Suara Kasih : Bercermin Pada Orang Lain

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Bercermin pada Orang Lain
Agar Kebijaksanaan Bertumbuh
 

Mempraktikkan Empat Sifat Luhur dan menjalankan tekad Guru
Menjadi Silent Mentor bagi kepentingan medis
Giat melatih diri untuk menumbuhkan kebijaksanaan
Menciptakan kehidupan yang bermakna

Para Silent Mentor ini adalah murid-murid saya yang baik. Contohnya, Relawan Zheng Wen-zhu. Meski menjalani cuci darah selama belasan tahun, ia tetap rajin mengumpulkan donasi agar akar kebajikan para donaturnya tetap terjaga. Ia juga melakukan kegiatan daur ulang. Pada akhir hidupnya, ia juga bersikeras untuk mendonasikan tubuhnya bagi kepentingan medis.

Kita juga dapat melihat kisah Relawan Huang Sheng-bi. Saat berusia 30-an tahun, ia mendengar bahwa Tzu Chi akan membangun rumah sakit di Hualien dan terinspirasi untuk bergabung dengan Tzu Chi. Sejak itu, ia pun menjadi relawan Tzu Chi dan sangat giat dalam bersumbangsih. Tzu Chi telah menjadi bagian yang penting dalam hidupnya. Sang istri juga sangat mendukungnya. Melihat dedikasinya, putranya pun bersedia melanjutkan sumbangsih sang ayah. Inilah cara Relawan Huang menginspirasi seluruh keluarganya. Saya percaya ia juga pasti mampu menginspirasi keluarganya pada kehidupan berikutnya. Kehidupannya sungguh bermakna. Karena itu, saya sering berterima kasih dan merasa tersentuh oleh para Silent Mentor ini.

Sungguh, dalam kehidupan ini, kita harus saling bersyukur, saling mendukung, dan saling menyemangati. Inilah ladang pelatihan kita. Selain itu, dalam menapaki jalan Bodhisatwa, kita harus memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Ini adalah Empat Sifat Luhur. Dengan cinta kasih kita menciptakan berkah bagi dunia agar masyarakat dapat hidup aman dan tenteram. Meski tidak saling mengenal, kita tetap harus membuka hati untuk merangkul semua orang serta mendoakan keselamatan mereka. Inilah semangat cinta kasih.

Saat menapaki jalan Bodhisatwa, kita harus mengasihi semua makhluk tanpa penyesalan. Jadi, cinta kasih dan welas asih tidak akan membuat kita mengeluh dan menyesal. Kita harus tahu bahwa untuk menapaki jalan Bodhisatwa, kita harus memiliki kesabaran. Karena telah memutuskan untuk bersumbangsih bagi seluruh makhluk di dunia, kita harus memiliki welas asih dan menganggap semua orang bagai keluarga sendiri. Kita harus dapat merasakan penderitaan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan rasa senasib dan sepenanggungan.

Karena itu, kita harus melatih kesabaran. Tak peduli bagaimana perlakuan orang kepada kita, demi menunjukkan welas asih, kita harus bersabar karena jika bekerja seorang sendiri, kita tak dapat mencapai tujuan. Menyelamatkan bumi bukanlah tugas 1 orang saja. Untuk melindungi bumi ini, kita membutuhkan uluran tangan semua orang. Setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda. Terhadap orang yang berbicara dengan suara keras, kita harus berpengertian. Mereka berbicara dengan keras agar kita dapat mendengar dengan jelas, karena itu kita harus berterima kasih.

Ada orang bertampang galak karena mereka jarang tersenyum. Kita harus membuatnya tersenyum sehingga orang lain akan lebih menyukainya. Janganlah kecewa dengan mereka, melainkan kita harus bertoleransi. Kita harus bertekad untuk membantu mereka agar dapat menjalin jodoh baik dengan orang lain. Jika tak menjalin jodoh baik dengan orang lain, bagaimana kita dapat menapaki jalan Bodhisatwa? Orang yang berperilaku buruk bagaikan cermin bagi kita. Ia mengingatkan kita agar tidak berperilaku seperti mereka. Kita harus berpegang teguh pada tekad awal. Janganlah kita hanya mengucapkannya saja. Jika telah bertekad untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus membangun ikrar luhur.

Mengapa kita harus perhitungan dengan orang lain? Tak perlu kita berbuat begitu. Untuk mencapai buah pelatihan di jalan Bodhisatwa, kita harus memiliki cinta kasih dan welas asih agar dapat menciptakan berkah dan menolong semua makhluk di dunia. Kita juga harus memiliki hati penuh sukacita dan bebas dari rasa khawatir. Setiap hari kita harus memiliki hati yang penuh sukacita.

Janganlah karena ada beberapa orang yang memiliki tabiat buruk, tekad kita menjadi goyah atau timbul kekotoran batin. Karena kita berjodoh dengan organisasi ini, hendaknya kita senantiasa penuh sukacita. Pencapaian organisasi ini bukanlah berkat kerja keras beberapa orang saja, melainkan berkat jerih payah banyak orang. Dalam menapaki jalan Bodhisatwa, mungkinkah semuanya berjalan lancar dan tanpa rintangan? Tidak mungkin. Setiap orang adalah Sutra hidup yang dapat menunjukkan kepada kita tentang prinsip kebenaran. Setiap orang, yang berperilaku baik maupun buruk, berjasa dalam membantu kita menumbuhkan kebijaksanaan. Jadi, mengapa kita tak menghadapi semua orang dengan hati penuh sukacita? Kita harus melatih diri agar selalu penuh sukacita dan jauh dari kekhawatiran. Kita harus selalu bersukacita.

Pelatihan ini sangat penting bagi kita dalam menapaki jalan Bodhisatwa. Kita juga harus bersumbangsih tanpa pamrih. Bukankah setiap insan Tzu Chi senantiasa bersumbangsih tanpa pamrih? Mereka membantu orang yang tidak ada hubungan darah dengan mereka dan penuh rasa syukur tanpa mengharapkan pamrih. Apakah kita juga bersumbangsih tanpa pamrih bagi orang-orang di sekitar kita dan bagi keluarga kita? Apakah kita telah mempraktikkan hal ini? Kita harus senantiasa mengintrospeksi diri. Jika belum, kita harus segera memulainya.

Di Tzu Chi, kita harus bersyukur dan menghargai setiap orang yang ada di sekitar kita. Kita senantiasa mencurahkan cinta kasih dan bersumbangsih tanpa pamrih. Kita telah berusaha keras sesuai dengan kemampuan kita. Kita harus lebih membangkitkan welas asih dan bersumbangsih tanpa pamrih.

Saudara sekalian, saat saya mengulas tentang hal ini, kalian harus segera merenung apakah kalian telah mempraktikkannya. Jika sudah, kalian harus lebih giat. Jika belum, kalian harus segera mengintrospeksi diri. Kita juga harus belajar untuk lebih rendah hati dan tidak membeda-bedakan. Jika ada orang yang membeda-bedakan, janganlah kita peduli maupun mendengarkannya agar j alan Bodhisatwa di depan kita makin luas dan lapang. Bukankah hal ini sering saya katakan kepada kalian? Namun, kalian sering melupakannya.

Kita memiliki jalinan jodoh yang luar biasa dan harapan yang tak terbatas. Jika memiliki jalinan jodoh yang baik, semua orang akan penuh harapan karena setiap orang saling mendoakan dan saling membantu. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lebih banyak berkah dan memiliki harapan tak terbatas sehingga orang yang bergabung dengan Tzu Chi akan semakin banyak. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Embrio, Fase Awal Pertumbuhan

Embrio, Fase Awal Pertumbuhan

07 Desember 2016

Pameran Embrio merupakan pameran dokumentasi kegiatan-kegiatan awal Tzu Chi Indonesia dalam menjalankan kemanusiaannya. Relawan Tzu Chi saat itu hanya beberapa ibu-ibu rumah tangga mampu menyimpan arsip tersebut dengan baik. Hal ini justru yang perlu dicontoh oleh generasi sekarang khususnya para relawan. Pameran embrio dan pameran  foto yang diikuti 73 orang ini diadakan pada tanggal 4 Desember 2016 di Jing Si Tang Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk.

Sarana Penunjang Prestasi

Sarana Penunjang Prestasi

27 April 2016

Bantuan ini diberikan sebagai bentuk perhatian dan dukungan para relawan dalam rangka menyambut Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SMP se-Kabupaten Kotabaru. Bantuan diberikan kepada SMP Negeri 1 Kelumpang Hilir, Kalimantan Selatan.

Sui Mo Zhu Fu: Pelantikan Rong Dong

Sui Mo Zhu Fu: Pelantikan Rong Dong

16 Januari 2012 Selama acara berlangsung, para hadirin disuguhi pementasan drama Sutra Pertobatan Air Samadhi yang mengangkat kisah tentang Biksu Wu Da dan Nafsu Keinginan Manusia Tak Terbatas. Selain itu ada pementasan isyarat tangan mengenai Dharma Bagaikan Air dan Pertobatan.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -