Suara Kasih: Bersama-sama Menyelami Sutra

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Para Guru dan Tzu Ching Bersama-sama Menyelami Sutra

Guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi dan Tzu Ching bersama-sama menyelami Sutra
Keindahan dalam kelompok sungguh menyentuh
Bekerja sama dengan harmonis menyambut saudara se-Dharma
Bersatu hati untuk mengemban semangat misi

 

Penderitaan manusia adalah bagian dari hukum alam. Ketidakberdayaan manusia terjadi karena pikiran yang tidak selaras. Setiap hari, saat melihat Bencana akibat ulah manusia dan bencana alam terjadi, saya teringat pada Buddha Yang Maha Bijaksana. Ajaran pertama yang dibabarkan Buddha di dunia adalah tentang Empat Kebenaran Mulia, salah satunya kebenaran tentang penderitaan. Sungguh, ini adalah kebenaran di dunia. Untuk menyelamatkan dunia, terlebih dahulu kita harus menyelamatkan batin manusia. Jika batin manusia tidak diselamatkan, alam juga sulit untuk kembali selaras. Jadi, kita harus menyelamatkan hati dan menyelaraskan pikiran manusia.

Harapan manusia terletak pada pendidikan. Kita memiliki lebih dari 2.000 guru di Asosiasi Guru Tzu Chi. Tahun ini merupakan peringatan Ultah ke-20 Asosiasi Guru Tzu Chi dan Tzu Ching. Selama 20 tahun ini, para guru sungguh memiliki hati Bodhisatwa dan hati orang tua. Selama 20 tahun ini, mereka menggarap petak demi petak ladang batin para murid serta mendampingi para murid  dengan segenap hati dan berbagai metode. Para guru Asosiasi Guru Tzu Chi berkumpul bersama dan masing-masing menerima banyak pengalaman dari perjalanan guru lainnya dalam mengajar selama 20 tahun ini. Tzu Ching juga telah berdiri selama 20 tahun. Setelah lulus SMA, mereka masuk perguruan tinggi dan bergabung di Tzu Ching. Seiring berjalannya waktu, kini ada banyak alumni Tzu Ching yang telah menjadi ayah atau ibu.

Selama 20 tahun ini, ada pula Tzu Ching yang telah dilantik menjadi Tzu Cheng dan anggota komite. Dalam perjalanan itu, di antara mereka, ada juga yang suka membangkang. Jadi, dalam peringatan ultah ke-20 kali ini, setiap orang diajak berkumpul bersama. Ini bukanlah sebuah kegiatan semata, melainkan ladang pelatihan diri dan ladang pertobatan besar. Setiap orang pasti pernah hilang arah dan melakukan kesalahan. Karenanya, setelah melalui 20 tahun ini, mereka ikut serta dalam pertobatan besar. Keharmonisan kelompok yang mereka tampilkan sungguh mengandung nilai keindahan, kebajikan, dan keindahan. Meskipun mereka berasal dari komunitas yang berbeda-beda, kita tetap dapat melihat kerapian yang mereka tampilkan.

Dari sini, kita dapat melihat manfaat yang diperoleh dari bervegetarian selama beberapa hari sehingga bisa tercipta keharmonisan seperti itu. Sungguh, pikiran adalah pelopor segalanya. Untuk menampilkan pemadangan yang indah, setiap orang harus bekerja sama dengan harmonis. Jika hati mereka tidak bersatu, bagaimana mereka bisa memiliki kekompakan dan menampilkan pemandangan yang begitu indah?

Selama beberapa hari ini, setiap orang bersukacita dalam Dharma. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi Yilan, Hualien, dan Taidong, yang telah bekerja di balik layar. Mereka semua bertanggung jawab mengurus kebutuhan sehari-hari, konsumsi, akomodasi, transportasi, dan lain-lain. Sebelum acara berlangsung, mereka harus membersihkan bantal, selimut, dan seprai, serta menjemur semuanya di bawah matahari, lalu merapikannya kembali. Para Tzu Ching juga turut membantu. Lihatlah, ribuan bantal, selimut, dan seprai dijemur di bawah matahari dan disusun menyerupai perahu cinta kasih. Meskipun sedang bekerja, mereka tetap mengingat perahu cinta kasih di dalam benak mereka. Kekuatan cinta kasih ini sungguh membuat orang tersentuh. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi Yilan, Hualien, dan Taidong.

Tentu saja, insan Tzu Chi dari Taiwan bagian utara, tengah, dan selatan juga kembali untuk mendukung dan turut membantu dalam menciptakan keindahan kelompok. Para guru TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan kepala sekolah dari delapan negara juga kembali untuk menghadiri acara ini. Dalam peringatan kali ini, yang paling banyak hadir  adalah para profesor dan guru dari Tiongkok Lebih dari 100 peserta datang dari Tiongkok. Mereka telah melihat  Asosiasi Guru Tzu Chi Taiwan terus bersumbangsih dan memberikan pendidikan bagi masyarakat. Mereka juga mengungkapkan keterharuan yang mendalam. Selain itu, para guru dari Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan lain-lain, juga membangkitkan tekad luhur untuk mengikuti langkah saya dengan sangat rapat dan mantap. Mereka sungguh penuh kehangatan dan dekat di hati saya.

Dalam acara besar kali ini, tentu saja saya juga berterima kasih kepada para staf Da Ai TV. Semoga ladang pelatihan ini dapat menampilkan kesatuan hati yang murni sehingga suasana pementasan adaptasi Sutra yang begitu khidmat bisa ditampilkan keluar. Para staf Da Ai TV bekerja keras mengatur pencahayaan, latar, dan lain-lain. Pada tembok bagian belakang ruang acara, dipasang latar pondok Biksu Wu Da dan layar yang menampilkan gambar-gambar dan layar yang menampilkan gambar-gambar pementasan adaptasi Sutra tahun lalu. Setiap orang sangat bersungguh hati. Saya berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat memiliki kesatuan hati seperti itu. Insan Tzu Chi di Shanghai juga mementaskan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Perasaan yang mereka bagikan sungguh membuat orang tersentuh. Orang tua telah memberikan segalanya kepada kita. Apakah kita berhak bertengkar dengan mereka? Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah senantiasa berterima kasih dan membalas budi luhur orang tua kita. Rasa syukur ini  tidak boleh kita lupakan seumur hidup. Dahulu dia tidak pernah menyuguhkan minum untuk ayahnya. Kini dia bisa berinisiatif menyuguhkan minum.

Ada pula Tzu Ching yang demi mengikuti kamp harus menempuh perjalanan dari Jiangxi ke Kunshan. Mereka menggunakan kereta api. Pada dasarnya, perjalanan hanya butuh belasan jam. Akan tetapi, karena hujan lebat dan penundaan jadwal keberangkatan kereta api, mereka harus menghabiskan waktu lebih dari 20 jam. Mereka tetap mengikuti kamp dengan sepenuh hati. Kita dapat melihat kesungguhan hati dan tekad mereka untuk mengikuti kamp. Saat ditanya mengapa mereka begitu bersikeras mengikuti kamp dan menempuh perjalanan jauh, mereka pun menjawab bahwa saat mengikuti kamp tahun lalu, mereka dapat merasakan suasana keluarga besar yang begitu harmonis. Jadi, tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka telah bertekad  untuk tetap menghadiri kamp. Saya juga melihat sebuah tayangan yang sangat menyentuh. Berhubung salah seorang peserta  memiliki keterbatasan dalam bergerak, peserta lain pun mengasihinya bagai saudara dan menggendongnya. Asalkan setiap orang bisa menyebarkan benih cinta kasih di berbagai tempat dan menjadi petani yang menggarap ladang batin dengan sebaik mungkin, maka kebenaran, kebajikan, dan keindahan pasti akan terwujud. Di tengah kehidupan manusia, ada banyak kisah menyentuh yang tidak akan habis diulas setiap hari. Jika setiap orang memiliki niat baik, bukankah dunia ini akan menjadi Tanah Suci? (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)
 
 

Artikel Terkait

Bakti Sosial Berbuah Sukacita

Bakti Sosial Berbuah Sukacita

08 September 2022

Berbekal kesempatan bersumbangsih bagi masyarakat luas, Tzu Chi Makassar bekerja sama dengan UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menggelar kegiatan donor darah dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Perasaan Seperti Pulang ke Rumah Sendiri

Perasaan Seperti Pulang ke Rumah Sendiri

08 April 2014
Opa dan oma yang sudah tahu kami akan datang segera bergegas ke teras panti menunggu kami. Alunan musik dangdut seakan menyambut relawan yang datang disertai senyum bahagia di wajah mereka. Pelukan dan ciuman di kening relawan segera mendarat seakan melihat cucu datang mengunjungi mereka.
Membantu dengan Tulus Tanpa Pembeda

Membantu dengan Tulus Tanpa Pembeda

20 Oktober 2017

Delapan kali sudah karyawan Agung Sedayu Group (ASG) melakukan penuangan celengan bambu secara berkala. Untuk penuangan celengan ke-8 kalinya ini, mereka melakukannya di Gedung Harco Angung Sedayu Group (ASG) Mangga Dua, Jakarta Utara, Selasa, 17 Oktober 2017. Wajah-wajah bahagia, menyambut kedatangan relawan Tzu Chi di sana.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -