Suara Kasih : Berpegang Teguh pada Tekad
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Acara pelantikan komite Tzu Chi berlangsung dengan sukacita
| |||
Pada saat ini setiap tahunnya, banyak Bodhisatwa dunia dilantik untuk menjadi anggota komite Tzu Chi. Inilah saat yang paling menggembirakan bagi kita setiap tahunnya. Insan Tzu Chi dari 23 negara kembali ke tempat lahirnya Tzu Chi. Tzu Chi berasal dari Taiwan, tepatnya Hualien. Selama 4 hari ini, para relawan dari Empat Misi Tzu Chi saling berbagi. Inilah cara kita mempelajari sejarah Tzu Chi, yakni dengan lebih banyak mendengar kisah dari para relawan. Sesungguhnya, yang mereka bagikan adalah Dharma. Mereka tak hanya membagikan segala yang mereka dengar, melainkan juga hal-hal yang mereka kerjakan dan rasakan. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus terus mewariskannya dan mempraktikkannya untuk memberi manfaat kepada orang banyak. Setelah memahami tentang Tzu Chi, kita harus bersumbangsih di tengah masyarakat. Tujuan mereka kembali ke Taiwan adalah untuk mempelajari cara mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi sehingga dapat berakar di negara masing-masing. | |||
| |||
Kita harus senantiasa mempertahankan tekad ini dan mewujudkannya lewat tindakan. Berpeganglah teguh pada tekad. Inilah semangat dalam mengemban misi. Semoga 1.155 benih ini dapat kembali ke negara masing-masing untuk menginspirasi warga setempat. Untuk itu, kita harus berperilaku, berkata, dan berpikir sesuai dengan ajaran Jing Si karena ajaran ini dapat membuat hati kita senantiasa dalam keadaan hening dan jernih. Dengan hati yang hening dan jernih, Dharma akan terdapat dalam setiap perkataan, pikiran, dan tindakan kita sehingga kita dapat memiliki keyakinan dan pandangan yang benar. Semua ini dapat terwujud bila kita mempraktikkan ajaran Jing Si. Karena itu, kita harus bertutur kata, berpikir, dan bertindak sesuai dengan ajaran Jing Si. Saat berjalan di Jalan Tzu Chi, kita harus memiliki pengertian dan toleransi. Untuk terjun ke tengah masyarakat, kita harus memiliki pengertian dan toleransi. Karena itu, bersumbangsih dalam Tzu Chi dan mempraktikkan ajaran Jing Si harus dilakukan bersamaan. Ajaran Jing Si bertujuan untuk melatih diri, sedangkan Jalan Tzu Chi adalah praktik nyatanya. Lihatlah, kini benih-benih Bodhi telah berakar di negara masing-masing. Insan Tzu Chi dari 23 negara yang kembali kali ini bukanlah warga Taiwan. Untuk itu, kita harus berterima kasih kepada relawan Taiwan yang tinggal di negara lain dan menabur benih Tzu Chi di sana. Kini, benih-benih tersebut telah bertunas. Relawan setempat kini telah dilantik. Saya juga sangat berterima kasih kepada para relawan yang bertanggung jawab atas kegiatan ini. Kali ini, insan Tzu Chi dari Kaohsiung bekerja sama dengan insan Tzu Chi dari Yilan, Hualien, dan Taidong untuk mengoordinasi kegiatan ini. Kegiatan ini sungguh merupakan hasil kerja keras banyak orang. Yang lebih membuat saya tersentuh adalah para ketua dari Empat Misi Tzu Chi yang turut membantu. Saat saya bertanya mengapa mereka turut membantu, mereka pun menjawab, “Saat kami mengunjungi insan Tzu Chi di negara lain, mereka menganggap kami bagaikan keluarga sendiri.” “Kini saat mereka kembali ke kampung halaman batin ini, sudah seharusnya kami melayani mereka.” Karena itu, kita dapat melihat beberapa pemimpin, seperti Kepala Sekolah Fang, Dekan Hsu, kepala HRD, dan banyak pemimpin lainnya bergabung dengan para staf untuk membantu. | |||
| |||
Sebanyak 5 bahasa diterjemahkan dalam waktu yang bersamaan. Bila memahami apa yang sedang dibicarakan, barulah orang dapat menyelami Dharma dan merasa tersentuh karenanya. Hal ini membuat saya tersentuh. Namun, saya sungguh merasa bersedih karena tak dapat bersama dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama kalian. Saya meminta maaf atas hal ini. Hari itu, saya melihat Xiaorong yang datang dari Fuding, Tiongkok. Ia telah menunggu sangat lama untuk dapat bertemu dengan saya di Taiwan. Tahun lalu, Da Ai TV menayangkan kisahnya dan kisah itu menginspirasi banyak orang. Terima kasih. Kisah Anda sungguh menginspirasi banyak insan Tzu Chi di Indonesia. Setelah melihat kisah Xiaorong, mereka merasa tersentuh dan datang untuk mengikuti pelatihan kali ini. Kisah-kisah seperti ini merupakan Dharma yang dapat menginspirasi dan membimbing orang lain. Saya sungguh berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi. Saya tahu bahwa tidaklah mudah bagi mereka untuk kembali ke Taiwan. Banyak dari mereka yang harus menunggu bertahun-tahun. Pada acara pelantikan kemarin, setiap relawan datang ke hadapan saya dengan penuh rasa haru. Saya dapat merasakannya. Namun, berapa banyak waktu yang dapat saya berikan kepada mereka? Saya hanya dapat memberikan sebuah ucapan doa dalam waktu yang singkat. Saya hanya dapat bersama dengan mereka dalam waktu yang sangat singkat. Saya meminta maaf atas hal ini. Mereka telah menanti selama bertahun-tahun untuk bertemu dengan saya, namun saya tak dapat menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Saya meminta maaf atas hal ini. Waktu sungguh tidak cukup. Saya berharap kalian dapat sering kembali untuk bertemu dengan saya. Bagaimana pun, hati kita selalu saling melekat. Jarak bukanlah masalah, asalkan hati kita selalu berdekatan. Saya yakin kalian semua dapat menyebarkan mazhab Tzu Chi dan mewariskan ajaran Jing Si di negara masing-masing. Saya yakin para murid saya dapat melakukan hal ini. Diterjemahkan oleh: Lena | |||
Artikel Terkait
Waisak 2017: Momentum Membersihkan Noda Batin
14 Mei 2017Suasana khidmat nan agung menyelimuti perayaan Waisak yang digelar Tzu Indonesia di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Minggu 14 Mei 2017. Di tengah ketulusan menjalankan prosesi pemandian rupang Buddha, para peserta diajak untuk membangun tekad yang baik.