Suara Kasih: Belajar Menjadi Bodhisatwa yang Melindungi Semua Makhluk

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Belajar Menjadi Bodhisatwa yang Melindungi Semua Makhluk

Menenangkan hati dan mendengar Dharma setiap hari
Belajar menjadi Bodhisatwa yang melindungi semua makhluk
Berbuat baik di tengah masyarakat demi mengembangkan berkah dan kebijaksanaan
Bertekad memperoleh tanda keagungan yang tak terhingga

Saya melihat kalian sangat giat mengikuti bedah buku. Mendengarnya, saya juga merasa gembira. Yang lebih membuat saya gembira adalah melihat kalian mendengar  ceramah pagi setiap hari. Jika kalian mendengar ceramah pagi saya, saya merasa kalian selamanya berada dekat dengan saya. Saat saya akan mulai membabarkan Dharma, kalian pun bersiap untuk mendengarkan. Dengan begitu, kita selamanya bersama-sama menyerap Dharma. Saya sangat bersyukur. Sebelum saya berangkat dari Hualien beberapa hari lalu, saya baru berbagi dengan kalian tentang seratus kebajikan. Dikatakan bahwa jika kita melakukan seratus kebajikan, maka akan menciptakan sebuah berkah. Dari seratus berkah, akan tercipta satu ciri manusia agung. Bayangkan berapa banyak waktu yang kita butuhkan agar memiliki 32 ciri manusia agung seperti Buddha.

Apa saja ciri manusia agung yang dimiliki Buddha? Selain 32 ciri utama, masih ada 80 ciri tambahan. Semua ciri ini menyebar dari ujung kepala hingga ujung kaki, termasuk di telapak kaki dan tangan. Ciri-ciri manusia agung ini membuat orang yang melihatnya gembira sehingga ingin menjadi murid Buddha dan dibimbing oleh-Nya. Inilah keagungan 32 ciri Buddha. Bayangkan, dibutuhkan banyak kebajikan untuk menciptakan berkah.

Kita sering membahas tentang menciptakan berkah bagi masyarakat. Inilah istilah yang kita gunakan di masa kini. Artinya, kita hendaknya dapat berbuat baik di tengah masyarakat. Dengan berbuat baik dan menciptakan berkah, berarti kita menjalin jodoh baik  dengan banyak orang. Jadi, kita harus menjadi Bodhisatwa. Mempelajari ajaran Buddha berarti kita harus menjadi Bodhisatwa. Menapaki Jalan Bodhisatwa berarti  harus terus memberi manfaat bagi dunia. Semoga ajaran Buddha dapat meresap ke dalam hati kita dan terwujud dalam perbuatan kita. Semoga ada Dharma dalam perbuatan kita dan ada Buddha dalam hati kita.

Jadi, kita semua harus melatih diri dengan sungguh-sungguh. Kita harus memanfaatkan setiap detik. Pikiran dan perbuatan kita berawal dari niat yang muncul dalam hitungan detik.

Setiap detik yang berlalu tak akan kembali. Setiap niat dalam pikiran dapat menentukan arah hidup kita ke depannya. Ketika suatu saat kita berpikir untuk berjalan ke arah yang baik, maka dampaknya akan dirasakan seumur hidup. Contohnya saya. Sebersit niat jugalah yang membuat saya memutuskan untuk meninggalkan rumah. Saat berbelanja dengan membawa keranjang sayur, tiba-tiba sebersit niat timbul, “Mengapa saya hanya mengurus satu keluarga saja? Saya seharusnya menjinjing keranjang sayur bagi seluruh dunia.” Kini saya berkata kepada semua orang untuk memikul bakul beras bagi dunia, bukan lagi semata-mata menjinjing keranjang sayur. Jadi, sejak saat itu, detik itu, dimulai dari sebersit niat itu, saya sudah menentukan arah hidup saya. Jadi, sebersit niat menentukan arah seumur hidup. Setiap detik tidak akan pernah terulang. Satu niat dapat menentukan nasib seumur hidup. Jadi, kita harus menggenggam saat ini dan mempertahankan niat baik yang timbul.

Genggamlah segera waktu yang ada serta niat baik yang muncul seketika. Meski hanya muncul seketika, kita harus mempertahankan niat baik itu hingga selamanya. Dalam hidup ini, saya telah meninggalkan keluarga kecil selama lebih dari 50 tahun dan menempuh arah hidup seperti ini. Saya percaya ini akan berlanjut ke kehidupan selanjutnya hingga selama-lamanya. Saya yakin hakikat kebuddhaan bersifat abadi. Jadi, jika sebersit niat baik yang timbul dalam sekejap dapat kita pertahankan, maka kita akan dapat menyatu dengan hakikat kebuddhaan kita. Inilah keabadian. Jadi, kita semua harus membangun dan mempertahankan tekad agar tidak goyah melewati ujian waktu.

Setiap tahun memiliki empat musim, yakni musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin. Jadi, kita semua harus menjaga tekad melewati tempaan waktu. Baik di musim semi, musim gugur, musim dingin, maupun musim panas, tekad kita harus tetap teguh. Tekad kita haruslah abadi. Jika dapat melakukan ini, saya yakin segala yang kita lakukan akan bermakna dan semua akan kita kerjakan dengan sukacita. Bodhisatwa sekalian, kita harus sungguh-sungguh menggenggam kesempatan untuk mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Dengan begitu, kita baru bisa terhubung dengan ajaran Jing Si.

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Kita harus selalu memiliki Dharma di dalam hati dan menerapkannya di tengah masyarakat lewat praktik mazhab Tzu Chi. Jika dalam kehidupan sehari-hari, di tengah masyarakat, kalian tidak meninggalkan Dharma, berarti kalian telah berada dalam mazhab Tzu Chi.

Kita telah membentangkan jalan di dunia. Untuk membentangkan jalan ini, diperlukan Empat Ikrar Agung Bodhisatwa. Dengan memiliki Empat Ikrar Agung Bodhisatwa, kita baru bisa memahami jalan agung dan bertekad mencapai kebuddhaan. Kita juga memerlukan Empat Sifat Luhur. Kita bertekad untuk “menyelami Dharma dan memperoleh kebijaksanaan seluas samudra”. Kapan kita mengatakan ini? Saat menyatakan berlindung pada Tiga Permata. Sehubungan dengan itu, jika kita dapat mewujudkan Empat Sifat Luhur ke dalam perbuatan kita, maka kita akan dapat terjun ke masyarakat dan membimbing banyak orang. Masyarakat menempa kebijaksanaan kita, karena segla yang kita temui di masyarakat merupakan pintu Dharma bagi kita. Asalkan bersedia terjun ke masyarakat, kita akan mendapat banyak pelajaran dari setiap orang yang kita temui. Dengan bersedia bersumbangsih, kebijaksanaan kita akan mulai tumbuh. Setelah itu, kita akan dapat membimbing orang banyak dengan tanpa rintangan.

Ladang pelatihan kita ada di tengah masyarakat. Dengan berbuat baik di tengah masyarakat, berarti kita tengah mengembangkan berkah. Dengan menyelami kondisi dalam masyarakat, berarti kita mengembangkan kebijaksanaan. Jadi, dengan mendengar Dharma, kita dapat mengembangkan kebijaksanaan. Jika memiliki kebijaksanaan, maka kita akan dapat membimbing orang banyak dengan tanpa rintangan. Dengan adanya kebijaksanaan, kesulitan apa yang bisa merintangi kita? Sekarang saya tanya kalian, adakah kalian menggalang Bodhisatwa? (Ada) Ada. Berapa orang yang tergalang dalam sehari? Berapa yang tergalang dalam setahun? Hal ini harus kita renungkan. Untuk membimbing banyak orang, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Berapa banyak orang yang dapat kita inspirasi, berapa yang hatinya tersucikan, sehingga masyarakat bisa damai dan harmonis, inilah tanggung jawab kita. Jadi, saya berharap kalian semua dapat berlapang dada dan berpikiran murni. Dengan begitu, kita akan dapat memupuk berkah untuk mengembangkan ciri manusia agung, sehingga orang yang kita temui merasa bahagia dan ingin mengikuti jalan kita. Setelah itu, kalian harus segera mengarahkan mereka kepada saya. Ini yang kita lakukan dalam kehidupan sekarang.

Pada kehidupan mendatang, jika berkah kalian lebih besar dari saya, maka giliran kalian yang membimbing saya. Kini saya adalah guru dan kalian adalah murid, namun kelak mungkin saja kita bertukar peran. Semua ini bergantung pada berapa banyak kebajikan yang kalian lakukan dan berapa banyak berkah yang kalian ciptakan. Ini menentukan kelak berapa banyak ciri manusia agung yang kalian miliki sebagai sarana membimbing semua makhluk. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Siapapun Bisa Bersumbangsih

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Siapapun Bisa Bersumbangsih

23 April 2018
Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Kosambi turut berpartisipasi dalam kegiatan Pekan Amal Tzu Chi 2018 dengan menjual barang-barang elektronik secondary (bekas). Andi yang memperbaiki barang-barang elektronik ini juga turut berpartisipasi dengan menjaga stan pada hari pertama.
Relawan Tzu Chi Peringati Hari Susu Nusantara

Relawan Tzu Chi Peringati Hari Susu Nusantara

15 Juni 2017

Di awal Juni ini, lebih dari 5.500 anak yang tersebar di wilayah Sumatra hingga Kalimantan ikut serta dalam merayakan Hari Susu Nusantara bersama relawan Tzu Chi Sinar Mas. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang duduk di bangku TK/PAUD, hingga siswa kelas 6 SD.

Perhatian dan Layanan Kesehatan Bagi Lansia

Perhatian dan Layanan Kesehatan Bagi Lansia

14 November 2018
Pada Minggu, 11 November 2018 Tzu Chi mengadakan baksos degenaratif di Sekolah Dasar Negeri Pejagalan 01 Pagi, Teluk Gong, Jakarta Utara. Kegiatan ini berhasil melayani 84 pasien degenaratif.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -