Suara Kasih: Berinteraksi Penuh Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Berinteraksi dengan Penuh 
Cinta Kasih dalam Masyarakat
     

Bencana terjadi akibat rasa curiga dan niat buruk
Menghibur dan membimbing para korban bencana agar hidup dengan harmonis      
Menerima bantuan orang lain dan kembali menyalurkan bantuan
Menabur benih cinta kasih dan kebajikan ke seluruh dunia

.

Kalian semua pasti masih ingat kejadian tanggal 31 Agustus 2003 lalu, yakni bencana kebakaran di Louzhou, Taipei. Karena itu, tak boleh ada kecurigaan maupun timbul niat buruk. Lihatlah, kegelapan batin sepasang suami istri tersebut memicu terjadinya bencana kebakaran yang mengakibatkan banyak orang mengalami penderitaan.

Sebelum matahari terbit, insan Tzu Chi mulai bergerak untuk segera menghibur para korban. Insan Tzu Chi mengerahkan ribuan relawan dan membantu mencari tempat tinggal sementara agar para korban memiliki tempat berteduh. Selama beberapa hari, insan Tzu Chi terus mendampingi para korban.

“Kakak Jin-hai dan Kakak Yue-mei sering mengunjungi dan memerhatikan kami. Ketika mereka datang, kami selalu mengeluh kepada mereka bahwa setelah bencana kebakaran ini, masyarakat masih tidak hidup harmonis, saya sungguh bingung melihatnya. Kami selalu mengeluh kepada mereka,” kata salah satu warga. Namun, berkat pendampingan jangka panjang para insan Tzu Chi, seluruh warga di komunitas tersebut telah melepaskan keluh kesah dan kebencian di hati mereka. Kini beberapa warga dari komunitas tersebut telah menjadi anggota Tzu Cheng, relawan, serta bersama-sama melakukan kegiatan daur ulang.

“Setiap orang telah mengubah keluh kesah dan kegelapan batinnya menjadi cinta kasih yang penuh kesadaran. Ini adalah ladang pelatihan yang sangat baik di komunitas kami. Mengapa? Karena kami semua berkumpul bersama. Setelah selesai bekerja, kami akan berbincang-bincang,” kata Liao. Meski cuaca sangat dingin, namun hati semua orang penuh kehangatan? Benar, hati semua orang penuh kehangatan. dan rasa sukacita dalam melakukan daur ulang. Tuan Liao ini memikul tanggung jawab untuk kembali membina para warga di komunitasnya dengan penuh cinta kasih dan kelembutan. Ia tak hanya membina komunitas tersebut, namun yang terpenting adalah menggarap batin para warga.

 

Di dalam batin setiap orang terdapat sebuah ladang berkah. Setiap orang yang bersedia mengulurkan tangan dapat menjadi Bodhisatwa daur ulang. Di dunia ini, tak ada hal yang tak dapat dicapai. Dengan batin yang selaras, tak peduli apa pun yang terjadi, kita akan dapat mengubah hal yang buruk menjadi penuh kebajikan dan keharmonisan. Intinya, setiap hari adalah hari bersejarah.

Sejarah masa lalu tak dapat kita hapus dan hal yang tengah kita lakukan hari ini akan menjadi sejarah masa depan. 31 Agustus lalu, relawan Tzu Chi di Filipina kembali mengadakan kegiatan penyaluran bantuan. Mengapa? Karena telah terjadi bencana kebakaran pada petang hari tanggal 26 Agustus lalu di Navotas, Metro Manila. Bencana tersebut melahap 1.500 unit rumah. 1.500 kepala keluarga ini adalah warga yang mulanya sudah hidup dalam kondisi minim. Setelah bencana kebakaran ini, mereka sungguh kehilangan semuanya.

Insan Tzu Chi di Filipina segera meninjau lokasi bencana untuk melihat bantuan apa yang harus kita siapkan. Keesokan harinya, kita segera menyalurkan makanan hangat dan bantuan lainnya. Namun, karena begitu banyaknya korban bencana, sekali penyaluran saja tidaklah cukup. Kita harus mengetahui bantuan apa yang paling mereka butuhkan. Di samping itu, kita juga menyediakan makanan bagi mereka setiap hari.

Pada tanggal 31 Agustus lalu, kita kembali mengadakan penyaluran bantuan. Selama tiga hari ini, dari pagi hingga malam insan Tzu Chi selalu mempersiapkan makanan hangat dan memberi harapan kepada mereka. Melihat para insan Tzu Chi menghibur dan memerhatikan para korban bencana dengan penuh cinta kasih dan ketulusan, para polisi pun terinspirasi untuk turut menghibur para korban bencana dengan penuh kelembutan. Wali kota setempat pun turut berpartisipasi bersama insan Tzu Chi dalam menyalurkan bantuan dan menghibur para korban.

 

 

Selain menyalurkan bantuan materi, insan Tzu Chi juga menginspirasi mereka dengan berbagai tentang prinsip kebenaran, yakni hukum sebab akibat, dan membimbing mereka untuk saling menolong. Contoh terbaik yang dapat mereka lihat adalah para relawan dari Kota Marikina. Pada bulan September tahun lalu, bencana banjir dan kebakaran mengakibatkan ribuan orang menjadi korban. Setelah dibantu insan Tzu Chi  dalam setahun ini, para korban kini telah menjadi relawan.

 

Pada bencana kebakaran di Navotas tanggal 26 Agustus lalu, para warga dari Kota Marikina pun bergerak untuk membantu. Selama beberapa hari mereka bertanggung jawab menyediakan makanan hangat dan membungkus barang bantuan. Meski barang bantuan bukan dibeli dengan uang kami, namun kami membantu Tzu Chi dengan tenaga kami. “Jika saya yang tertimpa bencana, saya juga akan sangat sedih. Jadi, membantu orang lebih baik dari pada menerima bantuan orang lain,” kata seorang warga. Lihatlah, mereka membantu orang lain dengan segenap kekuatan. Pada saat mereka membutuhkan bantuan, kita telah membantu mereka dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan. Kini giliran mereka yang mengerahkan tenaganya untuk membantu orang lain. Karena itu, kita harus senantiasa bekerja keras untuk menabur benih cinta kasih agar dunia ini penuh dengan benih kebajikan. Di samping menabur benih di tempat yang jauh, kita juga harus bekerja keras untuk menabur benih di komunitas kita. Selain menabur benih, kita juga harus rajin menggarap lahan sehingga menjadi ladang yang penuh berkah. Kita harus mulai menabur benih kebajikan di lingkungan tempat tinggal kita agar ladang berkah ini dapat memiliki panen yang baik di seluruh dunia. Dengan demikian, masyarakat akan hidup harmonis dan dunia terbebas dari bencana.

Laporan berita Da Ai TV melaporkan bahwa terdapat 2 badai tropis dan sebuah topan yang terbentuk di atas lautan Taiwan. Para Bodhisattva sekalian, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi sebaik mungkin. Kita harus mengimbau warga di komunitas untuk membersihkah rumah mereka dan tidak membiarkan sampah menyumbat saluran air. Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, keamanan pintu dan jendela pun harus diperhatikan. Tinggallah di rumah jika tak ada urusan. Berhati-hatilah jika keluar rumah. Kita harus senantiasa menjaga hati. Jadi, tiada cara lain untuk melatih diri selain menjaga hati dengan baik dan menggunakan setiap waktu yang ada untuk menjalin jodoh baik dengan orang lain. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi

 

Artikel Terkait

Kacamata itu Telah Sampai

Kacamata itu Telah Sampai

20 Oktober 2011 “Bu…! Bu…! Bu…! kacamatanya sudah datang !” teriak Anto, siswa SDS Binasawit 1 Rungau, Bangka kepada salah seorang gurunya. Pemeriksaan kesehatan mata sendiri telah dilakukan pada tanggal 19-23 Juli 2011 lalu kepada 5.632 siswa dan guru. Sebagai hasilnya 1.060 kacamata diberikan bagi peserta yang terdeteksi sebagai penderita rabun jauh maupun rabun dekat pada tanggal 26 – 30  September 2011.
Mari Menjaga Kebersihan diri dan Lingkungan!

Mari Menjaga Kebersihan diri dan Lingkungan!

03 Juli 2018
Melihat kondisi aktivitas MCK (mandi, cuci, kakus) Hatta dan keluarga, relawan Xie Li Kalimantan Tengah 5 yang berada di sekitar Perkebunan Tajur Beras tergerak untuk membantu Hatta mendirikan bangunan MCK yang layak dan tidak mencemari lingkungan.
Bersama Menghargai Bumi

Bersama Menghargai Bumi

12 Mei 2015 Memperingati Hari Bumi Sedunia, Sekolah Global Montessori mengundang Yayasan Buddha Tzu Chi untuk melakukan sosialisasi mengenai pelestarian lingkungan yang ditanamkan sejak dini kepada para siswa sekolah.
Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -