Suara Kasih : Bulan Penuh Berkah

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Bulan Penuh Syukur dan Penuh Berkah
     

Bulan tujuh adalah bulan berbakti, bulan penuh syukur dan berkah
Para siswa Buddha menjalani masa varsa dan memperoleh pencapaian
Membabarkan Dharma dan mendalami jalan mulia Menggarap ladang batin dan menciptakan berkah

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kini kita memasuki bulan 7 penanggalan Imlek. Bagi sebagian orang, bulan 7 Imlek merupakan bulan yang tidak baik untuk melakukan segala aktivitas. Banyak orang tak ingin mengadakan acara di bulan 7 Imlek. Benarkah bulan 7 adalah bulan yang tidak baik? Hal ini telah tersebar dan menjadi mitos dalam masyarakat. Hal ini juga merupakan pandangan keliru.

Sesungguhnya, sejak lebih dari 2.000 tahun lalu, Buddha terus mengatakan kepada semua orang bahwa bulan 7 merupakan bulan penuh berkah. Ini dimulai ketika Buddha mengajak para anggota Sangha untuk melatih diri di daerah pegunungan. Pada zaman itu kebanyakam warga India tak memakai alas kaki. Karenanya, mereka menginjak tanah dengan kaki telanjang.

Selama musim panas berbagai jenis serangga pun bermunculan. Oleh sebab itu, dikhawatirkan akan melukai serangga di tanah atau digigit oleh serangga berbahaya, ular, dan lain-lain. Jadi, perjalanan menjadi lebih riskan. Terlebih lagi, pada musim panas hujan lebih sering turun. Jadi, musim panas setiap tahunnya, yakni mulai tanggal 15 bulan 4 penanggalan bulan, ditetapkan Buddha sebagai masa varsa. Buddha meminta para Bhiksu tidak keluar menerima persembahan makanan, namun menggunakan waktu tiga bulan itu, tepatnya dari bulan 4 hingga bulan 7 untuk sungguh-sungguh mendengarkan Dharma.

 

 

Selain mendengarkan Dharma, mereka juga harus mempraktikkannya, merenungkannya dengan hati yang hening, serta mempelajarinya secara mendalam. Dengan merenungkan Dharma secara mendalam, mereka akhirnya dapat melihat prinsip kebenaran di balik segala sesuatu. Mereka pun menyadari bahwa pikiran mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap.


Inilah yang dialami pikiran. Dengan menyadari kebenaran ini, mereka pun memahami bahwa dalam setiap detik, pembentukan keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran senantiasa berproses. 

Mereka sungguh-sungguh merenungkan bahwa segala fenomena adalah tanpa inti. Sama halnya dengan pikiran, fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap, juga berlaku pada segala sesuatu di alam semesta, seperti makhluk hidup dan semua yang terlihat di dunia ini. Segala fenomena terus berproses. Inilah ajaran Buddha. Inilah prinsip kebenaran.

Para Bhiksu menggunakan waktu tiga bulan itu untuk sungguh-sungguh memahami dan menyerap prinsip kebenaran ke dalam hati mereka. Buddha pun dipenuhi rasa sukacita karena selama tiga bulan itu para siswa-Nya telah menyelami Dharma dan memperoleh berbagai pencapaian sehingga mampu untuk membabarkan Dharma kepada orang lain.  Karena itu, Buddha pun merasakan sukacita. Terlebih lagi, pada bulan itu orang suci dan orang bijak berarti telah bertambah. Bukankah ini merupakan hal yang baik? Pada bulan 7, orang suci dan orang bijak bertambah banyak. Oleh karena itu, bulan 7 disebut bulan penuh sukacita dan berkah.

Sesungguhnya, setiap saat dan setiap hari adalah sama, sama-sama penuh berkah. Namun, datangnya berkah ini tergantung pada diri sendiri. Bukankah tadi kita telah membahas tentang pikiran? Ya, pikiran. Buddha mengajarkan kita untuk selalu berbakti. Berbakti adalah sesuatu yang tak dapat ditunda. Buddha juga mengajarkan kita untuk senantiasa berperilaku benar dan memiliki keyakinan yang benar. Kita harus berperilaku benar, tidak berpandangan keliru, tidak berjalan menyimpang, dan tidak melekat pada takhayul.

Dahulu, karena hidup sangat sulit,  orang-orang Taiwan hanya mampu makan makanan mewah pada saat perayaan besar. Jadi, mereka menggunakan kesempatan saat sembahyang Cioko untuk menyiapkan berbagai makanan yang dipersembahkan kepada hantu. Dengan demikian, mereka dapat menikmati makanan tersebut sesudah sembahyang. Namun, orang masa kini memiliki banyak makanan, tak perlu lagi menggunakan dalih tersebut untuk makan makanan mewah lagi.

 

 

Sesungguhnya, hantu maupun dewa terdapat dalam hati kita sendiri. Karena itu, kita harus senantiasa berjalan di jalan yang benar, memiliki keyakinan, dan pandangan yang benar. Kita semua harus tahu bahwa untuk menciptakan berkah, kita harus menjaga pikiran dengan baik. Kita harus senantiasa menjaga pikiran dan menjalin jodoh baik dengan orang lain. Buddha mengajarkan kita untuk tidak memiliki kepercayaan yang membuta, melainkan harus menghormati langit, menyayangi bumi, dan menciptakan berkah.

 

Lihatlah salah satu Bodhisattva ini. Ia adalah relawan daur ulang. Sebelum menjadi relawan Tzu Chi, ia membakar kertas sembahyang. Dahulu, waktu masih melakukannya, ia sungguh berlebihan. Ia akan terbangun saat mendengar suara orang-orang melakukan prosesi pemanggilan dewa dan akan segera ikut berpartisipasi. Meski tidak saling kenal, namun ia akan turut berpartisipasi.

Jika Anda melihatnya membakar kertas sembahyang, sungguh sangat menakutkan. Kini ia telah memiliki keyakinan dan pandangan yang benar. Ia mengalokasikan waktunya pergi ke kelenteng untuk melakukan kegiatan daur ulang. Bagaimana dengan uang untuk membakar kertas sembahyang? Ia menggunakannya untuk berdana demi menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik dengan orang lain.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Sesungguhnya, setiap tahun warga Taiwan menghabiskan 28 miliar dolar NT untuk kertas sembahyang. Pikirkanlah, apa yang dapat kita lakukan dengan uang tersebut? Apakah kalian melihat bencana di Niger dan Pakistan? Jika kalian menyumbangkan uang ini untuk membantu mereka, entah berapa banyak orang yang tertolong. Jadi, kita hendaknya menghemat uang untuk membeli kertas sembahyang dan menggunakannya untuk membantu orang yang membutuhkan. Betapa baiknya jika demikian. Bodhisatwa sekalian, sosialisasikanlah hal ini dan ajaklah orang-orang untuk berdana daripada mereka menghabiskan uang untuk membeli kertas sembahyang. Dengan demikian, saya yakin berkah yang tercipta akan semakin besar. Saya juga sangat berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang telah mensosialisasikan hal ini.

Pagi hari kemarin, saya melihat Da Ai TV melaporkan kebakaran hutan di Georgia. Hal ini bukanlah bencana alam, melainkan akibat ulah manusia. Ini diakibatkan oleh pikiran manusia yang masih menyimpang. Karena itu, kita harus membabarkan ajaran yang benar kepada semua orang agar dunia dapat aman dan bebas dari bencana. Jadi, kita semua harus senantiasa memiliki pikiran benar, berjalan di jalan yang benar, dan mempraktikkan ajaran Buddha. Saya sungguh bersyukur melihat banyaknya orang yang penuh cinta kasih. Namun, kita membutuhkan lebih banyak orang untuk berbagi kepada semua orang mengenai pengetahuan, pandangan, dan pikiran benar. Inilah yang harus terus kita lakukan. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

Menyalakan Kembali Semangat Cinta Kasih

Menyalakan Kembali Semangat Cinta Kasih

18 Januari 2017

Kelas budi pekerti kembali dibuka pendaftaran lagi untuk komunitas Kelapa Gading pada tahun 2017 ini. Relawan mengadakan sosialisasi dan pengenalan tentang kelas budi pekerti Tzu Chi kepada orang tua murid pada tanggal 8 Januari 2017.

Internasional : Pakaian Ramah Lingkungan

Internasional : Pakaian Ramah Lingkungan

24 Juni 2010
Botol berwarna hijau menghasilkan kaos berwarna hijau dan botol yang tidak berwarna menghasilkan kemeja polo berwarna putih. Tak satu pun menggunakan pewarna. Selain itu, ada celemek, syal dan mantel.
Ladang Pelatihan Diri

Ladang Pelatihan Diri

20 September 2011 Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Bekasi menjadi tempat rutin Lie Fei Cheng menanam berkah sekaligus melindungi bumi – pelestarian lingkungan. Dilihat dari segi jarak, memang depo pelestarian lingkungan inilah yang paling dekat dengan tempat tinggalnya di Taman Galaxy, Bekasi.
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -