing ke jalan yang benar bagai pelita yang cemerlang
Menumbuhkan hutan Bodhi yang tumbuh dari akar yang sama

"Hari ini saya ingin berbagi pengalaman saya saat menjadi pembimbing untuk pertama kalinya. Saya ingat lebih dari dua tahun yang lalu, di suatu hari minggu siang, tiba-tiba saya menerima informasi bahwa saya ditunjuk menjadi pembimbing keesokan harinya. Saya mengira pihak sekolah membuat kesalahan dalam menunjuk orang. Bagaimana mungkin pihak sekolah menunjuk saya yang belum berpengalaman? Saya takut tidak dapat memberikan yang terbaik. Saya rasa tugas yang sekolah berikan untuk saya adalah harapan agar saya membimbing 20 anak ini agar menjadi lebih baik. Dalam prosesnya, sepatah Kata Perenungan Jing Si muncul dalam benak saya, bunyinya, 'Asalkan ada tekad, maka tiada yang sulit'," kata salah seorang guru (dao shi)saat berbagi kesan menjadi guru pembimbing.

Aksara Tionghoa "dao" (membimbing) adalah gabungan aksara "dao" (jalan) dan "cun" (inci). "Cun" di sini bermakna hati. Dalam hidup ini, kita harus memilih sebuah jalan. Contohnya saya, saya juga telah memilih sebuah jalan dan tak mungkin dapat berpaling dari jalan ini. Saat memilih jalan menjadi bhiksuni, saya menjalani jalan ini dengan sukarela dan penuh keikhlasan. Tekad melatih diri ini timbul dari dalam hati. Saya tak peduli akan banyaknya kesulitan. Saya tinggal di pondok kayu tanpa air dan listrik. Pondok itu terletak di tengah rerumputan. Jika dikenang kembali, alangkah baiknya kehidupan saya saat itu karena saya tidak perlu bertemu banyak orang. Saya benar-benar dapat memiliki pikiran yang hening dan jernih. Namun, saya berpikir, begitu juga tidak benar, karena Buddha datang ke dunia untuk menyelamatkan semua makhluk. Untuk itu, tentu harus terjun ke masyarakat, tak boleh berlatih demi kesucian pribadi, tetapi harus memberi manfaat bagi orang lain.

 

Jadi, 45 tahun yang lalu, saat mendirikan Tzu Chi, saya telah merencanakan empat misi. Saya sungguh tak mengukur kemampuan diri. Lebih dari 40 tahun yang lalu, kita memulai misi amal, lalu misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis. Inilah Empat Misi Tzu Chi. Kita mengembangkan misi Tzu Chi dengan urutan seperti itu. Saat kita memulai misi amal, kondisi populasi Hualien pada masa itu didominasi oleh warga lanjut usia. Produktivitas pun menurun, akibatnya makin banyak orang yang menderita. Banyak lansia yang hidup sebatang kara. Karena itu, di Hualien, kita memulai misi amal sosial.

 

 

Lambat laun kita pun menyadari bahwa manusia tak luput dari proses lahir, tua, sakit, dan, mati. Kita memulai rencana pembangunan rumah sakit. Proses pembangunan itu sangatlah sulit. Setelah selesai, sulit pula mencari SDM. Tidak ada dokter maupun perawat.

Bagaimana rumah sakit dapat beroperasi dengan baik? Sulit untuk mencari sumber daya manusia. Terlebih lagi, pada masa itu banyak anak perempuan suku asli yang dijual ke wilayah barat. Jadi, ini juga merupakan suatu jodoh penyebab kita mendirikan sekolah keperawatan. Sekolah ini telah berjalan selama 22 tahun. Asosiasi Guru Tzu Chi juga telah 20 tahun berdiri. Para guru yang memiliki semangat misi berhimpun dalam satu wadah untuk saling berbagi pengalaman dan saling belajar. Saya juga berharap seluruh guru di semua Sekolah Tzu Chi dapat bergabung dengan Asosiasi Guru Tzu Chi. Kemarin, saya berbagi dengan kepala sekolah bahwa pendidikan harus mencakup 4 misi. Contohnya, misi pendidikan tak bisa lepas dari misi amal. Kita harus tahu bahwa jika anak-anak tak dibimbing untuk membangkitkan niat baik dan bersumbangsih, maka pendidikan tidak dapat dikatakan berhasil.

Selain harus menyatu dengan misi amal, juga harus menyatu dengan misi kesehatan, karena pendidikan kehidupan pasti berhubungan dengan kesehatan. Jadi, pendidikan harus mencakup misi amal, kesehatan, dan juga budaya humanis. Jadi, para guru sekalian, budaya humanis adalah fondasi untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan semangat welas asih dan kebijaksanaan, manusia di masa kini harus bisa membedakan benar dan salah. Jika tidak dapat membedakan benar dan salah, maka akan sangat berbahaya. Kita harus dapat membedakan benar dan salah.

 

Berkat kemajuan teknologi masa kini, para guru Tzu Chi di berbagai negara dapat belajar dari kelebihan kita di Taiwan serta dapat saling berbagi. Jadi, kita dapat menyebarkan berbagai hal yang baik dan benar dengan memanfaatkan teknologi demi menyucikan hati manusia. Dengan penuh ketulusan, kita harus berdoa semoga dunia bebas dari bencana. Semua ini harus dimulai dari pendidikan batin. Dengan semangat cinta kasih, kita membangkitkan benih kebajikan, welas asih, dan kebijaksanaan dalam batin anak-anak agar semua itu dapat berkembang dan anak-anak dapat tumbuh dengan baik hingga kelak menjadi pohon-pohon yang rindang.

 

Semoga mereka tumbuh menjadi hutan bodhi. Bodhi berarti kesadaran atau memiliki kebijaksanaan. Untuk itu, pendidikan haruslah menyeluruh dari sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.

Dalam mendidik haruslah membina tata krama dan memupuk cinta kasih. Jadi, kita harus mendidik anak-anak agar memiliki tata krama. Dengan begitu, barulah mereka dapat mengembangkan etika dan moralitas. Pendidikan sangatlah penting bagi manusia. Di zaman apapun kita hidup, pendidikan adalah fondasi bagi etika dan moral. Jadi, jika fondasi umat manusia ini tidak dibangun dengan kokoh, maka kondisi masyarakat kelak akan mengkhawatirkan. Saya berharap kita dapat memikirkan arah bagi dunia pendidikan. Kita harus memperdalam budaya humanis. Saya juga berharap misi pendidikan Tzu Chi dapat mencakup misi-misi lainnya. Kita harus menjadi pelopor dan teladan dalam bidang pendidikan. Jika kita hanya mendidik anak sendiri tanpa peduli pada pendidikan secara umum, maka jika anak-anak lain tak terdidik dengan baik, lalu bertemu dengan anak-anak kita, coba bayangkan apa yang akan terjadi.

Jadi, satu-satunya cara adalah menyediakan pendidikan yang baik demi keharmonisan masyarakat kelak. Untuk itu, para guru harus menganggap profesi sebagai misi. Mengajar adalah profesi kita, namun juga harus menjadi misi kita. Inilah penyatuan pekerjaan dan misi. Semoga kelak Sekolah Tzu Chi dapat menjadi sebuah teladan pendidikan masa depan. Arah dalam mendidik pada masa kini adalah membimbing hati para murid. Jadi, dalam mendidik, hati kita harus lapang dan terbuka sehingga kita sadar terhadap tanggung jawab kita untuk membimbing anak-anak ke arah yang benar. Inilah misi pendidikan dalam era saat ini. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.

 
 

Artikel Terkait

Selamanya berjalan di jalan Tzu Chi

Selamanya berjalan di jalan Tzu Chi

14 November 2012 Dengan pelantikan relawan biru putih ini merupakan langkah awal bagi saya untuk makin giat melatih dan membina diri serta terus bersemangat dalam bersumbangsih. Kita bisa di Tzu Chi karena adanya jalinan jodoh yang luar biasa.
Menularkan Semangat Berbagi dengan Celengan Bambu

Menularkan Semangat Berbagi dengan Celengan Bambu

13 Februari 2024

Relawan Xie Li Downstream Lampung melibatkan siswa sekolah, ibu-ibu PKK hingga Kepala Desa Rangai Tunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan dalam penuangan celengan bambu tuangramerame.

Bersyukur Sebagai Dasar Cinta Kasih Budaya Humanis

Bersyukur Sebagai Dasar Cinta Kasih Budaya Humanis

07 Agustus 2023

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 di ruang Xi She Ting, Tzu Chi Centre, PIK, Jakarta Utara pada Minggu 30 Juli 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 44 peserta.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -