Suara Kasih : Baksos Kesehatan di Sri Lanka

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

 

 

 

Judul Asli : Baksos Kesehatan di Sri Lanka

Bencana terjadi tanpa henti. Ini adalah akibat dari pikiran manusia yang menyimpang dan hati yang tak selaras. Karma buruk kolektif manusia terus terakumulasi dalam waktu yang sangat panjang. Saat karma buruk kolektif terus terakumulasi, itulah yang disebut Kalpa Kehancuran. Apa yang telah diprediksi oleh Buddha dahulu, kini terjadi satu per satu, dan kita semakin mendekati Kalpa Kehancuran atau Era Kemunduran Dharma. Dalam Kalpa Kehancuran, bencana akan sering terjadi sehingga bumi semakin terluka. Dalam Era Kemunduran Dharma, moralitas manusia mengalami kemunduran sehingga perilaku orang-orang menjadi tak terkendali. Apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan bumi ini? Tentu saja, kita harus mulai dari menjernihkan hati manusia.

Kita harus mengembalikan moralitas orang-orang agar mereka dapat menaati sila dan berjalan di jalan yang benar. Dalam Tujuh Faktor Pencerahan, faktor kedua adalah giat mempelajari Dharma dan berjalan di Jalan Bodhisatwa. Kita harus giat mempelajari Dharma dan berjalan di Jalan Bodhisatwa. Kita harus setiap saat mengingatkan diri sendiri akan hal ini.

Jadi, kita harus terus mempelajari Dharma dengan penuh kesungguhan dan konsentrasi. Kita harus memfokuskan diri dan tak terganggu oleh apa pun serta terus melatih diri tanpa henti. Inilah yang disebut giat melatih diri. Buddha menginginkan kita benar-benar berjalan di Jalan Bodhisatwa. Dalam bidang pekerjaan apa pun, kita harus giat dan tekun. Janganlah kita menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tak membawa manfaat bagi semua makhluk.

Kita harus memfokuskan diri pada profesi yang dapat memberi manfaat bagi semua makhluk dan tak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tak ada gunanya. Kita harus menggenggam waktu dan berjalan dengan mantap dan tegas. Lihatlah tim TIMA (Tzu Chi Medical Association) yang mendaki gunung dan menyeberangi lautan demi memberikan pelayanan medis kepada orang-orang di berbagai negara. Kali ini, tim TIMA Singapura dan Malaysia yang berjumlah 109 orang berhimpun untuk mengadakan baksos pengobatan di Sri Lanka.

Dari Singapura atau Malaysia, mereka harus menumpang pesawat selama 4 jam untuk tiba di Colombo, Sri Lanka. Dari Colombo, mereka harus menumpang bus selama 4 jam untuk tiba di lokasi baksos. Jarak yang harus mereka tempuh sangat jauh. Tempat yang mereka tuju adalah sebuah pemukiman yang terbelakang. Di daerah pegunungan yang terpencil tersebut, tim TIMA akan mengadakan baksos pengobatan. Pada baksos kali ini, tim TIMA Taiwan tidak turut serta, namun mereka menyediakan peralatan medis. Dengan bantuan insan Tzu Chi Singapura dan Malaysia, peralatan medis ini pun dapat dibawa ke Colombo.

 

Dr. Tissa juga turut bersumbangsih dalam baksos tersebut pada hari Sabtu dan Minggunya. Ia berkata bahwa sejak menjadi anggota TIMA, ia menyadari bahwa ia tak hanya wajib bertanggung jawab atas profesinya, namun juga harus berusaha sekuat tenaga untuk memberi manfaat kepada orang lain.

Di Colombo, tim medis setempat yang berjumlah 60 orang juga turut berpartisipasi dalam baksos ini. Baksos pengobatan ini diadakan di sebuah RS yang ada di kawasan Kahawatta. Dr. Tissa Perera, kepala rumah sakit setempat, mengenal Tzu Chi saat tim TIMA mengadakan baksos pengobatan di sana pada Agustus tahun lalu. Dari sanalah jalinan jodoh ini dimulai. Tahun lalu, dr. Tissa datang ke Taiwan untuk menghadiri Konferensi TIMA dan menjadi anggota TIMA. Di rumah sakit tempatnya bekerja, ia menyediakan sebuah ruang untuk digunakan oleh tim TIMA.

Setibanya di sana, tim TIMA segera mempersiapkan peralatan medis. Baksos pengobatan diadakan dari 10 Maret hingga 14 Maret. Dr. Tissa juga turut bersumbangsih dalam baksos tersebut pada hari Sabtu dan Minggunya. Ia berkata bahwa sejak menjadi anggota TIMA, ia menyadari bahwa ia tak hanya wajib bertanggung jawab atas profesinya, namun juga harus berusaha sekuat tenaga untuk memberi manfaat kepada orang lain. Inilah yang disebut cinta kasih universal. Dalam baksos pengobatan kali ini, tim TIMA yang berjumlah 109 orang sungguh telah memberi manfaat kepada warga setempat. Warga di sana hidup sangat kekurangan. Dalam tayangan, kita dapat melihat banyaknya warga yang hidup menderita karena penyakit dan kemiskinan.Ada seorang ibu yang anaknya tak sengaja menjatuhkan lampu minyak. Ia menderita luka bakar yang parah karena ingin melindungi anak tersebut. Karena tidak mendapatkan pengobatan, lehernya tak bisa digerakkan. Ia sungguh menderita karena luka ini.

 

Tim medis Tzu Chi tak hanya mengobati penyakit pasien, namun juga menenangkan batin mereka. Mereka bersumbangsih dengan kesungguhan dan cinta kasih. Hal ini membuat warga setempat merasa dikasihi dan memiliki tempat bersandar.

 

 

Ada juga seorang pria tua yang berusia 75 tahun. Ia menderita katarak selama beberapa tahun. Dalam baksos pengobatan tahun lalu, dokter mengoperasi sebelah matanya. Sejak itu, ia mulai dapat melihat dan bekerja sebagai pemetik daun teh. Dalam baksos kali ini, dokter mengoperasi matanya yang sebelah lagi. Ia terus berterima kasih karena Tzu Chi telah memulihkan penglihatannya. Itulah sumbangsih tim TIMA yang memanfaatkan keterampilan medis mereka dengan penuh cinta kasih agar dapat membebaskan lebih dari 2.000 warga dari penderitaan.

Saya sungguh bersyukur akan hal ini. Namun, pada saat tim medis sedang mengoperasi pasien, tiba-tiba aliran listrik terputus. Apa yang harus mereka perbuat? Dalam kondisi seperti ini, kebijaksanaan mereka diuji. Mereka pun segera menggunakan lampu senter sementara sebagian orang mencoba memperbaiki jaringan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan tenaga terampil dari berbagai bidang untuk bersumbangsih bersama-sama.

Dalam baksos tersebut, ada beberapa pasien yang tak bisa ditangani di sana. Karena itu, mereka harus dibawa ke rumah sakit yang ada di Colombo untuk ditangani lebih lanjut. Sungguh, hidup serba minim saja sudah sangat menderita, apalagi ditambah dengan deraan penyakit. Untunglah, sekelompok tim medis ini berpegang teguh pada tekad mereka dan menjalankan profesi dengan baik. Mereka tak hanya mengobati penyakit pasien, namun juga menenangkan batin mereka. Mereka bersumbangsih dengan kesungguhan dan cinta kasih. Hal ini membuat warga setempat merasa dikasihi dan memiliki tempat bersandar. “Jika tak bertemu dengan Tzu Chi, tak tahu apa yang harus saya perbuat. Saya tak perlu menjalani operasi lagi. Saya sangat berterima kasih kepada semua orang. Mereka bagaikan keluarga saya sendiri yang memerhatikan saya dengan sangat baik. Saya sangat puas dengan hasil operasi. Inilah wujud dari kesatuan hati dan cinta kasih semua orang,” kata seorang warga.

Dengan berhimpunnya tenaga terampil dari berbagai bidang, kita pun dapat segera mengulurkan tangan kepada orang-orang yang membutuhkan dan membebaskan mereka dari penderitaan. Saya sungguh bersyukur akan hal ini.

Giat mempelajari Dharma dan berjalan di Jalan Bodhisatwa
Tim TIMA mengadakan baksos pengobatan di Sri Lanka
Tim medis Tzu Chi membebaskan pasien dari penderitaan mereka
Mengulurkan tangan dan menenangkan batin orang-orang yang menderita

 

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chahyadi
Foto: Tzu Chi Taiwan
 

Artikel Terkait

Semangat Mempelajari Dharma Master Cheng Yen

Semangat Mempelajari Dharma Master Cheng Yen

04 Mei 2017

Pada tanggal 26 April 2017, komunitas relawan Tzu Chi Kebon Jeruk 2 merayakan ulang tahun acara bedah buku yang pertama. Acara ini tidak hanya dirayakan oleh kalangan komunitas relawan Tzu Chi Kebon Jeruk 2 saja, tetapi mereka juga banyak mengundang relawan dari Xie Li dari komunitas Tzu Chi yang lain.

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

17 April 2013 Bayangkan jika kita sendiri atau ada anggota keluarga kita yang menderita katarak dan kesulitan dalam mendapatkan akses pengobatan, seperti yang dialami oleh Samuti (72), salah satu pasien baksos operasi katarak yang mulai terganggu penglihatannya sejak 2 tahun yang lalu.
Menghimpun Kekuatan Niat Baik dan Berterima kasih pada Ibu

Menghimpun Kekuatan Niat Baik dan Berterima kasih pada Ibu

23 Mei 2018

Peringatan tiga hari besar Tzu Chi yang digelar insan Tzu Chi Pekanbaru masih menyisakan banyak kisah. Di antaranya bagaimana para koordinator menghadapi kendala-kendala hingga acara dapat berlangsung dengan khidmat.


Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -