Suara Kasih: Batin yang Jernih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Menyambut Tahun Baru dengan Batin yang Jernih

 

Bertekad untuk menjadi semut kecil yang gigih
Menghimpun kekuatan dan mempertahankan semangat
Relawan daur ulang menyambut Tahun Baru Imlek dengan tetap bersumbangsih
Menyucikan dunia dengan cinta kasih universal

“Seluruh murid dari kantor Tzu Chi AS dengan hati yang paling tulus berikrar kepada Master. Kami akan selamanya mengikuti langkah Master untuk mendaki Gunung Sumeru; Murid Jing Si dari kantor Tzu Chi Dallas bertekad bertekad belajar semangat burung pipit yang mencelupkan sayapnya ke dalam air, lalu mengepak-ngepakkannya demi memadamkan kebakaran hutan. kami bertekad untuk mengikuti langkah Master bagaikan sapi yang menarik pedati dengan sekuat tenaga ke atas gunung. kami bertekad untuk menyadarkan diri sendiri dan orang lain dan menggalang Bodhisatwa dunia untuk menjadi pasukan semut di Gunung Sumeru yang bekerja sama mengangkat biskuit besar.”

Kita sungguh bisa melihat semangat insan Tzu Chi di seluruh dunia dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Di kantor Tzu Chi Amerika Serikat, kita bisa melihat relawan penabuh genderang dan sekelompok Bodhisatwa dunia berlari mengelilingi kantor Tzu Chi AS dan bertekad menjadi pasukan semut untuk mendaki Gunung Sumeru. Kita juga melihat insan Tzu Chi di Chicago. Meskipun cuaca sangat dingin, namun mereka tetap berkumpul bersama untuk memberikan doa mereka. Ini menunjukkan semangat dan keberanian insan Tzu Chi Amerika Serikat dalam memikul tanggung jawab. Mereka tak gentar oleh cuaca yang dingin.

Kita juga bisa melihat dan merasakan kehangatan dari insan Tzu Chi California Utara. Baik Bodhisattva dewasa maupun cilik, semuanya berkumpul bersama untuk berikrar. Kita sungguh bisa merasakan kekuatan, kegigihan, dan semangat mereka. Kita juga bisa melihat Bodhisatwa cilik yang sangat polos di New York. Setiap orang bersatu hati membentuk formasi perahu yang berlayar menuju lautan Dharma. Mereka semua bagaikan nakhoda yang menyeberangkan semua makhluk ke pantai kebahagiaan. Inilah harapan Bodhisatwa.

Kita juga bisa melihat Jepang. Pascabencana beruntun yang melanda Jepang pada bulan Maret lalu, insan Tzu Chi bekerja tanpa lelah selama hampir 9 bulan untuk terus mencurahkan perhatian bagi korban bencana. Kontribusi insan Tzu Chi  sungguh telah menyentuh dan menginspirasi banyak korban bencana di Jepang. Mereka mengungkapkan rasa terima kasih kepada seluruh di puluhan negara yang pernah membantu mereka. Karenanya mereka juga berkumpul bersama untuk memberikan ucapan selamat Tahun Baru. Inilah yang terjadi di Jepang.

Kita juga bisa melihat sekelompok Bodhisatwa di Guangzhou, Tiongkok yang mengemban misi Tzu Chi dengan giat. Ada seorang yang berkata bahwa dia telah mencari Tzu Chi selama lebih dari 20 tahun. Saya berkata padanya, “Saya telah mencari Anda lebih dari 40 tahun.” Asalkan saling berjodoh, kita tak takut jodoh itu datang terlambat. Lihatlah, dalam beberapa menit, saya bisa berbicara dengan banyak negara. Ini semua berkat kemajuan teknologi masa kini sehingga insan Tzu Chi  di seluruh dunia bisa berkumpul bersama.

 

Kita juga bisa melihat sekelompok Bodhisatwa daur ulang di Taiwan. Saat menyaksikan tayangan mereka, saya berkata pada diri sendiri bahwa mereka sungguh merupakan murid saya yang baik. Lihatlah, pada malam Tahun Baru Imlek, barang daur ulang semakin banyak karena ada banyak orang yang membawa membawa barang yang tak mereka gunakan lagi ke posko untuk di daur ulang. Mereka semakin sibuk pada malam Tahun Baru Imlek. Bahkan di hari pertama Tahun Baru Imlek pun mereka tetap tak istirahat. Seorang Bodhisatwa daur ulang berkata, “Master berkata setiap hari adalah Tahun Baru. Karena itu, saya tak perlu merayakannya pada hari ini. Bagaimana mungkin saya beristirahat sedangkan masih banyak barang daur ulang yang belum dipilah?” Inilah cara mereka melindungi bumi pertiwi dan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. “Pendapatan dari hasil daur ulang didonasikan kepada Da Ai TV agar bisa membantu biaya operasional Da Ai TV agar ajaran Master dapat tersebar ke seluruh dunia,” ucap seorang relawan.

Semua orang melakukan daur ulang dengan sukacita. Lihatlah, bagaimana saya tak mengasihi mereka? Insan Tzu Chi sungguh mengagumkan. Tak peduli di mana pun berada, mereka memiliki semangat dan arah yang sama. Mereka terus giat bersumbangsih sekuat tenaga tanpa mengenal siang atau malam. Mereka memanfaatkan setiap detik yang ada. Saat setiap orang bersatu hati, maka mereka sungguh bagaikan semut kecil yang bersama-sama mendaki Gunung Sumeru. Semoga setiap orang bisa mendalami Dharma dan memahami bahwa baik dan buruk bergantung pada sebersit niat. Sebersit niat buruk bisa mengguncang Gunung Sumeru. Jika setiap orang di dunia menciptakan kebajikan dan berkah, maka juga bisa menggerakkan Gunung Sumeru. Ini semua bergantung pada sebersit niat.

Buddha berkata bahwa pikiran adalah pelopor segala sesuatu. Kotoran batin berasal dari pikiran. Sukacita juga berasal dari pikiran. Karenanya, mengapa kita tak senantiasa membangkitkan sukacita? Dengan hati penuh sukacita, setiap orang akan berinteraksi dengan harmonis, ramah tamah, dan merasakan kebahagiaan. Hal ini bagaikan tanaman yang bersemi pada musim semi. Semua makhluk hidup di dunia ini berkaitan erat dengan bumi pertiwi. Makhluk hidup di dunia ini sangat bergantung pada bumi pertiwi. Bumi pertiwi menyediakan makanan segala sesuatu di dunia untuk menopang kehidupan semua makhluk. Saat musim semi tiba, semua tanaman di bumi akan kembali bersemi dan mendatangkan semangat baru bagi dunia. Jadi, bumi pertiwi menyediakan makanan untuk menopang kehidupan semua makhluk. Karena itu, di awal tahun baru ini, batin setiap orang harus bersemi kembali agar dunia dapat harmonis dan sejahtera. Yang terpenting adalah hati kita harus kembali pada hakikat yang murni.

Orang yang sadar akan bisa memahami seluruh Dharma dan mempraktikkan segala kebajikan. Ajaran yang diajarkan Buddha sangatlah sederhana. Selain 37 Faktor Pencerahan yang bisa menyucikan dan menjernihkan batin, kita juga diajarkan untuk menghindari kejahatan dan memperbanyak kebajikan. Sangatlah sederhana. Kita harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan serta mempraktikkan cinta kasih. Ini lebih sederhana lagi, kita harus sangat rendah hati agar orang lain bisa mendengar Dharma yang kita babarkan serta mempraktikkannya dalam tindakan nyata. Hal ini tidaklah sulit, jadi asalkan tersadarkan dan kembali kepada hakikat murni, maka kita dapat menyerap Dharma ke dalam hati.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Belajar Merawat Bumi Sejak Dini

Belajar Merawat Bumi Sejak Dini

25 Maret 2015
Untuk menanamkan sikap peduli pada lingkungan, maka harus kita mulai sejak dini. Dari sinilah kita dapat belajar bagaimana cara merawat, menjaganya agar bumi dapat memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan manusia. Untuk menanmkan sikap peduli terhadap lingkungan, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengajak orang untuk menjaga bumi kepada anak-anak Kelas Budi Pekerti yang dilaksankan pada hari Minggu, 15 Maret 2015.
Tzu Chi Butuh Kita atau Kita Butuh Tzu Chi?

Tzu Chi Butuh Kita atau Kita Butuh Tzu Chi?

21 Agustus 2014

Rasa ingin tahu mengenai topik yang akan disampaikan membuat beberapa insan Tzu Chi antusias. Leo Shixiong memulai dengan memberikan pertanyaan yang sederhana yang mengusik. “Apakah perbedaan dari sepenuh hati dengan punya niat?” tanya Leo Shixiong sambil menyodorkan pengeras suara kepada kelompok relawan Tzu Chi di baris depan.

Mengalirkan Cinta Kasih dari Pintu ke Pintu

Mengalirkan Cinta Kasih dari Pintu ke Pintu

25 Juni 2020

Tzu Chi Sinar Mas mengadakan kegiatan pembagian sembako yang dilakukan selama lima hari terhitung sejak tanggal 17-21 Juni 2020 secara door to door kepada 331 keluarga kurang mampu di Pati dan Jepara, Jawa Tengah.

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -