Suara Kasih: Berterima Kasih Kepada Tim Medis

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Berterima Kasih Kepada Tim Media yang Telah Menyelamatkan kehidupan

      

Gempa dahsyat tak menimbulkan kerusakan parah
Berterima kasih kepada tim medis yang telah menyelamatkan kehidupan
Munculnya secercah harapan di tengah kesulitan hidup
Menjalin jodoh baik agar kehidupan lebih baik

Beberapa hari lalu, tepatnya pukul 16.38 sore waktu Taiwan, di Aceh, Indonesia, tiba-tiba terjadi guncangan yang sangat dahsyat, yaitu gempa berkekuatan 8,6 skala Richter. Saat mendapat kabar tersebut sekitar pukul 5 sore hari, saya merasa terkejut. Hati saya sungguh bagaikan ikut terguncang. Untuk memahami kondisi pascagempa, staf dari divisi keagamaan segera menghubungi relawan Tzu Chi Indonesia. Insan Tzu Chi di sana semuanya selamat dari bencana. Mereka pun mulai mempersiapkan diri untuk menyurvei lokasi bencana. Baru belasan menit berlalu setelah gempa terjadi, mereka telah mempersiapkan diri untuk menyurvei lokasi. Singkat kata, insan Tzu Chi selalu siap bergerak jika terjadi bencana.

Saya mendapat kabar bahwa pusat gempa kali ini sangat dekat dengan pusat gempa yang terjadi pada akhir tahun 2004 lalu. Apakah kalian masih ingat pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, insan Tzu Chi di seluruh dunia bergerak untuk menggalang dana bagi korban bencana tsunami di Asia Tenggara? Di Aceh, Tzu Chi mendirikan tiga Perumahan Cinta Kasih di sana. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, saya segera mencari berita tentang kondisi pascabencana. Saya merasa sedikit tenang saat mengetahui bahwa sejauh ini tidak ada kerusakan yang parah. Sungguh beruntung. Akan tetapi, gempa dahsyat tersebut sungguh menakutkan.

Saya masih ingat tahun 2003 lalu, Iran juga diguncang gempa dahsyat yang mengakibatkan kota kuno yang berusia lebih dari 1.000 tahun rata dengan tanah. Saat itu, korban jiwa mencapai puluhan ribu orang. Saya masih ingat saat itu, para insan Tzu Chi sangat bersungguh hati menyurvei lokasi, mengadakan baksos pengobatan, dan menyalurkan barang bantuan. Di mana pun terjadi bencana, Bodhisatwa akan segera bergerak untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Asalkan di tempat tersebut ada Bodhisatwa, orang yang terkena bencana dan menderita akan dapat terselamatkan.

Gempa di Iran adalah awal jalinan jodoh Tzu Chi dengan warga setempat. Insan Tzu Chi membantu merenovasi gedung-gedung sekolah setempat yang roboh. Tanggal 11 Maret tahun lalu, Jepang juga hancur akibat gempa dahsyat. Pascabencana tersebut, insan Tzu Chi dari 39 negara menghimpun setetes demi setetes cinta kasih bagi korban bencana. Bahkan negara paling miskin pun juga turut bersumbangsih. Singkat kata, jika cinta kasih setiap orang dapat terhimpun, tak peduli besar maupun kecil, maka itu akan dapat membantu banyak orang. Karena itu, kita harus senantiasa berhati tulus.

Singapura belum pernah mengalami gempa bumi. Akan tetapi, kali ini di sana juga terjadi guncangan sehingga warga merasa terkejut. Beberapa insan Tzu Chi di Singapura pun segera berkumpul dan berdoa dengan hati yang tulus. Semoga setiap orang dapat senantiasa bermawas diri dan berhati tulus serta setiap saat tak lupa berdoa bagi keselamatan dunia dan semua umat manusia. Yang paling diperlukan saat ini adalah ketulusan hati setiap orang. Kehidupan manusia sungguh tidak kekal.

Lihatlah seorang pria yang kehidupannya berubah total setelah jatuh dari sepeda motor akibat jalanan yang licin. “Saat ruas tulang leher yang kecil ini berbenturan dengan tepi helm, saraf tulang belakang saya pun rusak. Delapan bulan kemudian, saya baru dapat menerima kenyataan bahwa kelak saya harus menjalani kehidupan di atas kursi roda. Tak ada satu dokter pun yang bisa menyembuhkan rasa sakit ini,” ujarnya. Karena tak tahan dengan rasa sakit, saat tengah malam, dia mengambil pisau pengupas kulit buah untuk menusuk jantungnya sendiri. Akan tetapi, karena tangannya tak bertenaga, pisau hanya menancap 2 cm saja.

”Saat saya tiba, darah berceceran di atas lantai. Saya pun segera memapahnya. Sambil menepuknya saya pun berkata, ’Tak peduli apa pun kondisimu, kamu tetap adalah anak kesayangan Ibu. Ibu tak ingin kamu melakukan hal ini lagi. Kamu tetap adalah orang yang berguna’. Itulah yang saya ucapkan padanya. Saat keluar dari kamarnya, air mata saya pun tak tertahankan,” kata ibunya. Mengapa air matanya tak tertahankan lagi? Bayangkanlah betapa tegarnya seorang ibu. Bukankah demikian? Akibat kecelakaan tersebut, pria ini menghadapi berbagai kesulitan di dalam hidupnya.

Dia telah berobat ke beberapa rumah sakit. Pada akhirnya, dia pun dibawa ke RS Tzu Chi Hualien. Sang penyelamat hidupnya adalah para dokter, perawat, dan relawan Tzu Chi yang terus memberikan pengobatan fisik dan batin kepadanya. Tim Medis Tzu Chi telah membebaskannya dari penderitaan dan meringankan rasa sakitnya. Jadi, dia harus menahan penderitaan dengan sabar. Di dunia yang penuh penderitaan ini, apakah semua rasa sakitnya telah lenyap?

”Saya mencurahkan perasaan dan perhatian saya kepada lukisan. Dengan menggambar, saya merasa senang seiring berjalannya waktu, dan rasa sakit saya pun mulai hilang,” ujar pria tersebut. Dia belajar bagaimana menahan rasa sakitnya. Sungguh, kita harus tahan dengan penderitaan di dunia Saha ini. Kini, dia dapat mengembangkan kemampuannya. Belakangan ini diadakan konferensi internasional dalam bidang pelayanan kesehatan yang ke-20 di Taipei, Taiwan. Karena itu, selama dua hari kita dapat melihat para staf medis di RS Tzu Chi Taipei  sangat sibuk menyambut peserta konferensi yang datang berkunjung.

Semoga setiap pengunjung dapat merasakan cinta kasih serta mempelajari budaya humanis dan pelestarian lingkungan Tzu Chi. Semoga kita dapat menjadi teladan dalam dunia medis. Saya lebih berharap setiap orang  dapat menumbuhkan rasa terima kasih terhadap para tenaga medis. Setiap orang memerlukan perawatan medis. Ini karena manusia telahir di dunia tak luput dari lahir, tua, sakit, dan mati. Terlebih lagi ada musibah yang dapat terjadi di luar dugaan kita.

Bayangkanlah, bila terjadi kecelakaan atau terserang penyakit, cinta kasih dan perhatian dari keluarga saja tak cukup untuk membebaskan kita dari penderitaan. Kita memerlukan perawatan dari tenaga medis. Kita harus senantiasa berterima kasih dan menghargai para staf medis. Dengan demikian, cinta kasih para tenaga medis akan semakin berkembang dan kualitas pelayanan pun akan meningkat. Inilah yang patut dipahami oleh setiap orang di masyarakat. Singkat kata, ada banyak hal yang patut kita pelajari. Setiap orang harus  membangkitkan hati Bodhisatwa. Ini harus dimulai dari insan Tzu Chi yang senantiasa bersyukur  dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, kita juga harus mawas diri, berhati tulus, dan berdoa bagi ketenteraman dunia. Diterjemahkan oleh Laurencia Lou.

 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Bantuan Pertama Pasca Banjir

Bantuan Pertama Pasca Banjir

22 Februari 2009 Setelah dilakukan survei, diketahui bahwa bantuan yang dibutuhkan oleh warga korban banjir adalah bantuan pengobatan. Sebagai perwujudannya, maka pada tanggal 22 Febuari 2009, bertempat di SDN Rengasdengklok Utara 1, Desa Kali Jaya, Kecamatan Rengasdengklok Utara diadakan bakti sosial pengobatan. Kegiatan yang dimulai sejak pukul 8 pagi ini diikuti oleh 22 relawan dokter, 15 perawat, 18 apoteker, dan 110 relawan Tzu Chi Jakarta dan karawang.
Belajar dan Bermain di Bantar Gebang

Belajar dan Bermain di Bantar Gebang

16 Oktober 2017
Muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) mengadakan kegiatan kunjungan ke SD Dinamika Bantar Gebang, Bekasi pada Minggu, 15 Oktober 2017. Selain berinteraksi dengan para siswa, Tzu Ching juga membuat bazar serta membagikan buku dan alat tulis.
Banjir Jakarta: Banjir dan Longsor di Pondok Labu

Banjir Jakarta: Banjir dan Longsor di Pondok Labu

21 Januari 2013 Kami pun tiba dan langsung disambut oleh Edi, Ketua RW setempat, Sekretaris RW dan rekan-rekan mereka. Bantuan diturunkan dan diletakkan ke tempat yang disediakan sebagai tempat untuk menerima bahan bantuan.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -