Suara Kasih : Bakti Terhadap Orangtua

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mensosialisasikan Rasa Syukur dan Bakti Terhadap Orangtua
     

Membalas Budi Orangtua dan Bersyukur Kepada Semua Makhluk
Kaum Muda di Suzhou Menyelami Sutra      
Mengadakan Konser Amal yang Mengalirkan Aliran Jernih
Aliran jernih menciptakan keindahan

Bulan Mei adalah bulan bakti. Sesungguhnya, sejak bulan April para insan Tzu Chi terus berbagi bahwa semua orang harus memiliki rasa syukur dan bakti kepada orang tua. Belakangan ini, kita dapat melihat bahwa menjelang Hari Ibu, banyak orang membawa ibu mereka bersantap di restoran. Ini untuk menyatakan rasa terima kasih kepada ibu mereka. Apakah ini sudah cukup? Rasa syukur yang sebenarnya adalah seperti di Suzhou. Sekelompok anak muda telah membangkitkan kesadaran kaum muda masa kini. Banyak kaum muda zaman sekarang yang telah kehilangan arah. Meski mengecap pendidikan yang tinggi, namun kehidupan mereka makin lama makin boros dan tak bermoral. Inilah kekhawatiran kita akan dunia ini. 

Kaum Muda Pun Harus Turut Menciptakan Berkah
Tak hanya kaum muda di Taiwan, namun di semua negara berkembang, hati kaum muda terus membubung. Entah mereka akan terbang ke arah mana. Bila berjalan menyimpang sedikit saja, maka mereka akan tersesat sangat jauh. Kini, hal inilah yang paling kita khawatirkan. Karena itu, anggota Tzu Ching berencana untuk mementaskan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Anggota Tzu Ching yang terlibat berjumlah lebih dari 30 orang. Namun, jumlah orang yang berpartisipasi mencapai 220 orang, baik di depan maupun di belakang panggung.

Bibi dan paman Tzu Chi pun sangat mendukung. Lebih dari 30 anggota Tzu Ching ini terus berusaha menggalang mahasiswa lain untuk turut berpartisipasi sehingga terkumpul lebih dari 200 peserta. Sebagian besar dari para mahasiswa tersebut tak pernah mengenal Tzu Chi sebelumnya. Atas ajakan para anggota Tzu Ching, mereka berlatih bersama dan menapaki makna dari Sutra. Mereka menyelami Sutra dengan sungguh-sungguh, bahkan meminta bibi dan paman Tzu Chi berbagi cerita mengenai asal mula Tzu Chi yang dimulai dari tabungan 50 sen per hari.

Paman dan bibi Tzu Chi juga berbagi mengenai sumbangsih Tzu Chi di dunia internasional. Dengan mempelajari Sutra bersama-sama, para mahasiswa menjadi sangat dekat satu sama lain. Mereka juga paham bahwa masyarakat masa kini, yakni kaum muda, harus bertanggung jawab atas kesejahteraan dunia ini. Baik bencana yang terjadi di dunia maupun cara menciptakan berkah merupakan tanggung jawab kaum muda. Namun, untuk memikul tanggung jawab ini, kita harus menjadi teladan terlebih dulu.

 

Kita harus mulai dari diri sendiri, yakni dengan menjadi teladan. Inilah tanggung jawab kita. Untuk menjadi teladan, kita harus tahu dari mana kita berasal, yakni dari orang tua kita. Karena itu, kita harus bersyukur atas budi luhur orang tua yang seluas jagat raya. Saat mempersiapkan diri, mereka tak hanya menyelami Sutra, namun juga mempraktikkannya.

Menghargai Jasa Orang Tua dan Guru
Tak hanya bersyukur kepada orangtua, mereka juga bersyukur atas jasa guru. Yang melahirkan dan membesarkan kita adalah orang tua. Sedangkan yang mengajar dan membuat kebijaksanaan kita bertumbuh adalah para guru. Kita juga harus bersyukur atas kontribusi semua orang dalam masyarakat kita. Kita juga harus menghormati langit dan mengasihi bumi beserta segala isinya. Untuk segelas air pun kita harus bersyukur, apalagi makanan yang tak mudah kita dapatkan. Karena itu, kita harus menghormati langit dan menyayangi bumi beserta semua isinya.

Dengan tahu bersyukur dan membalas budi, kita akan memiliki kehidupan yang indah. Kita harus memahami hal ini terlebih dulu. Yang lebih membuat saya tersentuh adalah persiapan mereka selama 50 hari. Selama 50 hari ini, mereka mendesain panggung serta mengatur pencahayaan dan sistem suara dengan sepenuh hati.

Dari manakah mereka mendapatkan dananya? Mereka membuat cokelat dan menjualnya dengan harga 40 ribu rupiah per bungkus. Mereka sungguh bekerja keras demi pertunjukan ini. Mereka sungguh memahami bahwa menggalang dana tidaklah mudah dan sumbangsih Tzu Chi bagi orang-orang yang membutuhkan di seluruh dunia sungguh bukan pekerjaan yang sederhana.

Karenanya, mereka harus menyadari berkah, menghargai berkah, serta harus menciptakan berkah. Mereka sungguh adalah kaum muda yang memiliki kesadaran. Benar, kaum muda sungguh harus memiliki kesadaran. Setiap orang harus memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan dunia ini. Bukankah kita berharap semua orang memiliki misi ini? Setelah pentas berakhir, mereka saling berbagi.

 

 

Dalam cerita setiap orang tersirat betapa mereka bersyukur atas budi luhur orangtua. Melihat mereka yang terinspirasi, saya sungguh merasa gembira, tersentuh, dan tenang. Pada dasarnya sifat manusia adalah murni. Karena itu, kita harus menginspirasi lebih banyak orang untuk bersyukur dan tahu membalas budi.

 

Dengan demikian, keluarga, masyarakat, dan semua mahkluk akan memiliki kehidupan yang indah. Saya sungguh berterima kasih. Pada bulan Mei ini, insan Tzu Chi mengadakan banyak kegiatan. Pada tanggal 3 Mei 2008, di Museum Dr. Sun Yat Sen digelar pertunjukan musik amal yang bertema “Mendengar Suara Cinta Kasih.”

Hampir 3.000 hadirin mengunjungi museum ini untuk menyaksikan konser amal tersebut. Saya sungguh berterima kasih kepada Tuan Gamzou, perwakilan dari Israel. Sejak datang ke Taiwan, beliau mulai berkontribusi dalam kegiatan daur ulang dan memiliki hubungan erat dengan insan Tzu Chi. Tuan David D’or adalah teman dari Tuan Gamzou. Beberapa tahun lalu, Tuan Gamzou mengundangnya untuk menggelar konser di Taiwan. Dari sanalah jalinan jodoh berawal. Tuan D’or sangat gembira berjumpa dengan saya dan memutuskan untuk menjadi murid saya.

Tuan Gamzou dan Tuan D’or bertekad untuk menjadi relawan Tzu Chi. Saat Tuan Gamzou akan meninggalkan Taiwan, beliau berjanji pada saya, jika pulang ke Israel, beliau akan menjadi benih yang pertama. Sebelum meninggalkan Taiwan, beliau dan istrinya menggelar sebuah konser dan semua dana yang terkumpul akan disumbangkan kepada Tzu Chi untuk membantu korban bencana di dunia.  

Tentu saja saya juga berterima kasih kepada komisaris kehormatan Tzu Chi yang membangkitkan cinta kasihnya sehingga pertunjukan ini bisa digelar. Saya bersyukur atas keharmonisan yang tercipta. Pertunjukan tersebut sangat menyentuh. Dua pertunjukan pada hari yang sama, di Taiwan dan Suzhou, sungguh menyentuh hati, mengalirkan aliran jernih, serta menyucikan hati manusia. Saya sungguh berterima kasih. Banyak sekali hal yang saya syukuri. Jadi, harap kalian semua bisa terus menyaksikan Da Ai TV dan memahami bahwa kini insan Tzu Chi tengah mensosialisaikan budaya humanis, rasa syukur, dan rasa bakti terhadap orang tua ke berbagai negara.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

Tzu Ching Camp 2015 : TIME

Tzu Ching Camp 2015 : TIME

25 Agustus 2015 Para muda mudi mahasiswa Tzu Chi (Tzu Ching) mengadakan Tzu Ching Camp 2015 yang diadakan di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta tanggal 15-17 Agustus 2015. Tzu Ching Camp yang diadakan selama tiga hari dua malam ini, diikuti oleh 190 peserta yang berasal dari universitas se-Jabodetabek serta Bandung, di antaranya, Universitas Bunda Mulia, Binus, Untar, Trisakti, Universitas Parahyangan dan lainnya.
Belajar Membantu Orang Lain

Belajar Membantu Orang Lain

13 Agustus 2013

Berdana merupakan hak siapa saja baik orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak sekalipun. Mengangkat kisah celengan bambu melalui Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT), Tzu Chi ingin menumbuhkan niat berbuat baik dengan berdana melalui sebuah celengan bertuliskan Dana Kecil Amal Besar, Celengan Bambu.

Kiat Sehat untuk para Gan En Hu

Kiat Sehat untuk para Gan En Hu

10 Juli 2023

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 mengadakan kegiatan Gathering Gan En Hu di Gedung DAAI, Tzu Chi Center, PIK. Kegiatan ini diikuti oleh 40 gan en hu.

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -