Suara Kasih : Cara Menginspirasi Orang Lain

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Memanfaatkan Kesempatan untuk Menginspirasi Orang Lain

Lingkaran kebajikan terus berputar untuk menggalang hati
Peletakan batu pertama telah dilangsungkan di Yujing
Bersatu hati menyucikan hati manusian
Memberi kedamaian bagi warga dengan cinta kasih

”Rumah ini dibangun dengan sangat baik. Ada pemandangan dan taman kecil. Bagus sekali. Saya sangat senang pindah ke rumah baru. Ini berkat bantuan semua orang, insan Tzu Chi, dan pemerintah. Saya sangat gembira. Kita hendaknya merasa lebih tenang karena rumah yang Tzu Chi bangun akan segera rampung dan kita akan segera pindah. Benar, mari pindah ke rumah baru dengan gembira,” kata salah seorang warga di Taiwan.

Mengambil Hikmah dari Bencana
Bodhisatwa datang karena adanya penderitaan. Karena adanya penderitaan di dunia, maka Bodhisatwa datang. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa saat bencana datang dan orang-orang menderita, dibutuhkan insan yang penuh cinta kasih dan bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan begitu, barulah dunia akan selalu damai.

Meski terjadi bencana,korban akan dapat segera pulih. Jadi, yang terpenting adalah mengambil hikmah dari bencana yang terjadi. Selain menolong makhluk yang menderita, Bodhisatwa harus menjadi teladan kehidupan lewat tindakan nyata.

Inilah yang disebut membimbing dengan tindakan. Kita menggunakan saat penanggulangan bencana sebagai sebuah kesempatan untuk membimbing semua makhluk. Jadi, setelah Bodhisatwa menyadari kebenaran, ia juga harus membimbing orang lain untuk mencapai kesadaran yang sama.

Kita harus saling mendukung dengan kesatuan hati untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa. Dengan adanya lingkaran cinta kasih dan interaksi yang penuh kebajikan ini, barulah kondisi dunia akan menjadi lebih baik. Karena karma buruk kolektif membawa bencana, maka kita harus menciptakan karma baik untuk mengimbangi kekeruhan tersebut. Dunia yang penuh kekeruhan ini harus disucikan oleh sebuah aliran jernih agar secara alami terbebas dari bencana dan kedamaian dapat tercapai.

 

Partisipasi Aktif Warga
Kita juga melihat Desa Xinfeng di Pingdong juga mengalami kerusakan parah akibat topan Morakot. Karenanya, Tzu Chi membangun rumah permanen bagi delapan keluarga korban bencana di sana. Pembangunan dimulai pada bulan Januari. Rumah-rumah yang dibangun juga sangat kokoh. Proyek ini pun berjalan dengan cepat. Penyangga atap pun telah diletakkan. Melihat konstruksi yang kokoh, warga yang akan segera pindah pun dengan inisiatif sendiri datang membantu agar pembangunan cepat selesai.

Dengan inisiatif sendiri, mereka datang untuk membangun rumah yang akan mereka tempati. Ada sebuah cerita yang lebih menghangatkan. Di desa ini, saat Tzu Chi sedang merencanakan proyek, ada sebuah rumah yang tadinya disewakan kepada pengusaha karaoke dengan tarif 6.000 dolar NT per bulan. Namun, saat mendengar rencana proyek Tzu Chi, sang pemilik meminjamkannya kepada Tzu Chi. Sungguh membuat orang tersentuh.

Proyek perumahan ini direncanakan akan rampung pada akhir Maret atau awal April sehingga warga dapat segera pindah dan hidup dengan tenang. Warga kini terlihat lebih gembira, penuh rasa puas dan syukur. Saya percaya perumahan ini akan dipenuhi keharmonisan. Selain itu, di Desa Qianhuangkeng, Tainan, sudah dua tahun berturut-turut dilanda topan. Pada tahun lalu dan tahun sebelumnya, daerah tersebut selalu dilanda bencana, termasuk topan Morakot.

Topan ini membawa kerusakan parah bagi desa tersebut. Rumah-rumah, lahan, dan jalan-jalan, semuanya mengalami kerusakan. Warga tak punya pilihan selain meninggalkan kampung halaman yang telah didiami dari generasi ke generasi. Setelah melewati evaluasi dari Komite Pemulihan Pascagempa dan dinyatakan memenuhi syarat-syarat (prinsip) penerima bantuan Tzu Chi, baru warga akan memperoleh bantuan. Prinsip Tzu Chi adalah tulus, adil, jujur, dan realistis.

 

Kita harus memastikan penerima bantuan tidak memiliki tempat tinggal lain selain di daerah bencana. Kita juga harus memastikan jumlah anggota masing-masing keluarga. Keluarga yang beranggota sedikit, akan memperoleh rumah yang lebih kecil, keluarga yang beranggota lebih dari tiga orang akan memperoleh rumah berukuran sedang, sedangkan keluarga besar memperoleh yang lebih besar. Kita harus tulus, adil, jujur, dan realistis.

 

Rumah ini harus tepat sasaran dan sesuai kebutuhan mereka. Karenanya, para insan Tzu Chi harus benar-benar memahami kondisi sesungguhnya. Dana yang ada harus digunakan dengan tepat. Kita juga menyediakan kamar tamu sehingga jika ada anak atau orangtua yang datang berkunjung, mereka memiliki tempat untuk tinggal. Kita memiliki banyak pertimbangan. Dalam menentukan ukuran rumah, rujukan pertimbangan bukanlah kartu keluarga, melainkan kebutuhan mereka yang sesungguhnya.

Di sana juga terdapat tempat yang dapat digunakan insan Tzu Chi untuk mengadakan kegiatan bagi warga. Ini adalah ruang serbaguna. Kita telah mempertimbangkannya masak-masak serta menyampaikannya kepada warga, dan mereka merasa gembira. Meski kehilangan rumah, kami menjadi lebih dekat satu sama lain.

“Selama ini kalian telah memerhatikan kami. Kami tak ingin lagi merepotkan kalian. Dengan memiliki cinta kasih dan welas asih, di mana pun ada penderitaan, kami akan pergi ke sana. Kami sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk sedikit bersumbangsih bagi para korban bencana,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

 

Tanggal 21 Februari lalu, peletakan batu pertama telah dilangsungkan di Yujing. Semoga perumahan ini dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi warga. Singkat kata, pascabencana topan Morakot, proyek pembangunan perumahan terus kita jalankan sehingga warga korban bencana berangsur-angsur memperoleh ketenangan lahir dan batin.

Ini semua adalah berkat himpunan sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh kesungguhan dan cinta kasih. Melihat warga pindah ke rumah baru dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur, saya harus berterima kasih dari lubuk hati yang terdalam atas tetes demi tetes sumbangsih semua insan Tzu Chi.

Inilah praktik nyata Bodhisatwa dalam memanfaatkan setiap kesempatan untuk membimbing semua makhluk. Akhir kata, saya sungguh berterima kasih bagi semua relawan yang telah membangkitkan cinta kasih dan menghimpun kekuatan untuk bersumbangsih bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini sungguh menghangatkan hati dan saya sangat berterima kasih.

Diterjemahkan oleh: Erni dan Hendry Chayadi
Foto: Da Ai Tv Taiwan

 

Artikel Terkait

Penerima Bantuan Tzu Chi Mendapatkan NIB dari Kementrian Investasi dan BKPM

Penerima Bantuan Tzu Chi Mendapatkan NIB dari Kementrian Investasi dan BKPM

14 Desember 2023

Memperingati Hari Disabilitas 2023, Kementrian Pertahanan RI, Kementrian Investasi/BKPM, dan BPJS Ketenagakerjaan menerbitkan surat Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada penyandang disabilitas sebagai pelaku usaha kecil.

Kamp 4 in 1: Membuat Hidup Lebih Berarti

Kamp 4 in 1: Membuat Hidup Lebih Berarti

20 September 2017

“Bahagia..”, kesan itu yang terlontar dari mulut Anna Suryana (56), seorang relawan Tzu Chi asal Lampung setelah mengikuti kegiatan Kamp 4 in 1 selama dua hari (16 – 17 September 2017) di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Ibu empat orang anak ini tidak menyangka bakal mendapatkan wejangan langsung dari empat Shifu (biksuni dari Griya Jing Si Taiwan).

Kisah Veky Yohanes, Hidup Sebatang Kara Dengan Sakit Jantung dan Diabetes

Kisah Veky Yohanes, Hidup Sebatang Kara Dengan Sakit Jantung dan Diabetes

25 Juni 2021

Veky bercerita sudah dibantu oleh Tzu Chi sejak 4 tahun lalu. Awalnya Veky mendapat bantuan pengobatannya namun, karena Veky terdampak pandemi ia kemudian mendapat bantuan biaya hidup dari Tzu Chi.

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -