Suara Kasih: Benih Kebajikan yang Tak Terhingga
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Bencana akibat ulah manusia yang berkepanjangan mendatangkan penderitaan tak terkira | |||
Konflik antara Israel dan Palestina lebih membuat menderita dibanding bencana alam. Setelah bencana alam berlalu, meski meninggalkan kesedihan bagi manusia, tetapi pascabencana akan ada banyak orang yang mencurahkan perhatian. Selain itu, pascabencana, lingkungan sekitar secara perlahan-lahan akan kembali normal. Akan tetapi, kehancuran yang diakibatkan oleh ulah manusia membuat manusia merasa takut setiap hari. Kehidupan seperti itu sungguh sulit dilewati. Karena itu, setiap orang hendaknya menyelaraskan batin dengan baik. Kita tak henti-hentinya menekankan warga Taiwan agar lebih menyerap Dharma ke dalam hati, mempraktikkan Dharma lewat tindakan nyata, serta membimbing orang lain dengan Dharma. Kita dapat melihat para Bodhisatwa lansia yang pantang menyerah. Lihatlah bagaimana relawan pengajar mengajarkan mereka isyarat tangan dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Meski gerakan para lansia sedikit lamban, tetapi dengan lebih giat berlatih, tidak ada yang sulit bagi mereka. Para instruktur juga menjelaskan lirik dengan menggunakan dialek Taiwan. Sesungguhnya, menjelaskan isi Sutra dalam dialek Taiwan bukanlah hal yang mudah. Saat menjelaskan tentang kata “pencuri”, anggota komite kita memberikan perumpamaan kepada para Bodhisatwa lansia bahwa pencuri tidak ingin diketahui orang lain. Agar niat buruknya tak diketahui orang lain, pencuri selalu menutupi wajahnya dengan penutup wajah. Para Bodhisatwa lansia menjawab, “Saya mengerti, saya mengerti. Artinya, mencuri adalah tindakan yang sangat memalukan, karena itu pencuri menutupi wajahnya seperti memakai masker.” | |||
| |||
Inilah cara kita mendidik dengan teladan nyata. Kita mengajarkan nilai-nilai moral agar anak-anak kelak bisa berbakti kepada orang tua dan menghormati guru mereka. Budi luhur orang tua sangatlah besar. Kita harus menggunakan metode yang sesuai untuk membimbing orang lain agar Dharma bisa benar-benar meresap ke dalam hati mereka. Jika kehidupan manusia penuh dengan Dharma maka nilai moral dan etika akan berkembang di masyarakat. Kita juga melihat penyaluran bantuan di Pesisir Timur Amerika Serikat hari ini, yakni di Long Island, New York, New Jersey. Penyaluran bantuan di tiga tempat yang terbagi menjadi lima titik itu berlangsung serentak hari ini. Lebih dari 4.000 keluarga menerima bantuan hari ini. Selain itu, saya juga mendengar bahwa Walikota South Toms River juga turut menyalurkan bantuan. Dua hari sebelum Badai Sandy menerjang, walikota ini bersama insan Tzu Chi mementaskan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Melalui peran sebagai Ananda, ia menampilkan semangat Tzu Chi di atas panggung. Dua hari setelah pementasan, Amerika Serikat pun dilanda bencana. South Toms River juga berada di pesisir pantai. Insan Tzu Chi segera terpikir kota itu dan menyalurkan bantuan di sana. Proses penyaluran bantuan di sana sudah selesai. Para warga di sana sangat berterima kasih. Hari ini, meski insan Tzu Chi bukan menyalurkan bantuan di kotanya, namun walikota tersebut tetap membantu insan Tzu Chi untuk membungkus barang-barang bantuan. Dia sangat peduli dan mengasihi warganya. Seorang walikota lainnya juga turut membantu insan Tzu Chi dalam menyalurkan bantuan di kota tetangganya. Sang walikota (George Hoff) berkata kepada setiap orang bahwa warga yang menerima curahan perhatian dan cinta kasih dari insan Tzu Chi di kotanya, semuanya sangat tersentuh. Karena itu, hari ini ia juga bergabung dalam barisan insan Tzu Chi untuk membantu menyalurkan bantuan. Inilah lingkaran cinta kasih. Setelah menerima bantuan dari orang lain, mereka kembali untuk menjadi relawan dan mengungkapkan rasa terima kasih mereka. Lingkaran cinta kasih ini sungguh menghangatkan hati. Selain itu, saya juga mendengar bahwa setiap penyaluran bantuan kita selalu penuh dengan budaya humanis Tzu Chi. | |||
| |||
Karena itu, setiap orang turut memasukkan koin ke dalam celengan bambu. Tak lama kemudian, celengan demi celengan bambu pun penuh. Selain itu, banyak pula warga yang membawa celengan bambu kembali ke rumah. Inilah cara menggalang Bodhisatwa dunia. Saya berharap setiap orang bisa membangkitkan dan menghimpun kekuatan cinta kasih untuk membantu lebih banyak orang. Inilah kekuatan cinta kasih. Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih. Jadi, kekuatan cinta kasih ini harus terus kita bangkitkan. Dengan memiliki cinta kasih, barulah kita dapat melenyapkan bencana di dunia. Saya sangat bersyukur karena kekuatan insan Tzu Chi di pesisir timur Amerika Serikat semakin bertambah dan penyaluran bantuan juga semakin lancar. Saya berharap kita bisa menjangkau setiap keluarga di Amerika Serikat agar setiap orang bisa merayakan Hari Pengucapan Syukur dengan penuh kehangatan dan sukacita. Itulah tujuan insan Tzu Chi Amerika Serikat. Saya sangat berterima kasih karena di tengah kondisi cuaca yang dingin mereka masih menyalurkan bantuan. Hari ini, mereka kembali menyalurkan bantuan bagi lebih dari 4.000 keluarga dalam waktu satu hari. Intinya, mereka akan terus menyalurkan bantuan besok. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang turut menggalang dana bagi Pesisir Timur Amerika Serikat. Yang saya tahu untuk sementara ini, sudah ada insan Tzu Chi di 14 negara yang turut dalam penggalangan dana kali ini. Saya sangat berterima kasih. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou) | |||
Artikel Terkait
Berita Internasional: Master Cheng Yen Terima Gelar Doktor Kehormatan
17 Januari 2019Tzu Chi Makassar Siap Melayani Pasien Baksos Kesehatan
20 Oktober 2023Tzu Chi Makassar tidak hentinya memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat pra-sejahtera hingga dalam waktu dekat ini mereka menggelar Bakti Sosial Kesehatan ke-141 yang screeningnya dilakukan mulai hari Jumat 14 Oktober 2023 di RS Pelamonia Makassar.
Mewarnai Sanghadana Dengan Pindapata Pada Masa Kathina 2567BE/2023
01 Desember 2023Aula Jing Si Tzu Chi kembali menjadi tempat dimulainya acara Sanghadana Kathina Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) 2023. Tradisi ini adalah tahun ketiga setelah dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 dan 2022.